Langsung ke konten utama

Chapter 195

 Selamat membaca kakak!!


Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella****


Terimakasih kak! ❤

.

.

.

Kemunculan Callisto yang tiba-tiba membuatku merasa linglung untuk beberapa saat.

Teriakannya itu menyadarkan saya.

"Fi, Fire Pishon!"

Saya melupakan rasa malu saat meneriaki mantera itu dan dengan cepat menyerang kaki yang putus.

Ssshhhh—.  Bagian kaki yang terputus terbakar sebelum bisa tumbuh.

'(2/14)'

'Berhasil!'

Jumlah yang di jendela persegi itu akhirnya bertambah.

"keuweeeeeg-!"

Tentu itu berhasil?  Monster gurita itu menyerang lebih dari sebelumnya.

Tentakel itu memukul perahu dan seketika perahu ini pecah dan miring ke samping.

Hal-hal terus jatuh dan berguling ke laut.

"Ahhh-!"

Seorang pelaut yang tertabrak tong kayu yang terguling, jatuh ke laut dalam sekejap.

"Uh, uh....!"

Saat aku juga tersandung dan jatuh.

"Putri!"

Putra Mahkota tiba-tiba memelukku.

Dengan satu tangan di pinggangku, dia dengan cepat naik ke atas kokpit untuk menghindari benda-benda yang jatuh.

Putra Mahkota, yang melompat dari geladak dan tiba di kokpit, dengan cepat dia memotong kaki gurita besar yang telah melilit kapal.

Sementara itu, saya merasa seperti menjadi barang dan semuanya berputar di mataku.

"Oh, astaga, turunkan aku!"

"Teriakkan mantramu seperti yang kamu lakukan sebelumnya!"

"Fire Pishon!"

Setelah mneriaki mantra itu, api pun menyala.

"Courchan, Kuooh Oh!"

Dengan teriakan monster itu, kapal yang miring telah kembali ke posisi normalnya.

"Kerja bagus."

Baru kemudian Putra Mahkota menurunkanku ke lantai.

Aku memegang kepalaku yang pusing dan melihat dengan hati-hati ke bagian yang terbakar.

Setelah dipotong dan dibakar, pada kaki itu tidak tumbuh tentakel baru.

'Oh, begitu.'

Begitu saya memiliki perasaan bagaimana menghadapinya, saya segera mulai meneriaki mantra sihir.

"Wind Prashon! Fire Pishon! Wind Prashon! Fire Pishon!"

'(7/14)'

Jumlahnya meningkat dalam sekejap.

Aku bisa merasakan Callisto menatapku seolah-olah dia malu karena aku segera sadar dan bertarung tanpa bantuannya.

"Kweeek!"

Tapi saya ceroboh, dan satu kaki lagi menghantam kami.

"Cih."

Seolah Putra Mahkota tidak puas, dia mendecakkan lidahnya dan memotongnya dengan pedang.

"Fire Pishon!"

Mungkin karena mereka melihat kami, beberapa pelaut yang selamat berlari dengan obor dan membakar kaki mereka yang putus.

"Wind Prashon! Fire Pishon!"

Beberapa menit setelah saya menyelesaikan misi saya.

'(14/14)'

"kuuuuuu-."

Akhirnya, monster dengan semua kakinya yang telah terpotong, lepas dari kapal.

<SYSTEM> 

Quest tiba-tiba [Hungry Kraken's Elimination] Selesai!

Akhirnya, jendela pencarian muncul untuk menginformasikan bagian akhir.

"Ha..........."

Aku terhuyung dengan desahan lega.

Amukan monster gurita itu membuat seluruh tubuhku dibasahi oleh air laut.

Saya gemetar kedinginan karena bagian dalam jubah dan topeng itu terisi air.

Aku mengerutkan keningku.

Tubuhnya lebih kecil dari tubuh asliku jadi aku tidak nyaman dengan tubuh pria ini, jadi saat sebelum aku bertarung, aku membuka gelang ajaibku dan mengenakan jubah dan topeng.

Namun, itu tidak berguna saat berhadapan dengan monster itu.

Terengah-engah, aku baru saja berpikir untuk melepas jubahku dan menghirup udara segar.

"Penelope Eckart."

Tiba-tiba terdengar suara dingin seperti es.

'Oh iya.'

Baru kemudian saya menyadari apa yang telah saya lupakan.

Fakta bahwa Pangeran gila ini mengejarku sampai kemari.

Saat aku perlahan mengangkat kepalaku, Putra Mahkota, yang dibasahi air laut, berjalan ke arahku dengan kedua mata merah yang bersinar terang.

Aku jelas tidak melakukan kesalahan apapun padanya, tapi ketika aku melihat ekspresinya, aku merasa seperti aku adalah penjahat paling kejam.

'Tapi bagaimana dia muncul di sini? Ini di tengah laut.'

Saya tergagap karena saya sangat malu dengan kemunculannya yang tiba-tiba.

"Yah, aku tahu kamu ada di utara karena pemberontakan, terus mengapa kamu bisa ada di sini...?"

"Apakah pemberontakan itu penting sekarang?"

Putra Mahkota, mendatangi saya, dan meraih bahu saya dengan ekspresi kesal.

"Berbahaya datang ke sini sendirian! Dan siapa yang ingin kamu lihat di sini?!"

"Yang Mulia, itu....."

"Ketika saya mendengar bahwa Anda telah menghilang dari rumah adipati, saya berlari ke ibu kota seperti orang gila dengan memukul penyihir Istana Kekaisaran."

"........"

"Tapi kupikir kau bersama roh jahat itu, dan saat aku melihat wajahmu! Aku akan berkata...!"

Wajahnya begitu ganas sehingga dia seperti akan membunuhku kapan saja, setelah berbicara seperti itu ekspresinya berubah.

".......Kenapa kamu begitu jahat?"

Callisto tidak bisa lagi berbicara dan menundukkan kepalanya perlahan.

Tuk-. Dia memukul dahinya

"Mengapa Anda membuat saya begitu gila seperti ini?"

Putra Mahkota berbisik dengan suara lelah.

Ini pertama kalinya aku mendengar suara darinya yang seperti itu, yang biasanya selalu agresif, dan penuh ejekan.

Saya tidak tahu mengapa dia melakukan ini. Bukankah dia mengatakan bahwa dia tidak mencintaiku?

Namun, suaranya yang lelah membuat... hatiku sangat sakit hingga aku tidak bisa bernapas.

Callisto, yang telah lama bernapas dengan nafas kasar, segera mendecakan lidahnya dan mengangkat kepalanya.

"Cih. Topeng konyol apa ini?"

Apakah dia tidak menyukai aku memakai jubah dan topeng, makanya dia melepas topeng dengan sentuhan yang menjengkelkan.

Kepala jubahnya, yang dibasahi air laut, juga secara kasar dilepas oleh tangannya.

Udara sejuk mengenai wajahku.

Saya sedikit terkejut mengetahui bahwa dia tiba-tiba muncul dan langsung mengenali saya yang memakai topeng.

(Hohoho, iyalah Penny org dia udh bucin sama kamu 😌)

".....Bagaimana kamu tahu ini aku?"

"Bagaimana mungkin saya tidak mengenali Anda?"

Callisto tertawa pada pertanyaan terus terang yang tidak berarti itu.

"Jika itu terkait denganmu, apakah itu di ruang konferensi, medan perang, atau di manapun, aku akan datang berlari seperti ini."

Dia mengangkat tangannya yang memegang bahu saya dan menyeka air dari wajah saya.

Baru kemudian aku merasakan kehangatan.

Jantungku berdebar kencang. Mataku tiba-tiba menjadi kabur, dan dia bertanya kembali padaku.

"Apakah kamu terluka?"

Putra Mahkota bertanya padaku yang terdiam dan terus menyeka air di wajahku dengan tangannya.

"Tidak. Yang Mulia..."

Begitu aku hendak bertanya apakah dia terluka, tiba-tiba aroma pekat darah tercium.

Memalingkan pandanganku padanya, aku melihat perban yang dibungkus di tangan kanannya.

Air bewarna merah menetes melalui celah perban itu.

"Kamu terluka!"

Saya meraih pergelangan tangannya dan berteriak.

"Itu tidak datang dari pertarungan dengan monster gurita itu."

"Apa aku memberimu manset untuk dipakai sebagai hiasan?"

"Saya tidak bisa menggunakannya karena terlalu boros."

"Bagaimana......"

Saat aku kehilangan kata-kataku, dia menyeringai dan berbicara lagi.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Putri. Aku akan segera sembuh dalam waktu singkat."

"Sakit apa yang kamu nikmati? Jangan menyepelekan semuanya. Kenapa kamu begitu tidak memperhatikannya...!"

Itu adalah momen ketika saya menggigil dan marah pada pria yang terus berbicara omong kosong.

Tiba-tiba aku ditarik.

'Ugh!'

Ketika aku tersadar dengan erangan rendah, aku telah dipegang erat di pelukan Putra Mahkota, yang lembab, tetapi terasa hangat.

"Rasanya senang mendengar hal cantik seperti itu setelah sekian lama."

Sambil berkata seperti itu. Putra Mahkota, mengangkat dagunya ke atas kepalaku.

Setelah beberapa saat bingung, saya berjuang untuk melepaskan diri dari genggamannya karena telah menyadari apa yang sedang terjadi.

"Tidak, apa......! Lepaskan aku!"

"Sekarang apakah kamu tahu perasaanku, putri?"

"Bagaimana saya tahu perasaan Yang Mulia? Saya tidak tahu! Jadi, lepaskan..."

"Jangan lakukan itu lagi."

Ketika dia berbisik, dia membenamkan wajahnya di dalam rambutku, seketika aku tertegun dan berhenti berbicara.

"Sekarang ini, aku tidak tahu apa yang kamu inginkan."

"........"

"Tetapi, apapun itu. Aku akan mewujudkan semuanya, jadi kamu bisa menyerah pada posisi sialan ini yang mendorongmu hingga seperti ini."

"......."

"Jadi... Jangan pernah melakukan ini di depanku lagi, Penelope Eckart."

Pada saat itu, kata-kata Emily yang telah saya lupakan tiba-tiba muncul di benak saya.

- Yang Mulia tidak meninggalkan sisi Anda sedetik pun sejak Anda pingsan.

- Setiap malam, Yang Mulia memegang tangan Anda, dan saya melihat betapa putus asa dia memohon Anda untuk tidak mati.

Jika saya telah mendengar ini sebelum akhir mode keras, apakah ada yang berubah?

Itu adalah pikiran yang tidak berguna.

'......Sudah terlambat.'

Sambil berpikir keras, aku mencoba mendorong Callisto menjauh.

Tetapi saya tidak bisa melakukannya.

Lengan, tangan, dan seluruh tubuh saya dicengkeram begitu erat sehingga saya tidak bisa bernapas.

Saya pikir saya tahu sedikit tentang betapa lega dia sekarang.

Saya hanya berdiri di sana tanpa mendorong atau membalas pelukannya.

"Ekhm, Ekhmmm!"

Kemudian.

"Hei, Kapten, itu....."

Seseorang memanggil saya.

'Hah?'

Saya tertangkap oleh sepasang mata yang memanggil saya.

"Aahh!"

Aku berteriak dan meninju dada Putra Mahkota.

"Ugh!"

Putra Mahkota melepaskan pelukannya dengan erangan pelan.

Dengan mataku yang membulat, situasi kami dilihat oleh para pelaut yang masih hidup.

Aku menyeka wajahku karena nasih ada air laut, lalu aku berbalik, dan bertanya.

"Apa."

Aku bertanya dengan garang, pemilik kapal yang memanggilku menjawab dengan ekspresi terkejut.

"Oh, kita sudah sampai di dekat Kepulauan Arkina!"

"Hah?"

Aku mengalihkan pandanganku ke arah tangannya yang menunjuk ke depan.

Saya melihat sebuah pulau yang sangat besar tidak jauh dari gurita yang tadi dikalahkan.

"Apakah kita telah tiba? Haruskah kita memeriksanya, Putri?"

Putra Mahkota bertanya, bersandar di tiang kapal dan melihat sesuatu.

"Bagaimana Anda tahu ke mana saya akan pergi?"

Saya mengeluarkan peta Balta kuno dari tas saya dengan cara yang keren.

Itu hanya sesaat ketika saya membukanya.

"Apa kau tidak akan pergi ke Kepulauan Arkina?"

Putra Mahkota mendatangi saya dengan senyum licik.

Aku mengintip ke selembar kertas yang dia pegang dan kembali menatapnya.

'Hah...?'

Melihat itu, saya pun terkejut.

"Ini....."

Dua peta identik, dan titik merah yang muncul di titik yang sama.

"Kalau dipikir-pikir..... Kau mengejarku di Soleil terakhir kali."

Ada sedikit perasaan deja vu.

Aku menanyainya dengan mata sedikit terbuka.

"Apa itu?"

"Apa?"

"Mengapa lokasi saya muncul di peta Anda?"

"Ini bukan lokasi Anda, tapi ini lokasi saya....."

Itu adalah pertanyaan yang saya tanyakan tanpa menyadarinya.

Namun, pangeran itu sepertinya melihat mataku, yang penuh keraguan, dengan sekejap dia berbicara.

"...Ini replika."

"Apa? "

"Replika peta yang mengenali Anda sebagai pemiliknya."

"Huh, lalu terakhir kali..."

Tiba-tiba ada kesadaran bagaimana dia mengejarku seperti hantu setiap saat.

Putra Mahkota membuat alasan dengan tergesa-gesa di depanku.

"Jangan salah paham, Putri. Kesalahan ini terjadi saat mereplika peta itu, jadi ini bukannya sengaja..."

".....Kamu, penguntit mesum."

'Hah!' Lalu aku menoleh dan Putra Mahkota mengatakan sesuatu yang bodoh lagi.

"Ya, penguntit di antara sepasang kekasih."

"Sepasang kekasih? Siapa yang kamu bicarakan?"

"Siapa, katamu? Kamu dan aku, itu kita berdua."

"Saya pikir Anda menderita penyakit delusi yang serius. Anda harus pergi ke dokter istana sekarang..."

Cup-.

Lalu tiba-tiba ada sentuhan di bibirku.

"Mulut ini hanya terus mengatakan hal yang salah."

Putra mahkota mengoceh di depan mukaku dengan wajah masam.

Saya, yang belum bisa memahami apa yang baru saja terjadi, segera menutup mulut saya dan mundur darinya.

"Kau, gila, hei! Apa ini...!"

"Hei, apa maksudmu? Kekecewaanku sepertinya semakin meningkat, Putri."

Bahkan dengan kata-kataku yang kasar, Putra Mahkota berbicara dengan riang.

Bibir yang tertutup tanganku terasa panas seperti terbakar api.

Apakah mereka baru saja berciuman 😳 Penny pun jadi salting (((o(*゚▽゚*)o)))

Haaii,, makasii udah mampir baca.

Jika ada yang tidak dimengerti, boleh TANYA JAWAB DI KOMENTAR yaa!!. mohon dimaafkan..

( ̄ε ̄ʃƪ)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter 210

 Selamat membaca kakak!! Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella**** Terimakasih kak! ❤ . . . Setelah melihat sosok kecil yang muncul entah dari mana, Vinter berhenti bernapas. Dia buru-buru menarik ujung tongkatnya. Kwaaang-! Dan sihir serangan itu melewati Yvonne dengan jarak yang sedikit lagi akan mengenainya, dan sihir itu menghantam dinding dan menyebabkan suara dan getaran yang besar. Namun, berkat sihir yang melapisi bangunan ini, dindingnya tidak berlubang. "Ugh......!" Sihir yang menyapu kantor itu dengan cepat membuat asap. Dan di antara asap itu, ada seorang wanita dan seorang anak kecil yang mengenakan topeng singa terungkap. "Sudah kubilang aku pasti akan menghancurkannya." Yvonne tertawa terbahak-bahak. Vinter pun mengerutkan kening dan memasang ekspresi yang terlihat putus asa. "Raon!" Dia adalah seorang anak yang sangat berharga karena dia pintar. Tapi mata Raon, terlihat dari celah topeng s...

Chapter 182

 Selamat membaca kakak!! Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella**** Terimakasih kak! ❤ . . . Vinter menatapku dengan mata yang melotot dan memaksaku untuk segera menjawab. Tidak, mungkin itu hanya alasanku. "Itu..." Saya ragu-ragu untuk waktu yang lama, sambil membuka bibir saya dan menutupnya lagi begitu terus selama beberapa saat. Tidaklah jelas untuk mengatakan bahwa masalah kepercayaan adalah jawaban yang benar. Dia mengira saya akan membunuh Yvonne, tetapi dia malah berusaha untuk menyembunyikan kejahatan saya. 'Tidak. Kamu memperlakukanku seperti penjahat ganas ketika kekacauan itu terjadi, bagaimana itu disebut sebagai kepercayaan?' atau 'Tidak. Terakhir kali saat kamu membuat keributan itu, kamu memperlakukanku seperti penjahat kejam, mungkin ini masalah kepercayaan?' Setelah perjuangan yang panjang, saya menjawab dia yang terus memandang saya. "Yah...kedengarannya seperti karaktermu." "...

Chapter 101

. . . 'Apa itu?' Secara reflektif ke jendela sistem yang melayang, tatapan ku naik ke atas kepala eclis. Dan aku membuka mataku. '.... Sudah hilang!' Kalimat itu [Minat 77%], yang baru saja berkilau dengan jelas di kepalanya diubah menjadi [periksa ketertarikannya]. Selain itu, bar ukuran yang diisi dengan warna putih telah berubah menjadi merah gelap. Tapi sebelum aku bisa mengenali apa yang telah terjadi, sebuah tulisan baru muncul. ____ <SYSTEM>  Warna ditampilkan pada bar pengukur tempat ketertarikan. ____ <SYSTEM>  DALAM RANGKA UNYUK MEMERIKSA KETERTARIKANNYA, BUATLAH KONTAK FISIK DENGAN TARGET. –––– "Elise...." Sambil melihat ke jendela sistem dengan mata gemetar, aku berhasil berbicara. Suara yang kencang keluar seolah² sedang tercekik. "Berikan padaku, aku akan meletakkannya untuk mu." Sudut² mulutku yang gemetar terangkat dengan susah payah dan memerintahkan. Eclis perlahan melepas tangan yang ia kenakan di bibirnya. - Traaak.  K...