.
.
.
3% dari minatnya naik secara langsung, tapi aku tidak dalam situasi di mana aku bisa gembira karena itu.
"Kenapa Anda....."
"Pertama², bisakah kamu menjauhkan ini dariku?"
Tanyaku, memandangi sekilas pedang kayu di leherku.
"Ini dingin."
"..... Ah."
Dengan suara kesadaran, dia mengangkat tangannya dengan pedang di udara.
Swhooss-.
Saat itu, bayangan dari sebuah objek panjang ditunjukkan pada Ku.
Secara naluri Aku menutup mata.
Aku tahu dia tidak akan memotong Ku dengan itu, tapi seperti yang Ku katakan, naluriah.
Kreek-!
Aku membuka mata Ku lagi saat mendengar ada yang pecah.
Aku melihat ke bawah ke tanah dan menemukan pedang kayu yang patah yang telah dilempar sangat keras.
'Apa yang....'
Ketika Aku mengangkat kepala, Eclise turun ke lumpur basah dan berlutut di atas lututnya.
"Master."
"....."
"Maafkan saya."
Dia meminta maaf, berlutut di tanah.
"Beraninya saya, kepada Master....."
Kerutan di wajahnya menyerupai anak kecil yang hampir menangis.
"Hukum saya."
Shaaa⛈⛈- Hujan mulai turun lebih deras dari sebelumnya.
Rintik hujan turun dan kembali turun dari hidung dan dagunya terus menerus. Dia tampak menyedihkan.
Tapi kemudian Aku segera memperhatikan kemana dia sedang melihat.
Cincin ruby merah tua di jari telunjuk tangan kiri Ku.
Desahan tipis keluar dari mulutku.
Aku melihat Eclise dan pedang kayu yang patah.
'Siapa yang tahu bahwa dia mungkin mendatangiku ketika aku menggerakkan jariku padanya, meskipun dia menyuruhku untuk menghukumnya.'
Pedang kayu itu sekarang setengah terkubur di dalam lumpur.
Ujung tajam pedang kayu masih menyembul keluar dari lumpur. Jika Aku jatuh di atasnya, maka itu mungkin benar².....
'Ahh.....'
Aku gemetar karena pikiran mengerikan itu.
Tiba-tiba, Aku teringat akan pilihan dialog yang telah Ku matikan untuk sementara waktu.
'Jika aku sedang bermain game, maka Aku akan mati dengan cara bodoh di adegan ini.'
Jika demikian, Aku akan mengklik 'reset' dan terus memainkan episode ini sampai Aku melewatinya.
Aku tidak yakin akan hal itu karena Aku tidak pernah mendapatkan episode ini dengan memainkan mode sulit.
Tapi Aku bisa menebak, karena sekarang Aku tinggal di dunia ini untuk sementara waktu sekarang.
Bahwa akan ada pilihan sekarang di adegan ini jika itu adalah permainan.
'...... Apa yang harus dikatakan Penelope sekarang jika dia ingin hidup.'
Aku dengan dingin menatap Eclise yang berlutut di depanku.
Dia membuat mata anak anjing yang sedih saat dia menatap lantai, tapi Aku ingin tahu apa yang dia pikirkan di dalamnya.
Seorang budak yang kehilangan negaranya dalam sehari dan jatuh dari menjadi bangsawan menjadi budak.
Dia pasti merasa tidak enak dengan kondisinya saat ini di mana dia dijual dengan uang sehingga sekarang dia harus membunuh hasratnya yang sebenarnya dan bertindak baik kepada seorang gadis bangsawan yang angkuh yang mungkin dia benci.
Tidak sulit menebak apa yang mungkin dia rasakan.
Melihat dia mengayunkan pedangnya meskipun tidak ada orang di sana, dan dengan aura mematikan yang dihembuskan nya.
Dari itu, Aku bisa menyadari betapa banyak kemarahan dan amarah yang dia miliki.
Hanya ada satu jawaban untuk ini.
Hanya tersenyum ramah seperti heroine dari mode normal, seolah² kau bahkan tidak tahu apa² aura yang mematikan itu dan-
'Katakan padanya bahwa itu baik² saja dan itu bukan masalah besar.'
Tapi tidak peduli seberapa keras Aku berusaha memaksakan diri untuk mengatakan kata² itu, itu tidak akan keluar.
'Bagaimana kau bisa berkata seperti itu?'
Aku hampir mati karena pedang kayu itu.
"..... Eclise."
Aku mengepalkan tanganku dan menemukan kata² lain untuk diucapkan sebagai gantinya.
"Apakah seseorang mengincarmu?"
Aku masih harus bertindak dengan baik agar bisa bertahan hidup.
Setidaknya selama Aku masih Penelope, villain game ini.
"Orang² di sini tidak memperlakukan ksatria dengan seketat ini.... Kenapa kau masih berlatih dalam cuaca seperti ini."
"....."
"Kamu sendirian di situ."
Aku memaksa tersenyum. Mempelajari dia dengan teliti kalau² dia mencoba membunuhku.
"Hmm?"
Aku mendesaknya untuk menjawab. Ketika Aku melakukannya, wajahnya yang tanpa emosi berubah menjadi wajah seseorang yang tercengang.
"Kau basah kuyup."
Aku memiringkan payung sedikit sehingga itu menutupi hujan darinya juga, meskipun itu tidak akan melakukan apa² karena dia sudah basah kuyup.
Bulu matanya yang panjang tampak berat dengan tetesan hujan kecil yang tersangkut di dalamnya.
Aku mengulurkan tanganku dan mengusap kedua area matanya seolah² mengeringkan nya.
"Katakan padaku. Siapa yang menyuruhmu melakukan hal seperti itu."
Eclise tersentak ketika jari²ku menyentuhnya seolah² dia dicap dengan stempel logam yang dipanaskan dengan api.
Lalu dia menjawab sambil menghembuskan napas....
"..... Tidak ada."
"....."
"Tidak ada yang memaksa saya melakukan ini."
"Lalu?"
"Saya hanya...."
Dia berhenti. Lalu dia mengalihkan pandangannya dari cincin ke mataku.
"Saya ingin secara resmi menjadi seorang ksatria sehingga saya bisa tinggal di sisi Master sesegera mungkin......."
"....."
"Karena itulah saya berlatih sendirian, Master."
Aku tersenyum lembut pada jawabannya.
"Betapa sangat terpujinya."
Mata abu-abu yang menatapku tidak goyah lagi.
"Aku harus memberimu hadiah untuk latihan begitu keras."
Aku melihat ke atas kepalanya yang berkilau lagi.
Lalu Aku bertindak sebaik mungkin untuk menyembunyikan apa yang Ku pikirkan.
"Haruskah Aku menyuruh mereka memasang penutup di sini agar kau bisa melakukan latihan tanpa jadi basah? Atau apakah kau memiliki sesuatu yang kau inginkan?"
"....."
Eclise menggelengkan kepalanya tanpa mengatakan sepatah kata pun. Lalu aku memutar mataku ke pedang kayu yang patah.
"Ah iya. Aku harus mendapatkan pedang lain untukmu karena pedang itu patah."
"....."
"Aku harus memanggil tukang besi. Atau pandai besi akan....."
"Saya ingin."
Dia membuka mulutnya dan memotong kata²ku.
"Saya ingin Master sering mengunjungi saya."
Aku terdiam atas permintaannya yang tak terduga. Aku menatapnya dengan mata yang agak lebar ketika dia melanjutkan.
"Master belum pernah mengunjungi saya setelah meninggalkan saya di tempat ini......"
"....."
"Saya pikir master telah melupakank saya."
Tatapannya pada Ku entah bagaimana tampak seperti dia menyayangiku. Seolah² dia memohon untuk cinta.
"..... Ha."
Aku tidak tahu apakah itu suara tawa kuda atau tawa yang lepas dari mulut Ku.
Aku yakin akan hal itu sekarang.
Kegelisahan yang kurasakan darinya bahkan ketika dia berlutut padaku setelah memukuli orang lain seperti mesin pembunuh.
Sama seperti aku mengenakan topeng dari Master yang baik hati untuk minatnya, Eclise juga bertindak seperti anjing Ku yang setia untuk kelangsungan hidupnya.
'Kupikir Aku membawa anak anjing, tetapi mungkin itu adalah bayi harimau.'
Sayangnya, Aku tidak pernah menduga bahwa rute Eclise berbahaya karena Ku pikir selama ini bahwa dia akan menjadi yang paling aman.
Tapi sekarang Aku tidak yakin. Itu salah Ku karena tidak mencoba rute setiap karakter.
Tapi, meski begitu, aku tidak bisa berhenti sekarang.
"......Baiklah. Kapan saja, jika itu yang kau inginkan."
[ʍɨռat 25%]
Eclise tersenyum tipis pada jawaban ku.
"Kau akan masuk angin, Eclise."
Napasnya terlihat di udara dingin.
Aku memberitahunya dengan nada lembut ketika dia meluruskan punggungnya.
Pada saat yang sama, payung itu miring kembali ke arahku.
Hujan mulai mengguyur Eclise lagi.
"Hentikan latihanmu hari ini. Ini perintah. "
Aku berbalik dengan mengatakan itu.
Saat itu ketika Aku akan mengambil langkah pertama ke depan.
"Master."
Eclise memanggil Ku.
Aku melirik ke arahnya dan melihatnya masih berlutut di tanah.
Dia tidak mencoba dan menghindari hujan saat dia hanya menatapku.
"...... Tidakkah Anda akan memberi saya hukuman?"
"....."
"Saya hampir melukai Master."
Tidak. Bukan hanya hampir menyakitiku......
'Kau hampir membunuh Ku.'
Aku memaksa tersenyum bahkan dengan bibirku yang bergetar.
"Menghukum seorang ksatria yang setia hanya untuk beberapa hal kecil adalah sesuatu yang hanya dilakukan oleh seorang pendongeng idiot, Eclise."
"....."
"Kau tidak melakukan itu dengan sengaja. Benarkan?"
Aku tidak memberinya kesempatan untuk membalas kata² Ku saat Aku segera berjalan pergi.
Aku merasakan tatapan itu tidak meninggalkanku sampai aku benar² pergi dari tempat itu.
Satu²nya pengawal Ku yang tidak menerima perintah untuk bangun lagi, juga tidak pernah dimaafkan tindakannya oleh Ku.
Untungnya, dia tidak mencoba dan menghentikan tuannya pergi lagi.
Aku berjalan dengan kecepatan cepat, tidak peduli apakah pakaian Ku basah atau tidak.
Semuanya berlalu begitu cepat karena Aku berjalan begitu cepat. Aku bergerak dengan cara yang sama sekali berbeda dari caraku berjalan sebelumnya.
'Bukan karena rute Eclise aman.'
Suasana hatiku jatuh ke dasar karena kebenaran yang baru kusadari beberapa waktu lalu.
Sebenarnya, itu tidak sepenuhnya tidak terduga.
Minat setiap ML dimulai dari 0 atau negatif.
Aku terus sekarat bahkan sebelum bisa mencapai bagian tengah cerita rute bermain mode hard. Tidak mungkin ada rute yang mudah ditempuh.
'Apa yang kupikirkan? Apa yang begitu Ku percayai sehingga Aku mendekatinya tanpa rasa takut?'
Pedang kayu yang menembus hujan ke leherku bahkan sebelum aku sampai padanya.
Aku tersentak hanya dengan memikirkannya.
"Ah...... ."
Aku berhenti karena pusing mendadak karena sakit kepala.
Aku tidak mempunyai mental untuk menyadari bahwa pakaian Ku basah sewaktu Aku meraih tiang kayu di sebelah Ku untuk menopang Ku. Kakiku yang gemetar terasa seperti akan kehilangan semua kekuatan kapan saja.
Aku melotot ke suatu tempat di sisi lain kabut sampai rasa pusing itu meninggalkan Ku. Lalu Aku menggumamkan satu hal yang muncul di kepalaku.
"Aku harus bergegas dan bertemu dengan Vinter."
_____
Haaii,, makasii udah mampir baca.
Jika ada yang tidak dimengerti, boleh TANYA JAWAB DI KOMENTAR yaa!!. mohon dimaafkan..
( ̄ε ̄ʃƪ)
Makasih kak, TLnya... 🤩
BalasHapus