.
.
.
Beberapa hari kemudian.
Pada saat perawatan Emily yang paling lembut terhadap kesembuhan ku memungkinkan ku untuk bergerak dan berjalan sendiri, setelahnya sebuah panggilan datang dari Duke.
Ketika aku mengikuti kepala pelayan ke kantor Duke, semua orang sudah ada di sana kecuali Aku.
Dan didepanku duduk berdampingan dua putra Duke, Vinter, dan Yvonne juga.
'... Tapi apakah pemandangan ini ada dalam mode normal setelah uраcara?'
Saat aku menuju ke sana, sebuah pertanyaan itu tiba-tiba terlintas di benak ku.
Di game aslinya, Vinterlah yang membawa Yvonne, jadi mungkin ada setidaknya satu adegan seperti ini.
Aku segera menghilangkan rasa tidak nyaman yang tiba-tiba itu.
Nah, terserah. Semua rencana ku sudah rusak saat aku meminum racun.
Aku duduk dan beberapa saat kemudian seorang pelayan datang membawakan beberapa minuman.
Di tengah keheningan, tidak ada yang berpikir untuk menyentuh cangkir berisikan teh hangat yang masih panas.
"...Penelope." Duke, yang sedang duduk di ujung meja, membuka mulutnya dengan berat
"Aku sangat menyesal harus memanggil mu tepat setelah kamu bangun dan sedang tahap pemulihan."
"......"
"Tapi sebelum penundaan lebih lanjut, kami ingin mendengar rincian kejadian yang menimpamu dalam upacara kedewasaan. Karena hal seperti ini tidak boleh terjadi lagi."
Duke bertanya, dengan suara yang sangat hati-hati.
"Jadi, aku ingin menanyakan beberapa pertanyaan kepada mu
dan Yvonne tentang apa yang
terjadi saat itu. Maukah kamu melakukannya untuk ku?"
"Ya, tanyakan saja..." Aku mengangguk dengan tenang.
Bagaimanapun, ini adalah sesuatu yang harus aku lalui setidaknya sekali.
"Pertama-tama... pada hari upacara kedewasaan, apakah kamu ingat telah meminum anggur?"
"Ya, rasanya pahit saat aku meminumnya dan juga aku ingat muntah darah." Saat aku menjawab dengan benar, bagian dalam kantor menjadi sunyi tanpa alasan yang jelas.
"...Saat aku mengambil cangkir yang kamu minum dan memeriksanya, bagian atasnya diracuni."
"Aku mengerti."
"Tahukah kamu bahwa gelas itu milik Yvonne, bukan milikmu?"
"Yah.." Aku bergumam saat aku memiringkan kepalaku ke samping.
"Kurasa aku mungkin tahu, dan mungkin juga aku tidak tahu...."
"Penelope." Alis Duke terangkat dalam, mungkin karena aku terlihat begitu sembrono dengan jawaban tak masuk akal.
"Ini adalah masalah yang sangat penting.... Aku perlu mencari tahu apa yang menyebabkan mu melakukannya, jadi pikirkan baik-baik."
"Cangkirnya mirip, jadi ku pikir ada sedikit kebingungan."
Aku buru-buru menjawab, dan memalingkan wajahku dengan sebuah jawaban.
"Bagaimana denganmu, Yvonne?"
"H-huh?"
Wanita itu, yang sedang menatap cangkir teh di depanku, terkejut.
"Bagaimana, apakah kau mengingat waktu itu?"
"Saya sangat terkejut bahwa saya tidak tahu apa yang terjadi saat itu. N...nona Penelope minum dari cangkir dan kemudian pingsan."
ಥ_ಥ
Mata biru Yvonne, di akhir kata-katanya, tiba-tiba berkaca-kaca.
Dia menatapku dengan menyedihkan dan berkata dengan suara gemetar.
"K-kenapa anda melakukan hal yang begitu mengerikan, nona Penelope.... Tolong hargai tubuh anda."
"Hah." ಠ_ಥ
Aku tertawa pendek atas perilakunya.
Tentu saja benar bahwa aku mengambil racun dicangkir dengan tangan ku sendiri, tetapi kata-katanya terdengar seolah-olah dia yakin aku telah melakukan tindakan yang diciptakan oleh diriku sendiri.
Sorot mata Derrick yang duduk di sampingnya menjadi pahit saat aku menertawakan kata-katanya.
Percakapan ditunda karena Yvonne menangis.
"....Seperti yang dikatakan Putra Mahkota, kami tidak dapat mengesampingkan kemungkinan nona Yvonne dihentikan oleh Penelope saat mencoba membuat permainan buatan sendiri." (Vin)
Aku balas menatapnya dengan heran.
'Apakah dia belum dicuci otak?'
Sungguh menakjubkan bahwa dia bertemu Yvonne sebelumnya dan tetap netral dalam semua ini.
"A-aku?"
Yvonne benar-benar terengah-engah mendengar komentar Vinter. "A, aku tidak melakukannya. Itu tidak benar!"
Air mata mengalir deras dari mata besar Yvonne, yang tampak seperti segelas penuh air bah dari bendungan pecah.
"Aku tidak pernah menyangka akan pergi ke upacara kedewasaan. Maksudku, kakak pertamaku, dia tahu itu. Aku bilang padanya aku tidak akan pergi."
"Itu benar." Derrick menjawabnya dengan singkat.
'Itu benar, karena kamu orang bodoh yang mungkin telah dicuci otak oleh tangan adikmu sendiri.'
Aku tertawa sinis pada diriku sendiri, lagi. Derrick, yang menemukanku seperti itu, mengernyitkan matanya lagi.
Entah matanya tidak adil bagiku, Yvonne menuangkan kata-katanya seperti senapan.
"Dan aku menghabiskan lebih banyak waktu dengan kepala pembantu daripada dengan Becky. Dan....."
"......"
"Becky terkadang bertemu dengan Emily. Pembantu nona Penelope...."
"Jadi aku tahu Becky dikirim dari Penelope. Aku tahu anda sedang memperhatikanku, tapi..."
(,,•́ω ก̀,,)
Yvonne menangis dengan tangan menutupi wajahnya seolah dia tidak bisa terus berbicara. Aku mendecakkan lidahku tanpa ada yang tahu.
'Oh, kau sungguh gadis yang sangat menakutkan.'
(Lebih mengerikan daripada Beatrice--)
Khawatir tentang hal ini terjadi, aku menahan diri untuk tidak bertanya kepada Emily sebanyak yang aku bisa.
Aku merinding ketika memikirkan tentang bagaimana aku bertanya kepadanya bagaimana kabar 'dia' paling banyak satu atau dua kali.
'Latar gamenya mengatakan dia seperti malaikat! Tapi nyatanya?Dia lebih menyebalkan.'
Sementara aku mengutuk permainan yang menyebalkan itu, untungnya, Duke yang lebih dulu maju daripada ku membuka mulutnya.
"Pelayan sementara mu ditugaskan oleh kepala pelayan, Yvonne...."
"Tapi Penelope dekat dengan kepala pelayan. Bahkan jika bukan...."
"jika dia benar-benar orang yang melakukannya, seperti yang kau katakan, penelope tidak akan meminumnya."
"Yah, bukankah dia yang menuangkan anggur dan memberikanku gelasnya?"
Salah satu pertanyaan perlahan menutup mulut ku. Ini membuat segalanya kembali normal.
Aku menatap dalam diam dan melihat ke suatu tempat di atas meja.
Dengan pilihan ku saat itu, aku berharap situasinya akan berubah seperti ini. Awalnya, aku berpikir mencari tentang cara untuk memperbaikinya, tetapi segera semuanya menjadi mengganggu.
'Aku senang aku tidak meracuninya seperti dalam game.'
Aku masih mengingatnya dengan jelas. Bagaimana Penelope, yang mencoba meracuni Yvonne, mati dengan cara yang mengenaskan.
Setelah memikirkan itu, aku secara tidak sengaja mengalihkan pandanganku ke cangkir teh yang diletakkan di depan Yvonne.
Warna teh bening yang mengering akan terlihat seperti anggur yang aku minum.
'Apakah itu terlalu serius? Lalu aku akan menggunakannya...'
Pikiran yang muncul di benak ku membuat ku tiba-tiba berhenti.
Aku menatap Yvonne, mengangkat tatapan lemah dan goyah. Dia menangis, aku sendiri tidak tahu apa yang sangat tidak adil bagi dirinya.
Aku melihat ke bawah lagi dan melihat cangkir tehnya. Dan kemudian cangkir teh di depan orang lain.
'Disana tidak terlihat adanya pantulan wajah Yvonne.'
Pada saat itu, rasa dingin yang menakutkan menjalar ke punggungku.
Tidak ada apa pun di cangkir teh Yvonne. Bayangannya, tidak tercermin di air.
"...Kenapa kamu meminumnya meskipun kamu tahu itu beracun?"
Kemudian seseorang berbicara kepada ku. Aku mengangkat bahu dan menggeleng kan kepalaku.
Seolah-olah dia sedang memperhatikan tingkah laku ku, aku melakukan kontak mata dengan Derrick.
"...Apa yang salah denganmu?"
Dia menatapku dengan tatapan aneh seolah-olah dia terkejut, lalu melihat ke arah meja yang baru saja aku lihat.
"Tidak, tidak ada.." Aku menggelengkan kepalaku terburu-buru.
"Apa katamu?"
Wajahnya yang tampan terdistorsi oleh pertanyaanku.
"Kalung sihir yang kau pakai."
Bukannya mengulangi hal yang sama kepada ku, dia mengatakan pertanyaan lainnya padaku.
"Kudengar jika ada zat beracun di sekitarnya, warnanya berubah. Marquis Verdandi bersaksi bahwa kamu tidak mungkin tidak mengetahuinya"
"Ah...." Aku melirik Vinter.
Dia menatapku sekeras Derrick.
Saat mata kami bertemu, pupil birunya bergetar.
'Aku tidak tahu kau akan mengatakan itu.'
Ketika saat aku terakhir melihatnya di upacara kedewasaan, itu adalah kejutan bagi ku, seolah-olah dia tidak akan menjadi mitra bisnis.
Pasti sulit untuk mengungkapkan tujuan kalung itu tanpa ketahuan oleh Putra Mahkota yang teliti.
Tapi aku tidak merasa bersyukur.
"Aku pernah mendengar bahwa seorang pelayan bernama Becky menuduh mu sebagai pelakunya sebelum dia meninggal."
Pada saat aku melihat Vinter dan tenggelam dalam sentimen baru, Derrick melanjutkan interogasi darinya sendirian.
"Penangkal racun yang kau ambil keluar dari kamar pelayan...-"
"Derrick, hentikan. Ini bukan tempat untuk interogasi." Duke menghentikannya dengan suara tegas.
"Dan sudah kubilang jangan tanya dia lagi!"
"Mengapa kau meminumnya padahal kau tahu itu racun?"
Namun, tidak seperti pria bangsawan sempurna biasanya yang biasa mendengarkan perintah ayahnya, Derrick mengabaikan kata-kata Duke dan terus bertanya.
"Jawab. Kenapa kau melakukan hal seperti itu? Apa yang kau inginkan...."
"Bukankah itu pertanyaan yang sudah kau ketahui jawabannya?" (Penny)
"...A-aрa?"
"Jika kau ingin bertanya kepada ku apakah aku telah membuat permainan ku sendiri atau tidak," Aku mengangguk dengan tenang. "Ya, itu benar."
Tidak ada yang tidak bisa aku lakukan selain memberinya jawaban yang tidak sabar dia dengar.
"Aku menyuruh Becky melakukannya."
"Penelope!"
"Hei!" Renald melompat keheranan.
Suasana di kantor Duke berubah dalam sekejap.
Aku menoleh, menatap Derrick lalu menatap Yvonne.
Tampaknya situasinya belum diprediksi seperti ini. Mata biru besar diwarnai dengan rasa malu.
Aku membuka mulutku dengan jelas menatapnya.
"Aku tidak mengatakan apa-apa kecuali untuk mendapatkan racunnya, tapi kurasa pelayan bodoh itu memiliki kesalahpahaman yang liar bahwa aku akan menggunakan nya pada Yyonne."
"Hah, apa sih yang kau bicarakan?"
Brak-!
Duke memukul sandaran tangan pada kursi keras dengan wajah terkejut.
"Kamu, benarkah, kamu melakukannya sendiri? Kamu benar-benar membuat permainanmu sendiri....."
"Hhhh, tapi tidak ada alasan bagi nona muda itu meninggalkan pembantu yang bertanggung jawab." Vinter dengan tenang menunjukkan karena dia adalah satu-satunya yang mempertahankan alasannya dalam situasi kacau dengan komentar bom yang baru aku keluarkan.
Aku membuat alasan acak.
"Aku tidak terlalu mempercayai Emily, dan aku mengetahui titik lemah Becky. Dan berjanji tidak akan pergi berkeliling membicarakan kelemahannya."
"Kelemahannya...?"
"Aku tidak sengaja mendengar bahwa dia memasuki mansion tanpa jaminan sebagai pembantu yang layak. Aku mengancamnya dengan itu."
"Kamu..." Duke memelotot dengan matanya yang merah pada kata-kataku, yang mengalir seperti aliran air.
Renald berteriak seolah-olah dia akan mendatangiku. "....Kenapa? Kau, ada apa denganmu!?"
"Untuk mengalihkan semua perhatian kalian dari Yvonne kepada diriku." Aku melihat kembali pada semua orang dan berkata dengan santai.
"Aku tidak ingin kehilangan tempat duduk ku dirumah ini sebagai Nona keluarga Eckart."
"Penelope! Kau..."
"Apakah....itu satu-satunya alasan?" Duke meminta ku kembali menjawab dan pada saat yang sama memanggil ku untuk keluar.
"Aku hanya akan memusatkan perhatian ku pada orang-orang biasa, yang belum teridentifikasi secara pasti."
"......"
"...Apa kamu melakukan ini untuk mati?"
Jelas dia yang ingin aku mengakui bahwa aku telah membuat permainan sendiri sejak aku membuka mata dari tidak sadarnya diriku akibat racun.
Tetapi ketika aku mengatakan apa yang ingin aku katakan, dia bertindak seolah-olah dia telah mendengar sesuatu yang tidak terduga.
Derrick menatapku kosong, tidak bisa fokus. Sesaat warna di atas kepalanya terasa aneh.
Tapi itu bukan masalahku.
"Aku pikir akan lebih baik jika aku mati sekarang."
"Ара...?"
Ketika mulutku menjawab perlahan, dia tergagap kembali.
"Ke-kenapa?"
"Ара?"
"Kenapa harus racun? Ada cara lain untuk mendapatkan perhatian--"
"...Apakah aku perlu alasan yang baik untuk minum racun selain menginginkan kematian ku sendiri?" Aku memiringkan kepalaku ke samping dan mengatakan yang sebenarnya.
"Aku baru saja meminumnya. Untuk melihat apakah aku mati atau tidak."
"...Situasi ini tidak benar."
Kemudian, suara lain segera membalas kata-kataku. Saat aku mengalihkan pandanganku, Vinter memiliki ekspresi terdistorsi di wajahnya dan membelaku.
"Jika apa yang dikatakan nona Yvonne benar, mengapa pelayan yang meninggal itu membubuhkan racun ke cangkir putri?"
"Yah... Aku tidak tahu."
Aku berpura-pura merenung dengan tingkah laku yang berlebihan, dan kemudian bertepuk tangan seolah-olah sesuatu tiba-tiba muncul di benakku.
"Aku lupa meletakkannya di gelasku, lalu aku bangun terlambat, dan kupikir mungkin aku kebingungan dengan cangkir saudariku."
"I-itu tidak masuk akal!" Duke mengamuk lagi dengan pukulan lain di sandaran tangan.
Itu tidak masuk akal bagi siapa pun. Tapi tidak masalah apakah itu masuk akal atau tidak.
Yang terpenting, aku masih dalam permainan ini dan aku masih hidup.
"Aku minta maaf karena telah menyebabkan kekacauan. Aku terlalu banyak berbuat kesalahan, dan aku merasa perlu bertanggung jawab untuk ini. Ayah, dan Duke Muda."
Melihat kembali kerumunan yang diwarnai kekacauan, aku berkata. "Kita tidak bisa membatalkan apa yang sudah terjadi, jadi menurutku hanya ada satu cara untuk menyelesaikannya."
"Apa itu?"
"Tolong biarkan aku pergi."
⚡⚡
.
.
.
____
Translator😘👇🏻
Sweet_dreams_pray
Serasa ada petir di siang bolong! 😖
Okeh! No SUMPAH SERAPAH!!
PALING GK, DISENSOR DIKIT GITUH..
🤫🤭
Jika ada yang tidak dimengerti, boleh TANYA JAWAB DI KOMENTAR yaa!!. mohon dimaafkan..
( ̄ε ̄ʃƪ)
Komentar
Posting Komentar