Langsung ke konten utama

Prolog

Chapter 01

.
.
.
Segalanya sempurna.

Bahkan setengah rumah di bawah tanah untuk satu orang yang mana ukuran kamar mandi dari rumah yang ku tinggali sebelumnya.

Fakta bahwa aku harus mulai bekerja setelahnya juga bukan masalah bagi ku.

Aku akhirnya melarikan diri dari rumah seperti neraka itu dan mendapatkan kebebasan ku. Aku bisa hidup dengan bahagia hanya dari satu hal itu.

Tapi......
.
.
"Aku cukup yakin sudah mengatakan kepadamu untuk hidup setenang tikus tanpa keributan, bahkan dengan suara nafasmupun tidak bisa terdengar."

Seorang pria membuka mulutnya.

Pandangannya yang penuh kebencian padaku seolah-olah dia melihat serangga yang mengerikan.

"Kudengar kau bertingkah seperti anjing gila di upacara perjamuan penobatan pangeran mahkota."

Tatapan mematikan yang sedingin es yang sepertinya ingin menendangku sampai mati sudah tidak asing lagi bagiku.

Itu adalah tatapan yang selalu aku dapatkan dari rumah itu.

Namun itu tidak berarti aku baik² saja walaupun aku sudah sering mengalaminya.

"Apa tujuanmu bersikap seperti itu?"

Aku tidak bisa bernapas dengan benar karena auranya. Bibirku mulai bergetar ketakutan.

Itu dulu.

Grafik putih muncul di depan wajah ku.

Dan aku bisa melihat kata² yang ditulis perbaris dalam grafik.

1. Bagaimana saya tahu?

2. Saya tidak punya tujuan.

3. (Dengan nada suara menyedihkan) Ya...... Um, itu.......

'......Apa ini?'

Aku akan bertanya apa ini, namun seolah² ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokanku, aku tidak bisa mengeluarkan suara.

Suara pria itu mengancam ku ketika aku hanya berdiri di sana tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Kau lebih baik bicara."

Aku merasakan aura mematikan sampai² itu menyakiti kulitku. Aku akan mati ketika aku tidak memberikan jawaban.

Tanpa sadar aku menekan nomor 3 di grafik putih.

"Ya...... Um, itu......."

Kata² yang sama pada grafik secara otomatis keluar dari mulutku tanpa kemauanku.

'Apa itu. Apa ini?!'

Mulutku terbuka dengan bodoh, masih tidak percaya apa yang baru saja aku katakan.

Aku tidak bisa menebak situasi apa yang sedang ku alami sekarang.

Aku berada di tempat yang asing ketika ku bangun, dan datang untuk menghadapi orang² asing ini yang semuanya meiliki aura mematikan.

Aku tidak bisa memikirkan apa pun seolah baru bangun dari tidur.

"Yah, um itu, selanjutnya."

Pria itu sepertinya tidak menyukai jawaban yang tidak lengkap itu ketika dia memerintahkanku untuk menjawab yang sebenarnya dengan wajah yang menakutkan.

Saat itulah kalimat-kalimat baru akhirnya muncul di grafik.

1. Maafkan saya. Saya akan bertindak dengan benar di waktu berikutnya.

2. Pembantu bodoh itu adalah orang yang memulai semua keributan.

3. Orang-orang rendahan merendahkan ku. Aku yang merupakan satu²nya putri Eckart!

Aku tidak punya waktu untuk duduk sedikitpun, memikirkan apa yang sedang terjadi sekarang.

Aku buru² memilih jawaban sambil memperhatikan suasana di sini.

Meskipun aku tidak tahu apa², aku harus berbicara sesuatu dalam situasi ini. Ini adalah hasil reaksi ku dari semua pengalaman menyakitkan saat itu.

"Maafkan......"

"Kita tidak akan bertemu satu sama lain seperti ini jika itu adalah hal yang akan selesai dengan permintaan maaf sederhana."

Ucapan ku terputus olehnya.

Jantungku mencapai bagian bawah dari nada menusuk yang dia gunakan.

Aku meringkukkan tubuh ku secara naluriah. Kemudian pria itu berbicara dengan nada dingin.

"Penelope Eckart."

'Penelope Eckart?'

"Kami akan menarik nama kami 'Eckart' dari mu untuk sementara waktu."

Ucapan dan namanya sangat akrab.

Aku mengangkat kepalaku dengan kecepatan kilat.


Lalu aku bisa melihat dengan jelas wajah pria yang tidak bisa kulihat sebelumnya.

Pria yang agak jauh dari tempat tidur itu bukan salah satu dari 'orang-orang di rumah itu', tetapi orang asing yang belum pernah kulihat sebelumnya.

Mata biru yang mencerminkan lautan, dan rambut hitam yang mengingatkan ku pada batu obsidian.

Di atas mereka ada bar panjang yang mirip dengan tanda baterai ponsel, dengan hurif putih yang berkilau.

'Keter...tarikan...?'

Jika mataku benar-benar baik² saja, maka huruf² putih berkilau di atas kepala pria itu pasti mengatakan 'ketertarikan'.

"Tentunya tidak ada pesta atau jamuan selama waktu itu, dan kau benar² tidak diizinkan meninggalkan ruangan. Kau pikirkan kesalahanmu, dan pikirkan apa yang akan kamu lakukan mulai sekarang dan selama.... "

"..."

"Kau melihat ke mana?"

Wajah pria tanpa emosi itu berubah menjadi kerutan seolah dia tidak senang ketika aku menatap hal yang lain dari pada tempat yang seharusnya kulihat.

Namun aku tidak bisa bereaksi terhadap itu dan hanya terus memeriksa bar di atas kepala pria itu.

[ҡɛtɛʀtaʀɨҡaռ 0%]

'Tidak mungkin...'

Tanpa sadar aku menggelengkan kepalaku beberapa kali.

Benar-benar tidak bisa dipercaya.

Seriuss.

"Rumor yang mengatakan bahwa kau menjadi gila itu benar."

Pria itu memelototiku sejenak dari tindakan anehku sebelum berbalik dariku.

Dia berjalan menuju pintu dengan langkah² besar dan cepat seolah² dia tidak ingin tinggal di tempat yang sama denganku bahkan untuk satu detik lagi. [Ketertarikan 0%] Beranjak dari ku.

'Apa kesalahan yang telah aku perbuat?'

Itu adalah waktu ku berpikir tentang situasi apa ini sambil menatap bagian belakang sosok yang pergi.

Aku merasakan mata seseorang menatapku dengan aura yang seolah mengejekku dengan seringai.

Aku menoleh untuk melihat orang lain dengan rambut merah muda, berdiri dengan kedua tangan dilipat di dekat pintu.


Dia memiliki mata biru yang sama dengan orang yang baru saja pergi. Wajahnya punya senyum yang seolah mengejek.

[ҡɛtɛʀtaʀɨҡaռ -10%]

Huruf putih berkilau di atas sosok anak itu.

Bahkan negatif.

"Cewek bodoh. Itu pantas untukmu. "

Tidak seperti wajahnya yang cantik, dia mengucapkan kata² buruk yang jahat dan meninggalkan ruangan mengikuti pria yang sebelumnya pergi.

Gedebuk-! Pintu terbanting.

Aku tetap duduk dengan kepala kosong selama beberapa waktu di kamar dimana hanya aku yang ada.

Kepalaku tidak berfungsi dengan baik dan aku masih tidak tahu situasi di mana aku berada saat ini.

Aku berpikir sebentar dan menyadari bahwa tempat ku dan dua orang yang baru saja ku lihat agak akrab bagi ku.

"Itu bohong, yakan?"

Aku akhirnya bisa berbicara apa yang ingin ku katakan ketika alu dibiarkan sendiri.

Tapi aku tidak punya waktu untuk memperhatikan itu.

Saya tidak percaya ini. Ini bukan sesuatu yang terjadi setiap hari untuk ku juga.

"Tidak mungkin."

Tidak mungkin adegan dari permainan yang ku mainkan sebelum jatuh tertidur diputar ulang seperti kenyataan.

Dan dengan aku sebagai salah satu karakter dalam game.

"Aku sedang bermimpi sekarang."

Tidak ada kasus lain untuk ini selain itu.

Akan tetapi bagaimanapun aku menarik rambutku dan mencubit wajahku, aku masih tidak bisa bangun dari mimpi ini.

"Ti, tidak... Tidak, tidak! Tidak! Aku bilang tidak-!"
.
.
Penelope Eckart.


Dia adalah penjahat dari permainan paling populer untuk anak perempuan belakangan ini, ɖaռ heroine dari mode yang sulit.

______

Selamat menikmati٩(๛ ˘ ³˘)۶♥

Mohon Vote nya ya '_^ 
👇🏻👇🏻👇🏻


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter 210

 Selamat membaca kakak!! Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella**** Terimakasih kak! ❤ . . . Setelah melihat sosok kecil yang muncul entah dari mana, Vinter berhenti bernapas. Dia buru-buru menarik ujung tongkatnya. Kwaaang-! Dan sihir serangan itu melewati Yvonne dengan jarak yang sedikit lagi akan mengenainya, dan sihir itu menghantam dinding dan menyebabkan suara dan getaran yang besar. Namun, berkat sihir yang melapisi bangunan ini, dindingnya tidak berlubang. "Ugh......!" Sihir yang menyapu kantor itu dengan cepat membuat asap. Dan di antara asap itu, ada seorang wanita dan seorang anak kecil yang mengenakan topeng singa terungkap. "Sudah kubilang aku pasti akan menghancurkannya." Yvonne tertawa terbahak-bahak. Vinter pun mengerutkan kening dan memasang ekspresi yang terlihat putus asa. "Raon!" Dia adalah seorang anak yang sangat berharga karena dia pintar. Tapi mata Raon, terlihat dari celah topeng s...

Chapter 182

 Selamat membaca kakak!! Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella**** Terimakasih kak! ❤ . . . Vinter menatapku dengan mata yang melotot dan memaksaku untuk segera menjawab. Tidak, mungkin itu hanya alasanku. "Itu..." Saya ragu-ragu untuk waktu yang lama, sambil membuka bibir saya dan menutupnya lagi begitu terus selama beberapa saat. Tidaklah jelas untuk mengatakan bahwa masalah kepercayaan adalah jawaban yang benar. Dia mengira saya akan membunuh Yvonne, tetapi dia malah berusaha untuk menyembunyikan kejahatan saya. 'Tidak. Kamu memperlakukanku seperti penjahat ganas ketika kekacauan itu terjadi, bagaimana itu disebut sebagai kepercayaan?' atau 'Tidak. Terakhir kali saat kamu membuat keributan itu, kamu memperlakukanku seperti penjahat kejam, mungkin ini masalah kepercayaan?' Setelah perjuangan yang panjang, saya menjawab dia yang terus memandang saya. "Yah...kedengarannya seperti karaktermu." "...

Chapter 101

. . . 'Apa itu?' Secara reflektif ke jendela sistem yang melayang, tatapan ku naik ke atas kepala eclis. Dan aku membuka mataku. '.... Sudah hilang!' Kalimat itu [Minat 77%], yang baru saja berkilau dengan jelas di kepalanya diubah menjadi [periksa ketertarikannya]. Selain itu, bar ukuran yang diisi dengan warna putih telah berubah menjadi merah gelap. Tapi sebelum aku bisa mengenali apa yang telah terjadi, sebuah tulisan baru muncul. ____ <SYSTEM>  Warna ditampilkan pada bar pengukur tempat ketertarikan. ____ <SYSTEM>  DALAM RANGKA UNYUK MEMERIKSA KETERTARIKANNYA, BUATLAH KONTAK FISIK DENGAN TARGET. –––– "Elise...." Sambil melihat ke jendela sistem dengan mata gemetar, aku berhasil berbicara. Suara yang kencang keluar seolah² sedang tercekik. "Berikan padaku, aku akan meletakkannya untuk mu." Sudut² mulutku yang gemetar terangkat dengan susah payah dan memerintahkan. Eclis perlahan melepas tangan yang ia kenakan di bibirnya. - Traaak.  K...