.
.
.
"Penelope!"
Dalam waktu singkat, orang-orang bergegas ke kamar karena teriakan Emily. Duke dan kepala pelayan, diikuti oleh Derrick dan Renald menyerbu masuk ke kamar.
Mereka jadi pucat saat menatapku berbaring dengan mata terbuka, dan semuanya tiba-tiba membeku saat itu.
"Panggil dokter, panggil dokter! Cepat!"
"Ba-baik!" Mendengar teriakan Duke, kepala pelayan buru-buru memanggil dokter.
Tempat tidur itu dengan cepat dikelilingi orang.
Duke mengulurkan tangannya kepadaku. "Penelope, sayangku. Apa Kamu baik-baik saja? Apa kamu mengenali ayahmu?"
Entah terlalu mengejutkan melihatku bertahan hidup setelah meminum racun, ujung jarinya bergetar sedikit.
Pada akhirnya, Duke tidak menyentuhku dan hanya mengusap wajahnya dengan kasar dengan tangan terangkat.
"Hei, kamu.... kau baik-baik saja?" Renald berbicara dari belakang Duke. "Sial, kenapa kau minum itu ..."
"Renald." Duke dengan tajam menghentikannya dari membuat keributan keras dengan mata memerah.
Tiba-tiba pipi kiriku terasa perih. Saat aku memutar mataku, Derrick menatap ku dengan wajah tanpa ekspresi, mata birunya berkilauan. Setelah itu, aku juga bisa melihat Vinter yang tidak bertopeng, berdiri di balik pintu yang terbuka.
Di balik pintu, aku juga bisa melihat dokter ragu-ragu dan baru saja melepas mantelnya.
Aku adalah orang yang kembali dari kematian, tetapi semua orang memiliki mata seperti kelinci– merah dan tak berdaya. Setelah memeriksa dan memastikan bahwa Yvonne tidak ada di kamarku, aku memejamkan mata karena lega.
"Pe-penelope!" Aku mendengar seseorang memanggil ku dengan putus asa, tetapi aku tidak peduli, Aku lelah.
Ketika aku membuka mata lagi atas kesedihan mereka tanpa ingin melakukannya, dokter sedang melakukan pemeriksaan kesehatan padaku.
"Racunnya... semuanya hilang." Kata dokter tua itu, yang sedang memeriksa denyut nadi ku, dengan mata terbuka lebar.
"Denyut nadinya masih lemah sampai kemarin, tapi hari ini sudah normal kembali. Ini .... keajaiban."
"Lalu dia sudah sembuh total?"
"Dia hanya butuh waktu untuk istirahat dan pulih."
"Terima kasih Dewa." Duke, yang bertanya tentang kemajuan ku, menjatuhkan dirinya di kursi, seolah² yiba² kehilangan kekuatan di kakinya. Wajah Duke, sambil memanggil dewa yang tidak dia percaya itu tampak puluhan tahun lebih tua.
Aku menatapnya dengan mata tumpul dan diam-diam menghela nafas. Terlepas dari kenyataan bahwa sulit untuk menggerakkan tubuh ku karena aku telah berbaring untuk waktu yang lama, semuanya baik² saja.
Sungguh keajaiban, mengingat aku memuntahkan begitu banyak darah.
Aku tidak bisa menghilangkan sensasi tidak nyaman bahwa penyebab pemulihan yang begitu cepat ini terkait dengan mimpi sistem terkutuk yang baru saja aku alami.
'Aku sangat kesal.'
(▼ヘ▼#)
Aku akan menutup mata lagi untuk menghilangkan pikiranku yang rumit.
"... Apa yang sangat tidak kau sukai, sampai² melakukan ini?"
Suara yang tidak menyenangkan menarik perhatianku. Aku membuka mata ku yang baru saja kucoba menutupnya lagi. Mata birunya menatap lurus ke arahku.
'Kupikir dia akan senang aku berada dalam keadaan ini. Ada apa dengan dia?'
Seperti yang ku lihat sebelumnya, ada kecemasan yang aneh di mata Derrick.
Dia membuka mulutnya begitu mata kami bertemu. "Sekarang setelah kau bangun, beri tahu aku. Apa yang kurang darimu sampai kau perlu melakukan ini....?"
"Derrick, diam."
"Tapi-."
"Sialan lo kak, tidak bisakah kau menahan dirimu untuk mengatakan omong kosong itu?! dia baru saja membuka matanya!" Rennald yang berdiri diam, tiba² berteriak.
"Dia bangun setelah seminggu! Tidak bisakah kau bertanya padanya apakah dia baik-baik saja...!"
"Renald! Kamu juga, hentikan."
"Jangan hentikan aku, Ayah! Kau tahu akhir-akhir ini kau menjadi aneh? Kau minum seperti mengamuk sejak dia pingsan!"
(Sedikit perbedaan, karna mimin translate pake 2 tl inggris, jadi mimin masukin yg satu lagi.👇🏻
"Jangan hentikan aku, ayah! Tidakkah menurutmu kakak itu semakin aneh belakangan ini? Sejak dia pingsan, ia terus merajalela, ingin menyalahkannya (Penny) atas apa yang terjadi!"
Dan menurut mimin perbedaan ini agak lucu, yang satu bapaknya mabok²kan, yg satu otaknya udh ke cuci bersih, pake pemutih kali ya? ಠ_ಠ)
"Sekarang dia sudah bangun, bukankah kita harus menyelesaikan situasi dengan cepat dan menghentikan penyebaran rumor palsu?"
Atas balasan Derrick, Rennald hendak melompat kearahnya. Dalam sekejap ruangan itu jadi berisik.
"Bajingan² ini, Benar²-!"
Braakk-! Duke, yang tidak bisa menonton mereka lagi, melompat berdiri, menjatuhkan kursinya. Saat dia hendak memarahi mereka berdua.
"Semuanya." Aku dengan enggan membuka mulutku.
"Saya kira kalian tidak mendengar bahwa saya adalah pasien yang membutuhkan pemulihan." Ketiga mulut itu menutup pada saat bersamaan.
Bukan urusan ku apakah mereka bertengkar atau tidak, tetapi aku tidak tahan dengan kebisingan.
"Saya ingin istirahat, tolong..." Karena kebiasaan, aku tidak sengaja meminta bantuan, tetapi tiba-tiba aku melihat bar berwarna yang mengambang di atas kepala mereka dan menggigit mulutku.
[Periksa ketertarikan] hilang. Sekarang bar pengukur ketertarikan telah hilang. Oleh karena itu, aku tidak lagi harus melihat mereka dan menjilat mereka.
Aku mengubah kata-kata yang akan ku katakan tadi.
"...Bisa kalian pergi? Aku lelah." Saat kata²ku keluar dari mulutku, raut wajah ketiga pria itu berubah.
Duke menjadi serius, ekspresi Reynold berubah, dan wajah Derrick memerah. Aku menatap mereka dalam keadaan merenung dan menggumamkan permintaan diam itu.
"... Maafkan aku. Kami tidak berpikir secara menyeluruh." Akhirnya Duke perlahan berhasil berkata.
"Kita akan berhenti di sini, jadi jangan khawatir. Istirahatlah dengan baik, Penelope." Dengan bisikan lembut, dia segera menyeret kedua putranya keluar kamar.
Aku memunggungi mereka tanpa mengucapkan 'terima kasih' kepada mereka seperti yang biasanya ku lakukan.
Tak-!
Aku mendengar pintu menutup di belakangku.
***
"Nona, katakan 'aahh'." Sesendok bubur yang dipegang Emily dimasukkan ke dalam mulutku.
Setelah memakan beberapa sendok, aku mengerutkan kening dan memuntahkannya. "Rasanya tidak enak."
"Tapi anda tetap harus memakannya. Karena anda sudah lama tidak makan. Dokter bilang anda harus makan makanan yang lembut, meskipun sulit."
Tapi bukankah terlalu berlebihan memakannya tanpa bumbu apapun? Karena aku tidak selesai makan, Emily tidak punya pilihan selain membersihkan piringnya.
Sejak siuman, sikap para pelayan berubah secara aneh.
Tidak hanya Emily, tapi juga Duke, dua anak laki-laki itu, kepala pelayan dan bahkan semua pelayan yang biasanya membenciku.
Seperti boneka kaca yang mudah pecah, mereka melayaniku dengan sangat hati². Agak lucu, membuatku sering memelintir ujung bibirku.
'Kenapa sekarang?'
Aku tiba² bertanya pada Emily, yang sedang membereskan hidangan. "Berapa lama kamu bilang aku tidak sadarkan diri, Emily?"
"Satu minggu."
"Satu minggu..." Sudah cukup waktu bagi Yvonne untuk memikat seluruh keluarga. "Gimana kabarnya, gadis itu?"
"Gadis itu? Oh...." Ketika Emily menyadari tentang siapa yang aku tanyakan, dia mendekatiku dan berbisik. "Setelah anda pingsan, dia dikurung di kamarnya."
"Dikurung?"
"Benar, Duke memerintahkan dia untuk tidak mengambil langkah keluar dari kamarnya, sampai semua kasus diselesaikan. Ini hal yang bagus, bukan?" Emily tertawa riang mendengar ucapannya.
Aku sedikit terkejut dengan berita yang tidak terduga ini. Tidak ada yang mengganggu pekerjaanya, jadi aku menduga seluruh rumah akan sepenuhnya di bawah kendalinya.
Ini karena ku pikir akan sulit baginya untuk dituduh sebagai pelakunya, meskipun itu karena situasi yang ambigu serta kekuatan artefak* itu.
(Mimin kadang buat artefak kadang relik, kalian gak ada yang bingung kan???)
"Ceritakan apa yang terjadi." Atas perintah ku, Emily memberi tahu ku secara rinci apa yang terjadi.
Untungnya, pencucian otak sepertinya tidak sampai melibatkan nya. Aku belajar secara menyeluruh tentang situasi setelah aku pingsan. Namun, ketika aku mendengar pelayan bernama Becky bunuh diri pada suatu pagi, aku bergidik ngeri.
".... Anda tidak tahu betapa semua orang mengkhawatirkan Anda, Nona. Apakah Anda tahu betapa khawatirnya saya?" Setelah menyelesaikan laporannya, Emily mengeluh dengan air mata berlinang.
Aku menjawab dengan suara acuh tak acuh. "Benarkah? Kamu pasti mengalami kesulitan."
"Masa sulit..apanya? Faktanya, Putra Mahkota lebih menderita daripada saya..."
Aku berhenti sejenak, melihat kembali pada Emily, seolah² aku mendengar kata yang tidak kukenal.
"Yang Mulia... Putra Mahkota?"
"Ya! Dia tidak meninggalkan sisi Anda sedetik pun sejak Anda pingsan. Dia bahkan tidak bisa tidur dan mempertahankan wajah mengerikan karena dia takut Anda akan mati kapan saja!, kami bahkan tidak bisa bernafas."
"......"
"Tapi tahukah Anda... setiap malam, Yang Mulia akan memegang tangan Anda dan saya melihat betapa putus asanya dia memohon kepada Anda dengan sungguh²."
"....Memohon? Apa?"
"Saya tidak mendengar detailnya ... Tapi saya dengar dia berkata sesuatu seperti, 'aku akan memberimu semua yang kau inginkan, jadi tolong jangan mati'."
Pada saat itu, aku dapat mendengar suara seseorang berbicara kepada ku di benak ku, entah itu mimpi, atau halusinasi, terngiang² di telinga ku.
-"Jika kamu ingin keluar dari sini, aku akan mengeluarkanmu dari sini."
-"Aku akan memberimu cinta atau apapun yang kamu inginkan, aku akan melakukan apapun yang kamu inginkan."
Aku tidak bisa menghentikan wajahku meredup perlahan.
Itu adalah tujuan sebenarnya yang ingin aku capai di sini. Kata² itulah yang sangat ingin ku dengar, dan di sisi lain, aku tidak ingin mendengar nya.
Tapi sekarang semuanya sia-sia.
Mode keras sudah berakhir, dan bahkan upayaku untuk keluar dari sini gagal.
"...Dan ada desas-desus bahwa Yang Mulia akan segera mengajukan lamaran kepada Anda Nona, jadi setiap kali kami berkumpul, kami mengatakan bahwa rumor itu pasti benar.. saat kompetisi berburu! OMG!!"
Emily, yang mengoceh dengan liar tanpa melihat ekspresi terdistorsi ku, tiba² berhenti berbicara. "Sa-saya salah bicara, Nona. Maafkan saya."
Dia menatapku dan meminta maaf atas kesalahannya. Tanyaku pelan.
"Dimana... dia sekarang?"
"Pa-pasti ada pemberontakan di utara. Dia menerima perintah kekaisaran dan harus segera pergi."
"...Begitu." Aku menjawab singkat dan menutup mulutku. Ketika saya tidak membuat pertanyaan lebih lanjut, ruangan itu dengan cepat menjadi sunyi.
"....Nona." Emily tampak gelisah dengan wajah yang penuh dengan kata-kata yang tidak terucapkan, dan segera memanggil ku dengan suara tegas. "Nona... Anda benar-benar... tidak minum apa yang anda perintahkan untuk saya bawa, kan? Itu tidak benar, kan?"
"Apa yang kamu bicarakan?"
"Sekarang, di mansion, ada desas-desus yang beredar bahwa Anda mungkin telah melakukan permainan sandiwara sendiri."
".....Bermain sandiwara?"
"Ya, benar. Mereka bilang Anda melakukannya dengan sengaja untuk mengalihkan perhatian mereka dari gadis itu, Nona."
Jadi, begitulah yang terjadi.
Aku mengangguk tanpa suara, dan melontarkan. "Itu hal yang melegakan."
"Maksud anda apa?!" Emily dalam keadaan panik, tapi aku bersungguh-sungguh.
Mereka lucu jika mereka hanya berpikir bahwa aku yang merencanakan ini, untuk menarik semua perhatian mereka kearahku.
Memang benar aku bertindak jauh kali ini, tapi, betapa tidak adilnya jika Yvonne mencuci otak mereka dan aku yang dituduh mencoba meracuninya?
Emily, yang tidak tahu apa yang ku pikirkan, mengeluh sambil tersedu². "Saya pikir.... Anda akan memberikan racun itu padanya."
"Sshhtt-! Diam, Emily. Seharusnya kamu tidak mengucapkan komentar yang begitu jahat."
"Oh, penjahatnya adalah dia!" Emily berteriak dengan wajah penuh ketidakadilan atas omelan ku.
"Saya tahu segalanya. Racun yang Anda minum berbeda dengan yang Anda pesan....!"
"Kamu..." Aku menggenggam lengannya dengan cemberut yang muram. Emily mengerang samar seolah dia kesakitan.
"Ouch, No-nona."
"Apa kamu sudah memberi tahu seseorang tentang itu?"
"A-apa?"
"Siapa lagi yang kamu beri tahu, bahwa aku mengirim mu ke markas informasi?"
"Oh, ti-tidak, tidak siapa²." Emily menggelengkan kepalanya dengan wajah yang sedikit ketakutan.
"Anda bersikeras bahwa tidak ada orang lain yang harus tahu. Jadi saya tetap diam dan berkata saya tidak tahu apa²."
"Apakah kamu yakin?"
"Ya!"
Aku baru melepaskan lengannya yang ku pegang erat, setelah mendengar konfirmasinya beberapa kali. "Tetap seperti itu untuk saat ini, Emily. Jangan beri tahu siapa pun."
"Ha, ta-tapi, kalau begitu, anda..."
"Jangan pikirkan aku. Pikirkan saja tentang keselamatanmu." Aku menarik garis dengan tegas. "Kamu tidak ingin dituduh mencoba meracuni putri kandung Duke. Benar, kan?"
Emily menangis dan membelaku.
"Tapi sandiwara? Itu fitnah. Kenapa harus Nona–"
"Itu tidak penting." Aku tidak merasa bersalah karena difitnah. Aku memperkirakannya, dan memang benar bahwa aku meminum racun atas keinginan ku sendiri.
"Jika kamu tidak ingin mati, teruslah berpura-pura kamu tidak tahu apa-apa. Oke?" Mendengar kata-kataku, Emily mengangguk dan menyeka air matanya.
"Y-ya. Saya akan terus mengatakan saya tidak tahu apa², Nona. Saya akan melakukan apa yang anda suruh."
Namun, sejujurnya aku tidak percaya meskipun dia sudah berjanji padaku berkali-kali.
Mungkin bunuh diri pelayan itu karena pencucian otak oleh heroin itu. Jadi aku tidak yakin apa yang akan terjadi jika Emily juga dicuci otak.
"... Ngomong-ngomong, saya akan tutup mulut. Tapi, dapatkah saya memberi tahu mereka bahwa anda bukan dalang dibalik semua ini?"
"Jangan khawatir, aku akan mengurusnya sendiri."
Kemudian, aku berpikir dalam hati sambil mengatakan itu pada pelayan yang cemas ini.
'Apakah kita benar-benar perlu menyelesaikan masalah ini?'
(∩⌣̀_⌣́)
.
.
.
____
Okeh! No SUMPAH SERAPAH!!
PALING GK, DISENSOR DIKIT GITUH..
🤫🤭
Jika ada yang tidak dimengerti, boleh TANYA JAWAB DI KOMENTAR yaa!!. mohon dimaafkan..
( ̄ε ̄ʃƪ)
Komentar
Posting Komentar