Langsung ke konten utama

Chapter 71


.
.
.
"Saya belajar bagaimana menggunakan busur ketika saya masih muda, jadi saya akan berlatih sambil memukul monster besar juga seperti yang dilakukan sang Putri."

"Dan Puteri! Pakaian luae anda terlihat bagus untuk anda hari ini." Beberapa orang bahkan berbicara tentang pakaian.

"Terima kasih." Aku pura-pura tidak tahu tentang mata yang menatapku.

"Pfft!" Lalu ada suara mencemooh yang jelas dari suatu tempat.

'Fiuh. Ini bahkan tidak mengganggu ku...' Ini menjengkelkan, tetapi aku bisa mentolerir mereka karena itu tidak berhubungan langsung dengan ku.

Apa yang bisa ku laku kan untuk sesuatu yang dilakukan tubuh ini di masa lalu?

'Jika kau jadi gila dan membuat keributan dan Duke atau Derrick mendengar ...'

Jika itu terkait dengan keluarga, maka itu bisa menjadi masalah.

Aku merasa sedikit kasihan kepada Duke karena dia telah menantikan undangan lebih dari ku, jadi aku berpikir bahwa aku akan mempertahankan tempat ku tanpa masalah.

Tampak tidak sabar pada ku yang tidak menanggapi ejekan mereka, si rambut biru membuka mulutnya lagi.

"Putri, sepertinya kamu akan berburu monster lagi hari ini."

"Oh? Kalau dipikir-pikir, bukankah itu busur panah yang anda gunakan untuk membunuh monster kemarin?"
Nona Alice menunjuk panah di punggungku.

Sekarang setelah aku menyadari tujuan dari pertemuan ini, aku merasa tidak dihargai.

"Iya." aku menjawab dengan tidak tulus.

Ada senyum kecil di wajahku untuk mengendalikan ekspresiku.

"Ya ampun, bagus sekali!"

Countess Dortea, yang mendengar kata-kata Alice, bertepuk tangan dan berbicara.

"Putri, Nona Alice kesal karena dia tidak melihat penampilan anda kemarin. Karena Anda telah datang sejauh ini dengan panah otomatis, bisakah Anda menunjukkan kepada kami keterampilan memanah Anda, tolong?"

"Kamu sudah berpakaian untuk acara ini, jadi seharusnya baik-baik saja!"

Kellin menambahkan, "Sebenarnya, saya mendapat boneka beruang besar untuk ulang tahun saya beberapa waktu yang lalu dan saya membawanya untuk menunjukkan kepada semua orang. Itu akan menjadi target yang sempurna."

"Ya ampun, Madam Kellin! Bagaimana jika hadiah berharga Anda terlubangi di atasnya?"

"Ini lebih kecil dari monster kemarin, jadi saya percaya itu tidak akan terjadi."

"Hohohoho, anda benar. Itu mungkin."

Para wanita tertawa ketika mereka bersembunyi di belakang kipas mereka.

"Pergi, bawa itu kesini."

"Baik, Madam." Tanpa mendengarkan persetujuan ku, Kellin memulai rencana jahatnya sesukanya.

Aku ingin begitu melihat seberapa jauh mereka pergi, jadi aku memperhatikan mereka dengan tenang sementara aku bersandar ke belakang dengan tangan bersilang. Aku menatap tajam pada sikap mereka yang semakin arogan.

Beberapa saat kemudian, seorang pelayan datang dengan tersandung boneka beruang besar yang sebesar tubuhnya, bertanya pada Kellin ketika dia berdiri sedikit lebih jauh di belakangnya.

"Di mana saya harus meletakkan target, Nyonya?"

"Putri, kamu mau di mana? Aku pikir jarak ini sudah oke."

Kellin menunjuk pelayan yang berdiri di belakangnya, berusaha keras menahan tawanya.

"Itu hanya jarak yang cukup jauh, jadi ada risiko lebih sedikit untuk menembak orang dibandingkan tahun lalu. Benarkan, semuanya?"

Semua orang mengangguk simpati pada pertanyaannya,

"Nona Kellin benar, jarak itu cukup baik. Akan menjadi masalah jika terlalu jauh dan panah buta mengenai sasaran yang salah."

"Silakan pergi dan tunjukkan keahlianmu, Putri."

"Wah! Aku senang!" Nona Alice bertepuk tangan seperti anak kecil.

Aku merasa sedih karena aku mengira matanya yang berkilau itu sebagai keingintahuan beberapa waktu lalu. 

'Yah, rasa ingin tahu adalah rasa penasaran ...'

Sepertinya mereka sedang melihat badut atau simpanse melakukan trik.

Dia menggunakan ku untuk mengarahkan perhatian sehingga dia bisa membuat suasana yang bahkan tidak bisa ku tolak.

Tidak ada hal lain untuk ditinjau kembali, karena Alice dan semua orang menatapku dengan ejekan di mata mereka.

Itu sebabnya aku mendorong para bangsawan dan menatap orang yang telah memimpin skema ini untuk menempatkan ku pada posisi ini– dia memiliki senyum lebar di bibirnya saat dia melihat wajah tanpa ekspresiku.

'Jadilah liar seperti tahun lalu.' Perpaduan penghinaan dan kegembiraan di mata mereka yang memandang seolah-olah memberi tahu ku demikian.

Ada dua opsi untuk Penelope dalam permainan– mainkan peran badut yang mereka inginkan atau menjadi liar dan tembak semuanya seperti tahun lalu.

'Jika itu benar-benar Penelope, hanya akan ada satu pilihan yang menyebalkan baginya.'

Tidak akan sulit untuk menunjukkan keterampilan memanah ku seperti apa yang mereka inginkan, tetapi akan ada berita 'pertunjukan panah sang putri yang konyol' menyebar seperti api liar besok.

Tetapi jika mereka berani mengejek ku dan menjadi marah dan memutarbalikkan cerita ... 

'Kau akan mencoba untuk mendapatkan simpati dan menjadi Ratu Perburuan lagi.'

Ku kira ini lebih dekat dengan apa yang diinginkan Kellin– untuk menginjak-injak sang Putri sepenuhnya sehingga dia tidak akan pernah bisa kembali ke masyarakat.

Apa pun yang ku pilih, tidak akan ada efek negatif padanya.

Jadi, 'Aku bisa memilih keduanya nih.'

Ketika aku terlihat tidak punya niat untuk bergerak dari posisiku, Kellin mengejek dan memanggilku. "Putri?"

Aku memandangnya dan tiba-tiba menyeringai. "Saya pikir boneka beruang agak terlalu sulit."

"..Maaf?" Dia terkejut sesaat atas jawaban ku.

Tampaknya aneh bahwa Putri yang mereka harapkan akan meledak dan mulai menjerit itu tenang.

"Kenapa, kenapa begitu?"

"Sayangnya, ukuran itu tidak cukup bagiku untuk menunjukkan kepadamu bagaimana kemampuanku." Aku melirik boneka beruang itu ke samping dan bergerak dengan lesu.

"Astaga!" Countess Dorothea mulai membuat keributan. "Sebesar apa targetnya sehingga Putri bisa menunjukkannya kepada kami?"

"Apakah kamu membutuhkan target sebesar monster kemarin?"

Didukung oleh yang lain, rambut biru bergumam menggerakkan bahunya.

"Lalu apa yang harus kami lakukan, Putri? Kurasa tidak ada pengrajin yang bisa membuat boneka sebesar itu ..."

"Oh, saya tahu. Sayang sekali!"

Wanita dari beberapa tempat menertawakan kata-katanya.

"Yaah."

* Draakk *. Aku bangkit dari tempat duduk sambil menyeret kursiku, mengabaikan tawa mereka. Kemudian, dengan sentuhan lembut, aku menarik panah dari punggungku.

"Aku pikir itu akan menjadi rumor yang cukup bagus jika aku mengenai lalat yang terbang di sekitar mulutmu."

Clunk.

Rasanya alami akhirnya membidik seseorang.

"Apa yang kalian pikirkan?"

Aku menurunkan mataku dan melihat ke sekelilingku. Tawa para wanita itu perlahan mereda.

Segera setelah aku berdiri, Nyonya Kellin tidak segera menyadari ke mana panah diarahkan.

Karena mereka tidak punya waktu untuk melakukannya.

Kellin dan para bangsawan lainnya membelalakkan mata mereka ketika mereka terlambat menyadari situasi.

Di antara mereka, seorang wanita tua yang menjengkelkan yang bersembunyi di balik kipasnya berteriak.

"P-princess Eckart! A-apa yang anda...! Bagaimana anda bisa mengarahkan busur ke seseora...."

"Putri?" Dengan dingin aku memotong kata-kata wanita itu. Seolah-olah dia tidak layak untuk menentang, aku mengalihkan pandanganku seolah aku akan menginjaknya.

"Sejak kapan seorang wanita tua tak berwajah dengan ceroboh berbicara tentang nama Eckart?"

"I ... itu ..."

Wajahnya memerah, karena memalukan bahwa dia berasal dari keluarga yang begitu kecil sehingga aku bahkan tidak tahu wajahnya.

Dia mungkin dihormati sebagai yang tertua di pesta teh– sebagian karena kelasisme kekaisaran yang berat ini– tetapi aku tidak tahan lagi.

Keheningan mencekik jatuh di hutan kecil untuk pesta teh.

"... Putri, harap tenang."

Kellin berbicara, lebih tenang daripada yang kupikirkan.

"Jika anda terus seperti ini, saya tidak akan punya pilihan selain memanggil para penjaga seperti terakhir kali. Bukankah itu menempatkan anda dalam posisi yang sulit?"

Provokasi. Sebuah komentar untuk membuatku jadi gila.

Para penjaga ditempatkan di tanah kosong tepat di sebelah hutan tempat pesta teh diadakan.

Jelas bahwa Penelope tahun lalu menjadi liar dengan panah di tangannya yang tidak tahu cara menembak, cukup bagi para penjaga yang mendengar keributan untuk melompat masuk.

Tidak sulit untuk menebak bahwa alasan dia tiba-tiba mengeluarkan senjatanya adalah untuk ancaman dan pertahanan diri.

Bagi ku yang mempelajari tentang properti panah otomatis, aku menyadari bahwa tubuh ini tidak memiliki bakat seni bela diri.

Jika tubuh ini tahu bagaimana menggunakan panah otomatis, itu tidak akan memiliki jari-jari halus mselainkan otot-otot lengan.

'Dasar brengsek kalian.'

Mengapa mereka tidak tahu bahwa mereka dengan mudah dikecilkan oleh otak yang jarang digunakan?

Meskipun disebutkan penjaga, aku tampak tenang. Kecemasan sedikit merayap di wajahnya.

"Kali ini, itu tidak akan semudah tahun lalu, jadi turunkan bidikan anda..."

"Kalau begitu, panggil mereka." Sekali lagi, sudut mulutku berputar ke atas dan menunjuk daguku.

Wajah para wanita semua terkejut dengan reaksiku.

'Sang Putri, yang akan pergi menjerit dan menjadi liar, baru saja mengatakan untuk memanggil penjaga dengan mulutnya sendiri.'

Terkejut oleh perubahan acara, rambut biru menatapku lagi dengan ekspresi bingung.

"Tapi..."

Seolah aku tidak tahu apa-apa, aku sedikit menundukkan kepalaku dan tersenyum singkat.

"Apakah lebih cepat memanggil penjaga, atau jika aku menembak setiap benda yang bergerak di sini?"
.
.
.

____
Yuhuu!!! Tembak aja lah Penny!!
Udh ikhlas kok aku 😌

Haaii,, makasii udah mampir baca.
Jika ada yang tidak dimengerti, boleh TANYA JAWAB DI KOMENTAR yaa!!. mohon dimaafkan..
( ̄ε ̄ʃƪ)


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter 210

 Selamat membaca kakak!! Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella**** Terimakasih kak! ❤ . . . Setelah melihat sosok kecil yang muncul entah dari mana, Vinter berhenti bernapas. Dia buru-buru menarik ujung tongkatnya. Kwaaang-! Dan sihir serangan itu melewati Yvonne dengan jarak yang sedikit lagi akan mengenainya, dan sihir itu menghantam dinding dan menyebabkan suara dan getaran yang besar. Namun, berkat sihir yang melapisi bangunan ini, dindingnya tidak berlubang. "Ugh......!" Sihir yang menyapu kantor itu dengan cepat membuat asap. Dan di antara asap itu, ada seorang wanita dan seorang anak kecil yang mengenakan topeng singa terungkap. "Sudah kubilang aku pasti akan menghancurkannya." Yvonne tertawa terbahak-bahak. Vinter pun mengerutkan kening dan memasang ekspresi yang terlihat putus asa. "Raon!" Dia adalah seorang anak yang sangat berharga karena dia pintar. Tapi mata Raon, terlihat dari celah topeng s...

Chapter 182

 Selamat membaca kakak!! Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella**** Terimakasih kak! ❤ . . . Vinter menatapku dengan mata yang melotot dan memaksaku untuk segera menjawab. Tidak, mungkin itu hanya alasanku. "Itu..." Saya ragu-ragu untuk waktu yang lama, sambil membuka bibir saya dan menutupnya lagi begitu terus selama beberapa saat. Tidaklah jelas untuk mengatakan bahwa masalah kepercayaan adalah jawaban yang benar. Dia mengira saya akan membunuh Yvonne, tetapi dia malah berusaha untuk menyembunyikan kejahatan saya. 'Tidak. Kamu memperlakukanku seperti penjahat ganas ketika kekacauan itu terjadi, bagaimana itu disebut sebagai kepercayaan?' atau 'Tidak. Terakhir kali saat kamu membuat keributan itu, kamu memperlakukanku seperti penjahat kejam, mungkin ini masalah kepercayaan?' Setelah perjuangan yang panjang, saya menjawab dia yang terus memandang saya. "Yah...kedengarannya seperti karaktermu." "...

Chapter 101

. . . 'Apa itu?' Secara reflektif ke jendela sistem yang melayang, tatapan ku naik ke atas kepala eclis. Dan aku membuka mataku. '.... Sudah hilang!' Kalimat itu [Minat 77%], yang baru saja berkilau dengan jelas di kepalanya diubah menjadi [periksa ketertarikannya]. Selain itu, bar ukuran yang diisi dengan warna putih telah berubah menjadi merah gelap. Tapi sebelum aku bisa mengenali apa yang telah terjadi, sebuah tulisan baru muncul. ____ <SYSTEM>  Warna ditampilkan pada bar pengukur tempat ketertarikan. ____ <SYSTEM>  DALAM RANGKA UNYUK MEMERIKSA KETERTARIKANNYA, BUATLAH KONTAK FISIK DENGAN TARGET. –––– "Elise...." Sambil melihat ke jendela sistem dengan mata gemetar, aku berhasil berbicara. Suara yang kencang keluar seolah² sedang tercekik. "Berikan padaku, aku akan meletakkannya untuk mu." Sudut² mulutku yang gemetar terangkat dengan susah payah dan memerintahkan. Eclis perlahan melepas tangan yang ia kenakan di bibirnya. - Traaak.  K...