.
.
.
"Ap-apa?"
Wajah mereka semua, termasuk Duke, terkejut. "Pembantu itu telah meninggal..?"
Kepala pelayan memberi tahu dengan wajah gelap. "Ya, dia bunuh diri dengan menggigit lidahnya sendiri."
"Hah, bu-bunuh diri? Renald." Duke melihat kembali putra keduanya, yang bertanggung jawab atas interogasi.
"Ti-tidak mungkin! Dia membuat pernyataan itu dengan sangat patuh sehingga aku bahkan tidak perlu menggunakan siksaan, jadi.. Gimana bisa..."
Renald bergumam seperti alasan dengan wajah yang tidak dipahami Duke sama sekali.
Pelayan yang bersikeras bahwa dia hanya melakukan apa yang Penelope perintahkan, gemetar saat dia dibawa masuk.
Tidak ada kebohongan di wajahnya.
Namun, dengan melakukan itu secara sukarela adalah kebiasaan para pembunuh yang gagal dalam misinya.
Suasana dengan cepat menjadi serius.
Ada keheningan yang aneh di ruang tamu.
"....Pertama-tama, selidiki apa yang direncanakan pelayan yang mati itu." Setelah waktu yang cukup lama, Putra Mahkota memerintahkan dengan suara berat.
"Dari mana dia mendapatkan racunnya, apa yang biasanya dia lakukan di Dukedom, apa yang dia lakukan sebelum upacara kedewasaan, dan berapa banyak kontak yang dia miliki dengan sang putri."
"....."
"Sayang sekali dia mati, karena aku benar-benar ingin mengetahui apakah itu memang perintah Putri, jika memang begitu, maka aku akan menggunakan cara yang biasa ku gunakan di medan perang." Sambil mengangkat bahunya seperti bercanda, Callisto sama sekali tidak tersenyum
Duke mengawasinya, yang sepertinya berfokus pada seseorang yang mencoba membunuh sang putri, dan menambahkan dengan hati-hati. "Dia adalah.... pembantu Yvonne."
"Kalau begitu, sebaiknya kau memasukkan wanita jalang itu dalam penyelidikan ini."
"Yang mulia!"
"Bukankah dia masih dalam tahap pemastian apakah dia benar² putrimu atau bukan?"
"Itu, itu ..." Duke tidak dapat berbicara. Itu adalah masalah benaran, tapi ada hukum dalam segala hal.
Wajah Duke kusut diwarnai dengan penghinaan saat melihat Putra Mahkota, yang dengan acuh tak acuh mengendalikan masalah sensitif di dalam keluarganya.
Bagaimanapun, Putra Mahkota menyimpulkan atas kemauannya sendiri. "Bagus untukmu. Pada tahap ini, kamu harus memeriksa setiap detail rakyat jelata itu, Duke. "
"Bukankah Marquis menyatakan bahwa Penelope diracun dan meminumnya sendiri?"
Kemudian seseorang bertanya kembali dengan kaku.
Callisto menoleh. Menatap Duke muda yang tidak sabar untuk menuduh sang Putri.
"Oh ya." Putra Mahkota mengangguk ringan, lalu mengalihkan pandangannya dari Derrick dan memandang yang lain.
"Ngomong-ngomong, Marquis Verdandi, menurutmu kenapa itu bukan rengekan putri yang meminta perhatian?" Putra Mahkota, yang berhasil mengingat apa yang dia coba katakan sebelum kepala pelayan masuk, bertanya.
"Itu..." Vinter tidak bisa segera menjawab dan menggerak²kan bibirnya.
Itu pasti bukan sesederhana membuat ulah, jika itu termasuk pelayan yang sudah mati.
Ini karena dia meminta racun dari serikat informasinya melalui pembantu ekslusifnya.
Apalagi, sebelum dia mengangkat gelasnya, dia melihat kalung itu. Tentunya, dia tahu bahwa warna kalung itu telah berubah dari warna aslinya.
Mungkin dia meminum sesuatu yang berbeda dari racun yang ia berikan padanya.
Bagaimanapun, ia tidak bisa menangkap sedikitpun maksudnya.
Dalam keadaan ini, ia tidak tahu apakah akan bermanfaat atau tidak untuk memberi tahu Putra Mahkota semua yang ia tahu.
"....Marquis?" merasa aneh karena dia tidak menjawab, Putra Mahkota memiringkan kepalanya dan memanggil.
Vinter akhirnya membuka mulutnya setelah menggigit bibirnya karena sorotan mata Putra Mahkota. "....Putri sudah memiliki pembantu ekslusif sendiri."
Sebuah alasan yang masuk akal mengalir keluar. "Meninggalkan pelayan eksklusifnya, mengapa dia menggunakan orang yang berbeda dan, dari semua orang, membiarkan pembantu sementara Lady Yvonne menangani pekerjaan rahasia semacam itu?"
"Jadi, kita berpikiran sama, Itulah yang ku katakan." Putra Mahkota sekali lagi mengalihkan mata merahnya ke Derrick.
Derrick membantah lagi. "Tapi jika itu bukan perbuatan ulahnya, mengapa penawarnya ditemukan, dan mengapa Penelope minum anggur padahal dia tahu anggur itu beracun?"
"Itulah kenapa kita lakukan investigasi, Duke Muda." (🔥ヘ🔥#)
Kata Putra Mahkota dengan kilatan di matanya.
"Siapa orang yang meracuni sang putri, atau dia benar-benar meracuni dirinya untuk menarik perhatianmu."
"....."
"... Atau mungkin Putri, yang memperhatikan drama yang ditulis sendiri dan direncanakan oleh orang lain, mencoba menghentikannya."
"It-itu....."
"Ayo kita cari tahu bersama, huh?"
Tiga pasang mata biru membelalak mendengar kata²nya. Keraguan yang mendalam terbaca di mata itu seolah-olah mereka tidak pernah memikirkannya sama sekali.
Penelope yang dikenal Callisto, adalah wanita yang cukup pintar untuk membuat pilihan seperti itu. Dapat dimengerti bahwa Duke dan keluarganya menganggapnya sebagai bayi yang bodoh dan belum dewasa.
"Selidiki semuanya secara detail, Duke." Callisto memelototi mereka bertiga secara bergantian dan mengatupkan giginya.
"Sebelum aku, mengintervensi secara langsung sebagai anggota Keluarga Kekaisaran, bukan sebagai saksi."
***
Callisto meninggalkan ruang tamu Duke dan bergerak cepat.
Dia berpartisipasi dalam diskusi untuk mencari tahu keadaan keracunan Putri, tetapi itu hanya membuang-buang waktu.
Sementara itu, dia sangat sibuk mengkhawatirkan apa yang akan terjadi pada wanitanya yang tidak sadarkan diri itu.
Hampir berlari menyusuri aula, tepat ketika dia akan menaiki tangga tengah.
"Yang mulia."
Seseorang yang duduk di aula tengah melompat ketika dia melihatnya berlari masuk. Callisto yang ragu-ragu berbalik perlahan.
"Apa."
Tidak seperti biasanya, Putra Mahkota, yang akan menyapa ajudannya secara licik dengam 'hei Dedric Porter', hanya menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi yang mengerikan.
Setelah beberapa hari, wajah tuannya itu menjadi sangat kuyu. Pada saat seperti ini, setiap orang harus berhati-hati dengan apa yang dia katakan dan tindakannya.
Cedric menelan ludah kering dan berhasil berkata.
"Baginda telah meminta saya untuk membawa anda kembali, Yang Mulia."
"Kenapa?"
"Pasukan pemberontak Kronia telah mengambil alih perbatasan utara."
"Hа." Putra Mahkota, yang menyeringai, segera berbalik dengan kasar kearah tangga.
"Katakan padanya untuk mengirim yang lain ke sana karena aku terlalu sibuk sekarang."
"Me-mereka berkemah di utara dan mereka secara bertahap mendapatkan kekuatan dan berkumpul dengan sisa-sisa negara lain yang kalah!" Cedric berteriak dengan tergesa-gesa. Wajahnya yang berteriak juga dipenuhi dengan rasa frustasi.
"Sehari sebelum kemarin, Marquis Kerhett ditangkap. Anda diperintahkan untuk pergi dan segera menaklukkannya."
Diantara perbatasan utara, wilayah Marquis Kerhett memiliki salah satu penghalang terkuat, di mana pembatasnya kokoh dan para prajurit yang terlatih dengan baik. Jika tempat itu telah diterobos, itu berarti sudah ada cukup banyak pasukan pemberontak yang berkumpul.
"Sialan...." Putra Mahkota, yang telah meraih tangga pagar, kembali ke ajudannya lagi.
Tatapannya berkilau dengan cahaya merah saat dia berjalan menuruni tangga.
"Apakah tidak ada komandan di negara ini selain aku? Apakah aku harus membersihkan setiap bagian sampah murahan satu per satu, menyuapinya dan membawanya lebih banyak negara pengikut?"
"....."
"Selama hampir satu dekade aku berguling² seperti anjing di medan perang. Tapi mengapa aku harus memainkan permainan perang sialan ini ketika aku tidak tahu kapan wanita yang aku cintai akan mati?!"
"Baginda berkata....!"
'Dia akan memukulku!' Cedric, yang memejamkan mata, pada tangan besar yang akan memukulnya, berteriak dengan keras.
"Baginda berkata bahwa setelah Anda menyelesaikan misi ini, dia akan mempertimbangkan secara positif pertunangan Anda dengan Putri."
Dia kemudian membuka matanya dan membujuk Putra Mahkota dengan suara yang suara putus asa. "Seperti yang anda tahu, Yang Mulia... Tanpa persetujuan dan dukungan dari yang mulia*, pertunangan tidak dapat dicapai."
Memang benar. Tidak peduli seberapa banyak dia mengajukan proposal, tidak ada gunanya jika Duke menolak. Tentu saja, tidak ada gunanya karena sang putri menolaknya sebelumnya, tapi kali ini dia percaya diri.
(*akyu gak tahu ya, itu merujuk pada Kaisar / Duke. Karena cedric menyebutkan "Yang Mulia")
Sekarang dia sudah tahu apa yang ia inginkan. Apapun itu, dia punya kekuatan dan uang untuk memenuhi keinginannya. Tentu saja, hanya dengan syarat bahwa pertunangan akan dilakukan.
"Sial!" Kepalan tangannya, yang telah
Diangkat tinggi untuk memukul Cedric, akhirnya diturunkan dan memukul di pagar tangga.
Bugh-!
Di susuran tangga, ornamen bulat yang diukir dengan kayu, diremukkan. Cedric gemetar, membayangkan itu
Mungkin kepalanya sendiri.
Kira² pada awal masa pubertas nya. Dia telah dibuang ke medan perang, ditendang keluar tanpa mengetahui pengalaman bertarung, dia berguling² seperti anjing dan selamat.
Saat dia kembali ke ibu kota dengan kemenangannya, dia bersumpah ribuan kali bahwa dia tidak akan pernah memainkan permainan Kaisar lagi.
Dia tahu betul bahwa jika dia menerimanya sekarang, dia akhirnya akan menawarkan dirinya untuk diikat lagi. Tapi...
Dia mencoba menenangkan nafasnya yang gelisah dan berkata. "...Tahan."
"Namun, Yang Mulia, situasinya mendesak-"
"Sialan! Aku harus pergi mengucapkan selamat tinggal!"
Callisto, yang tiba² berteriak, menaiki tangga bahkan sebelum Cedric bisa menangkapnya. Dia lari, berkibar dengan jubah merah di belakangnya yang tidak pernah ditangkap oleh Cedric.
Naik ke lantai dua, Callisto langsung membuka pintu kamar Putri dengan tergesa².
Pelayan ekslusif putri, yang sekarang sudah cukup terbiasa dengan keberadaannya, bergegas pergi tanpa sedikitpun terkejut.
Tap tap-.
Dia berjalan melintasi ruangan tanpa ragu-ragu.
Tak lama kemudian, sepasang sepatu besar berhenti di dekat tempat tidur.
Area di sekitar tempat tidur dipenuhi asap dari lilin detiksifikasi yang menyala.
Di antara aroma herbal yang kuat, Putri tetap tidak berubah, masih memejamkan mata seolah dia sudah mati.
Kulitnya yang pucat, bibirnya yang pecah², darah racun yang menyembur keluar, dan rambut merah muda gelap berserakannya, yang telah kehilangan cahayanya, membuatnya tampak seperti mayat.
Beberapa waktu yang lalu, penampilannya bahkan tidak terlihat seperti ini ketika dia mencoba untuk menipunya dengan memalsukannya dan dipaksa berdandan seolah-olah dia sakit, ketika dia mencoba mengunjungi Dukedom. Bahkan tidak mendekati penampilannya sekarang.
Penampilan yang lucu, dengan wajah penuh dengan keaktifan, bibir berdarah yang dilapisi bedak tampak lemah dan kelopak mata dicat hitam.
'Itu... sangat lucu.'
Seorang wanita menjijikkan yang bahkan berani berdandan sebagai alasan karena tidak ingin bertemu dengannya.
Namun, Penelope Eckart bahkan lebih cantik, meski dengan penampilan seperti itu.
"... Penelope Eckart." Putra Mahkota mengulurkan tangan dan menyentuh bibir wanita itu yang pucat dan kasar.
Ini sudah hari ketiga sejak ia pingsan karena racun.
Selama tiga hari itu, dia memperhatikan, ia telah kehilangan berat badan. Dia bisa melihat darah menetes selama tiga hari penuh.
Dia bahkan tidak bisa tidur selama beberapa detik. Dia takut ia akan mati sementara itu.
Untungnya, sekarang hanya sedikit, tetapi dia berpikir puluhan dan ribuan kali setiap kali dia melihatnya dengan mata tertutup dan mulutnya menumpahkan darah,
Siapa yang berani membuatnya seperti ini?
Pikiran itu menyebabkan darah mendidih naik di kepalanya dan pikirannya memanas. Putra Mahkota diam-diam bergumam, menatap sang putri dengan mata penuh emosi yang tidak diketahui.
"....Siapa yang meracuni mu, atau apakah kamu meminumnya sendiri dengan tangan mu sendiri karena kamu ingin mati. Sekarang aku tidak peduli tentang itu lagi."
"......"
"Selama aku hidup dengan mata terbuka lebar, kamu tidak bisa mati."
"......"
"Tunggu saja. Aku akan kembali dan menghancurkan semua bajingan yang membuatmu menderita seperti ini. Aku akan membekukan hati mereka dengan sihir sehingga mereka tidak akan mati, dan merobek setiap anggota tubuh mereka menjadi beberapa bagian, satu per satu, sebanyak darah yang kamu tumpahkan. Dan memasukkan kaki mereka ke dalam mulut...."
(╬◣д◢)
Putra Mahkota, yang bersinar dengan mata merahnya dan mengeluarkan suara yang semakin bersemangat, tiba-tiba berhenti berbicara.
Ketika dia mengatakan hal-hal yang kejam seperti itu, dia biasanya akan mengerutkan dahi dan membantah nya.
'Jika anda akan melakukan itu, tolong pergi ke tempat di mana saya tidak ada di sana.'
Dia pikir ia akan bangun setiap saat dan memberitahunya kapan saja. Akan tetapi, tubuh dingin tanpa kehangatan itu bahkan tidak bergerak.
"Tidak, tidak..." Baru saat itulah Pangeran perlahan menghentikan dirinya mengutuk lebih lanjut.
"Aku tidak bermaksud mengatakan itu."
Berlutut seolah-olah dia jatuh di samping tempat tidur, dan membelai wajah Penelope yang pucat dengan tangannya.
"Anggap saja kamu tidak mendengar apa-apa barusan, Putri. Aku di sini untuk mengucapkan selamat tinggal. Sekarang, aku sedang terburu-buru untuk memeriksa sesuatu."
"......"
"Aku akan segera kembali. Jadi, ketika aku kembali, kamu harus menyambut ku dengan mata terbuka. Itulah yang aku ingin katakan, itulah yang..."
Ironisnya, Callisto, yang mengucapkan kata-kata bertele-tele ini, tiba-tiba memalingkan wajahnya dengan putus asa.
Dia membungkukkan tubuh bagian atasnya. Itu adalah ciuman perpisahan untuk kekasihnya.
Bibir mereka semua tersentuh. Dia menempelkan bibirnya ke bibirnya, yang sekering dan pucat seperti selembar kertas.
Dia merasa seperti dia ingin memberikan nafasnya.
"... Aku akan melakukan segalanya untukmu." Dan kemudian dia berbisik dengan suara kecil.
Itu adalah rahasia yang tidak boleh didengar siapa pun. Jadi, hanya ia yang bisa mendengar keinginannya.
"Jika kamu ingin keluar dari sini, aku akan mengeluarkanmu dari sini."
"......"
"Aku akan memberimu cinta atau apapun yang kamu inginkan, aku akan melakukan apapun yang kamu inginkan."
"......"
"Jangan mati..." Sekali lagi dia menelan bibir keringnya (Penny), memohon dengan putus asa, dan memintanya untuk hidup.
"Jangan mati, Penelope."
.
.
.
_______
π_π
Translator👇🏻
Sweet_dreams_pray
Okeh! No SUMPAH SERAPAH!!
PALING GK, DISENSOR DIKIT GITUH..
🤫🤭
Jika ada yang tidak dimengerti, boleh TANYA JAWAB DI KOMENTAR yaa!!. mohon dimaafkan..
( ̄ε ̄ʃƪ)
Komentar
Posting Komentar