Langsung ke konten utama

Chapter 27


.
.
.
"Ini adalah tas dengan sihir yang ringan. Tas itu digunakan oleh para ksatria saat mereka menjalankan misi."

Aku tidak menggunakan tas ini selama menjadi bangsawan, jadi aku bahkan tidak tahu bahwa ada hal yang senyaman.

Saat aku melihat ke tas itu dengan rasa ingin tahu, Harry mendorongku.

"Ayo cepat pergi, kita akan bergerak sekarang."

"Baik."

Aku menanggapinya secara refleks, dan segera setelah itu aku menyadari bahwa Harry berbicara dalam bentuk seekor anjing.

[Apa yang sedang kamu lakukan!]

Meskipun aku terkejut, Harry bersikap santai.

"Apa yang salah?  Dia sudah tahu segalanya."

'Ya.'

Emma sudah memperhatikan bahwa Harry adalah binatang yang bisa berbicara pada hari aku pergi untuk membantu adik²nya.

Dia belum mengatakan apa-apa tentang Harry sejak aku menyuruh nya melupakan apa yang dia lihat hari itu.

"Tapi jangan bicara padaku saat kamu terlihat seperti itu. Itu kebiasaan buruk, kamu bisa membuat kesalahan."

'Aku memberi Harry nasihat yang tegas. Aku melihat Emma untuk meminta persetujuan.'

"Bukankah itu benar, Emma?"

Tapi Emma tidak mengatakan apa-apa.  Dia hanya menatap Harry dengan wajah seolah² jiwanya telah hilang.

Ada yang salah nih.

"Emma?"

Ketika aku memanggil Emma dengan hati-hati, Emma tenggelam di tempatnya.

"Anjing-anjing-anjing-anjing itu bicara!"

Tangan Emma gemetar saat dia menunjuk ke Harry.  Itu adalah reaksi dari seseorang yang pertama kali tahu Harry adalah anjing yang bisa berbicara.

'Jangan bilang...'

Aku bertanya pada Emma dengan cemas.

"Kau tidak mendengar semuanya hari itu?"

"Hari itu? dengar?"

Emma bergantian melihat antara aku dan Harry dengan tatapan bingung.

"Pada hari kau datang ke ruang tamu ku untuk mengambil api. Apa kau tidak mendengar apa yang dikatakan Harry?"

"Yah, waktu itu saya tertangkap basah mencoba mencuri api jadi saya sangat terkejut… sehingga saya tidak mendengar apapun."

Aku tidak bisa percaya itu.

Jadi apa masalah yang aku lewati pada hari itu?

"Kau setuju ketika aku menyuruhmu melupakan semua yang kau lihat dan dengar hari itu. Bukankah kau mendengarnya?"

"Saya tidak tahu tentang apa itu, tapi saya setuju karena anda menyuruh saya untuk melupakannya. Saya takut Anda akan memotong jari saya… jika saya mengatakan saya tidak mendengar Anda atau mengatakan tidak."

Emma menundukkan kepalanya dan meminta maaf.

"Maafkan saya, nona muda."

Saya sangat sedih melihat pemandangan itu.

Tapi masalahnya adalah keluar dari krisis ini sekarang, daripada merasa putus asa tentang masa lalu.

'Bagaimana aku harus menjelaskan tentang Harry?'

-"Aku tidak percaya dia membawa-bawa binatang yang bisa berbicara."

-"Dia penyihir."

"Umn, nona."

Kemudian Emma memanggil ku sambil memegangi kepalanya, mencoba mencari tahu.

"Apakah itu peri?"

"....Hah?  Peri?"

"Iya!  Peri yang membantu nona muda!  Ketika saya masih muda, saya melihat banyak dari mereka dalam dongeng."

"Peri…"

Jauh lebih baik dengan salah mengira Harry sebagai peri daripada mengetahui bahwa dia adalah iblis.
ಥ⌣ಥ

"Uh, um, mungkin?"

Aku tertawa untuk mengabaikannya dengan kasar dan Emma berkata dia tahu itu.

“Sudah saya duga, dia bukan anjing biasa saat anda membawanya ke sini tiba-tiba!  Bulu putih yang indah, mata pemberani!  Itu pasti peri!"
♥(✿ฺ´∀'✿ฺ)ノ

Harry berdiri karena pujian Emma, ​​yang sedang berbaring beberapa saat yang lalu.

Hanya dengan memperbaiki postur tubuhnya membuatnya terlihat seperti anjing pemberani yang Emma bicarakan.

"Tolong lindungi nona muda kami, peri pemberani."

"Jangan khawatir, manusia. Aku berani dan aku tidak akan membiarkan tuan ku terluka."

“Saya hanya percaya pada peri!”
(✪ω✪)

Keduanya, bukan, seseorang dan seekor anjing, saling bertukar kata-kata kebajikan saat kedua mata mereka bersinar.

'Itu seperti sinyal bahaya.'

Itu hal yang bagus, bukan?

Anggap saja sebagai hal yang baik.
( ̄~ ̄;)

Aku melihat seekor anjing dan seseorang itu dengan mata berkabut dan pergi membawa tas.


****






Harry dan aku terbang di atas Wyvern sampai ke gunung kabut di barat laut.

 Aku butuh waktu tiga bulan untuk sampai ke sini dengan kereta.

 Begitu aku mencapai puncak, aku mencari tas ku dan menyerahkan sepotong dendeng ke Wyvern.

 "Mohon tunggu di sini sampai aku kembali. Apakah kamu akan baik-baik saja?"

 Para Wyvern memakan dendeng mereka dengan riang, dan kemudian menetap di bawah pohon besar

 Aku membelai kepala Wyvern untuk yang terakhir kali dan mendekati Harry, yang mencari-cari duluan.

 "Menurutmu ke mana kita harus pergi?"

"Dwarf cenderung hidup di sekitar lode (lapisan urat bijih logam di bumi) karena pasokan dan permintaan material. Akan menyenangkan untuk mulai melihat-lihat dulu di sana."

 "Lalu di mana lode-nya?"

 "Lode sering kali mengandung energi api, jadi menurutku kita bisa mencarinya."

 Mata Harry yang melihat sekeliling perlahan lebih merah dari biasanya. Sepertinya dia sedang mencari energi api.

 "Menurutku kita harus pergi ke sana."

 Harry, yang sudah lama mencari-cari, memutuskan untuk mengambil arah.

 Tidak merasakan apapun, aku tidak punya pilihan selain mengikuti pendapat itu.

Bahkan setelah mengambil arah, Harry berhenti berjalan sekali lagi dan mencari di daerah itu lagi untuk memutuskan jalannya.

 Aku mengikutinya di belakang, memakan kue yang dimasukkan Emma ke dalam tasku. Itu adalah kue keju dengan cranberry di dalamnya

 Pada saat aku diam-diam mengikuti jejak Harry dan menghabiskan satu kue, langkahnya berhenti.

 Harry berhenti beberapa kali mencari jalan, tapi kali ini suasananya berbeda.

 "Energinya paling kuat di sini. Jika ada desa, pasti ada di sekitar sini."

 "Kalau begitu mari kita berpencar untuk mencari-cari?"

"Itu akan cepat, bukan? Jika ada sesuatu yang aneh muncul, cepat panggil aku."

 "Seperti yang diharapkan dari anjingku. Sangat handal."

 Saat aku mengulurkan tangan untuk membelai kepala Harry, dia menggerakkan tubuhnya ke belakang.

 "Ada remah-remah kue di tanganmu!"

 "Oh, apa kamu mau?"

 Kupikir aku makan terlalu banyak kue untuk Harry yang menderita sendirian.

 Aku dengan cepat mencoba mencari-cari di tas ku untuk meminta maaf, tetapi Harry meraih tangan ku dan membawanya ke wajahnya.

Aku mendongak untuk melihat apa yang terjadi, lidah Harry menjilati jariku

 "Hei?"

 Dadaku tenggelam karena sentuhan lidahnya.

 Aku mencoba menarik tangan ku dengan cepat, tetapi Harry lebih kuat

 "Apa yang sedang kamu lakukan?"

 "Kau bertanya apakah aku ingin makan kuenya."

 "Siapa yang bilang makan tanganku?"

 "Ada remah-remah yang tersisa di tanganmu."

 Harry berkata begitu dan menjilat jari lainnya.

"Itu kan kotor!"

 Aku berteriak dan menendang tulang kering Harry.

 Namun Harry menekuk kakinya ke belakang seolah-olah dia memperkirakan serangan itu.

 Serangan itu, yang kehilangan targetnya, hanya mengguncang bagian tengah tubuhku.

 Aku tidak bisa menahan kelembaman nya jadi aku jatuh ke depan dan kepalaku membentur dada Harry.

 "Aduh…."

 Aku mengusap dahiku yang bengkak dan menatap Harry.

"Ada kue yang baru. Jika kamu menunggu, aku akan menariknya keluar. Kamu tidak tahan dan langsung menjilat tangan orang?"

 "Aku lebih suka remah-remah daripada kue."

 (Ups, sepertinya saya tahu maksud harry. ಥ▽ಥ)

 "Apa? Itu adalah nafsu makan yang sangat tidak biasa."

 Bagaimanapun, iblis itu sulit untuk dipahami.

 "Jika kamu tidak akan makan kue, lihat saja sekeliling. Kita harus pergi sebelum matahari terbenam."

Aku mendengus dan mendorong Harry pergi dan melihat sekeliling.

 Gunung itu lebih dingin dari pada dataran, tubuhku gemetar.

 Tanahnya berisi salju yang belum meleleh dan di sisi lain, aku melihat dinding batu besar seolah-olah telah diukir.

 Aku mendekati dinding batu itu seolah-olah aku kerasukan sesuatu.

 "Konon, saat kamu mengetuk² dinding seperti di film atau drama, kamu akan menemukan pintu masuk."

 Namun, tidak peduli berapa kali aku mengetuk dinding, pintu masuknya tidak terlihat.

 'Banyak hal tidak dapat dilakukan dengan mudah.'
( ̄~ ̄;)

Segera setelah aku berbalik dari dinding sambil berpikir demikian, aku menginjak benda yang tidak diketahui.

 "Aduh!"

 Aku mengguling tanah tanpa hambatan.

 Lutut ku sakit karena jatuh. Kemungkinan berdarah.

 'Apakah aku terjebak di akar pohon, atau sesuatu?'

 Saat aku melihat ke akar pohon yang merobohkanku, ada pedang tajam yang mencuat keluar ditemukan di tanah.

 "Siapa yang meninggalkan pedang di sini?"

 Aku jongkok di lantai, menuduh seseorang membuang sampah ke gunung.

Jika aku membiarkannya seperti ini, orang lain mungkin akan jatuh seperti ku dan terluka parah.

 'Haruskah aku menariknya keluar?'

 Aku melihat-lihat pedang itu.

 Pedang itu tertanam dalam sehingga sepertinya sulit untuk ditarik keluar.

 'Jika aku tidak bisa, aku akan meminta bantuan Harry.'

 Pegangan pedang terbungkus perban.

 Kotoran dan jelaga membuat pedang yang mencuat itu terlihat semakin lusuh.

 Aku menderita* dan mengambil saputangan dari tas ku dan membungkusnya di pegangannya. Itu membuatku merasa jauh lebih tidak menjijikkan.

Aku meraih pegangan yang dibungkus sapu tangan itu dan menariknya.

 'Karena terkubur dalam-dalam di tanah, aku butuh banyak kekuatan.'

 Aku memutuskan untuk memasukkan energi ku ke dalamnya.

 Tapi saat aku mengatupkan gigi dan menarik pedang, aku menyadari ada yang tidak beres.

 "Hah?"

 Pedang itu tercabut terlalu mudah. Saat bilah pedang itu ditarik, aku bisa melihat mengapa.

 'Kupikir ini pedang panjang, tapi ternyata ini belati!'

 Perhitungan panjangnya salah.

Aku berguling kembali dengan pedang, kali ini tidak mampu memenangkan kelembaman seperti saat aku menendang Harry.

 "Ahhh!"

 Aku berguling² menuruni bukit, jadi sulit untuk dihentikan.

 Setelah menabrak pohon besar, aku bisa membebaskan diri dari berguling-guling ini.

 Daun-daun berjatuhan di atas kepalaku.

 "Aduh sakit."

 Tidak hanya punggung ku yang terbentur pohon, tetapi juga lengan dan kaki ku menyapu ke tanah.

 Aku berdiri dengan gugup dari tempatku duduk, melepaskan dedaunan yang menutupi tubuhku, lalu berteriak dan duduk kembali di tempat itu.

'Doh sakit!'

 Tempat-tempat yang terbentur saat berguling, berteriak bahkan aku tidak berpikir untuk menggerakkannya, dan hanya beristirahat.

 'Mengapa aku berakhir seperti ini setelah aku berkata aku akan membuang sampah?'

 Inilah alasan mengapa orang dirugikan jika mereka hidup sebagai orang baik.

 "Aku tidak akan pernah menyentuh tempat pembuangan sampah lagi."

 Aku mendengus dan bersandar di pohon. Sulit untuk bergerak sendirian, jadi kupikir aku harus memanggil Harry.

[Harry–]

Tetapi bahkan sebelum aku selesai memanggil Harry, aku dapat mendengar suara seorang pria dengan suara rendah.

 [Apakah anda baik-baik saja?]

 "Hah?"

 Aku membeku karena terkejut.

 Itu bukan suara yang biasa. Suara yang terngiang di kepalaku itu seperti percakapan dengan Harry.

 Tapi karakter utama suara itu bukanlah Harry.

 Jika ini mungkin tanpa Harry, aku hanya bisa memikirkan satu makhluk.

 'Apakah itu hantu?'

Aku benci hantu. Tidak apa-apa mengendarai wahana yang menakutkan dan mengalahkan serangga yang menyeramkan, tetapi aku sangat ingin menghindari hantu.

 [Anda terlihat sangat terkejut.]

 Hantu itu berbicara kepada ku lagi tanpa mengetahui pikiran ku.

 Suara itu cukup tenang dan sopan, tapi itu hanya hantu.

 Aku segera melihat sekeliling.

 Tidak ada apa-apa, dan hanya ada satu benda mencurigakan di ruang kosong ini yang bisa di rasuki hantu.

 Belati yang baru saja aku keluarkan!

 "Ahhhh!"

Aku berteriak dan membuang belati hantu itu.

 [Yah, jika anda melempar saya begitu tiba-tiba, itu membuat saya pusing.]

 "Maafkan aku! Aku akan mengembalikanmu ke tempat asal mu, jadi bisakah kamu menghilang dengan tenang?"

 [Anda ingin saya menghilang dengan tenang? Itu tidak mudah! Tolong gunakan saya sebagai pedang anda.]

 "Aku tidak terlalu tertarik pada pedang dengan hantu..."

 [Hantu? Saya bukan hantu.]

 "Pedang jenis apa yang berbicara jika itu bukan hantu?"

[Saya adalah pedang ini sendiri. Nama saya Jupiter. Saya sudah lama menunggu master saya menarik saya keluar.]

 "..… Jupiter? Apakah nama mu tadi Jupiter?"

 Itu adalah nama yang familiar.

 [Iya. Pernahkah Anda mendengar nama saya?]

 Aku dengan cepat menelusuri kembali ingatan ku.

 Untungnya, aku dapat langsung mengingat suara Harry dalam ingatan ku.

 -"Aku pergi ke sana dulu sekali ketika aku dipanggil oleh orang bodoh itu. Ada batu di luar sana dengan pedang suci yang disebut Jupiter, dan dia pergi untuk mencabutnya."

Mataku berbinar.

 Aku merayap di tanah dengan hati-hati dan mendekati Pedang Suci yang kubuang tadi.

 "Yah, kebetulan, apakah kamu Pedang Suci itu?"

 [Ya, Pedang Suci. Beberapa orang memanggil saya begitu.]

 "Oh, kudengar pedang suci tidak pernah bisa dicabut? Banyak orang mencobanya, tetapi tidak pernah berhasil..."

 [Ya, saya tidak mengizinkan orang yang tidak memenuhi syarat.]

 "Tapi aku baru saja menariknya. Aku baru saja menarik mu keluar."

Terlalu mudah, sekali coba.

 Apa maksudmu aku mencabut pedang suci tanpa usaha?

 [Itu karena Master berkualifikasi.]

 "Apa? Aku?"

 'Aku tidak tahu harus berkata apa.'

 Aku benar-benar asing dengan pedang.

 Mengapa pedang suci memilih orang seperti ini?

 "Apa standar untuk mendapatkan Pedang Suci? Ku pikir sang Pedang Suci membuat kesalahan."

 [Saya tidak membuat kesalahan, Master.]

Pedang Suci, Jupiter, berkata dengan suara tenang namun jelas.

 [Jadi maukah anda menggenggam saya?]

 "Yah, tidak sulit untuk menahanmu."

 Aku mengangkat Jupiter lagi, merasa bingung.

 Tidak sulit untuk memegang pedang suci, anggap saja sebagai beban ekstra.

 "Tapi bisakah aku benar-benar memiliki kesempatan besar yang disebut pedang suci ini?"

 Tamu lain mendatangi ku, yang sangat khawatir.

 "Siapa ini? Siapa yang menarik Jupiter!"

 Seseorang bergegas ke arahku dengan kecepatan luar biasa.
.
.
.
.

_____
Duh si harry, untung jantung ku kuatt..

Haaii,, makasii udah mampir baca.
Jika ada yang tidak dimengerti, boleh TANYA JAWAB DI KOMENTAR yaa!!. mohon dimaafkan..
( ̄ε ̄ʃƪ)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter 210

 Selamat membaca kakak!! Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella**** Terimakasih kak! ❤ . . . Setelah melihat sosok kecil yang muncul entah dari mana, Vinter berhenti bernapas. Dia buru-buru menarik ujung tongkatnya. Kwaaang-! Dan sihir serangan itu melewati Yvonne dengan jarak yang sedikit lagi akan mengenainya, dan sihir itu menghantam dinding dan menyebabkan suara dan getaran yang besar. Namun, berkat sihir yang melapisi bangunan ini, dindingnya tidak berlubang. "Ugh......!" Sihir yang menyapu kantor itu dengan cepat membuat asap. Dan di antara asap itu, ada seorang wanita dan seorang anak kecil yang mengenakan topeng singa terungkap. "Sudah kubilang aku pasti akan menghancurkannya." Yvonne tertawa terbahak-bahak. Vinter pun mengerutkan kening dan memasang ekspresi yang terlihat putus asa. "Raon!" Dia adalah seorang anak yang sangat berharga karena dia pintar. Tapi mata Raon, terlihat dari celah topeng s...

Chapter 182

 Selamat membaca kakak!! Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella**** Terimakasih kak! ❤ . . . Vinter menatapku dengan mata yang melotot dan memaksaku untuk segera menjawab. Tidak, mungkin itu hanya alasanku. "Itu..." Saya ragu-ragu untuk waktu yang lama, sambil membuka bibir saya dan menutupnya lagi begitu terus selama beberapa saat. Tidaklah jelas untuk mengatakan bahwa masalah kepercayaan adalah jawaban yang benar. Dia mengira saya akan membunuh Yvonne, tetapi dia malah berusaha untuk menyembunyikan kejahatan saya. 'Tidak. Kamu memperlakukanku seperti penjahat ganas ketika kekacauan itu terjadi, bagaimana itu disebut sebagai kepercayaan?' atau 'Tidak. Terakhir kali saat kamu membuat keributan itu, kamu memperlakukanku seperti penjahat kejam, mungkin ini masalah kepercayaan?' Setelah perjuangan yang panjang, saya menjawab dia yang terus memandang saya. "Yah...kedengarannya seperti karaktermu." "...

Chapter 101

. . . 'Apa itu?' Secara reflektif ke jendela sistem yang melayang, tatapan ku naik ke atas kepala eclis. Dan aku membuka mataku. '.... Sudah hilang!' Kalimat itu [Minat 77%], yang baru saja berkilau dengan jelas di kepalanya diubah menjadi [periksa ketertarikannya]. Selain itu, bar ukuran yang diisi dengan warna putih telah berubah menjadi merah gelap. Tapi sebelum aku bisa mengenali apa yang telah terjadi, sebuah tulisan baru muncul. ____ <SYSTEM>  Warna ditampilkan pada bar pengukur tempat ketertarikan. ____ <SYSTEM>  DALAM RANGKA UNYUK MEMERIKSA KETERTARIKANNYA, BUATLAH KONTAK FISIK DENGAN TARGET. –––– "Elise...." Sambil melihat ke jendela sistem dengan mata gemetar, aku berhasil berbicara. Suara yang kencang keluar seolah² sedang tercekik. "Berikan padaku, aku akan meletakkannya untuk mu." Sudut² mulutku yang gemetar terangkat dengan susah payah dan memerintahkan. Eclis perlahan melepas tangan yang ia kenakan di bibirnya. - Traaak.  K...