Langsung ke konten utama

Chapter 17


.
.
.
Duke berteriak marah karena alasan tertentu.

Ku pikir Aku bisa mendengar putra mahkota mengatakan hal-hal seperti 'sangat berisik' di suatu tempat.


Aku dengan cepat merespons. 

"Itu, Sayalah yang membuat dia jengkel." 

"Kerja bagus." 

"...... Maaf?" 


"Kita bisa menuntut pangeran mahkota untuk berlaku hati², dengan menggunakan bagaimana dia membahayakan Mu, sebagai ancaman. Kamu telah menjadi anggota hebat keluarga Eckart, Penelope." 

Aku hampir jadi gila karena jawaban tak terduga sang duke, setiap kali dia berbicara. 

"Bagaimanapun juga, kita perlu menurunkan satu atau dua derajatnya. Dia jadi terlalu sombong setelah mendapatkan gelar sebagai pahlawan perang."


"A, ayah." 

Itu adalah kata-kata yang bisa membawa kekacauan pada keluarga ini jika ada orang lain yang mendengarnya. Itu adalah penghinaan terhadap para keluarga kerajaan.

Duke melanjutkan ceramahnya seolah-olah tidak ada yang terjadi, tidak seperti Aku yang kebingungan. 

"Penelope, kamu harus tahu bahwa kita, Eckarts tidak memihak pada siapa pun. Kita hanya berada pada golongan yang tidak berpihak, netral."

"Iya, tentu saja." 

Nggak. Sebenarnya Aku tidak, tidak sama sekali. 

"Meskipun begitu, sulit untuk menentang apapun jika kita tidak memiliki dekengan*. Yang Mulia permaisuri pertama telah meninggal, dan orang-orang yang mendukung putra mahkota telah berkurang jumlahnya."

"...." 

"Tidak ada yang tahu siapa yang akan menjadi kaisar berikutnya saat ini." 

Aku tidak tahu putra mahkota memiliki cerita latar belakang semacam ini. 

Itu karena permainan sialan itu tidak lain hanya untuk menangkap hati para ML. 

'Tentu saja. Dia punya alasan untuk bertindak seperti anjing gila di pesta.' 

Aku tidak mengerti mengapa permaisuri dan pangeran kedua mengirim pembunuh ke putra mahkota pada awalnya. 


"Jadi, teruslah menjadi dirimu seterusnya."

Dengan mengatakan itu, Duke tersenyum puas ketika ia mengubah topik pembicaraan. 

"Kamu telah bertindak baik dalam kasus ini, jadi aku akan memberi mu hadiah daripada menghukummu. Apakah Kamu punya sesuatu dalam pikiran untuk diminta?"


"Hadiah?" 

Aku datang ke sini, mengira akan dihukum. Aku tidak berpikir Aku akan diberi hadiah seperti ini. 

Aku hanya duduk di sana, menatap kosong padanya ketika dia sedikit menganggukkan kepalanya.

"Apakah kamu ingin pedagang perhiasan berkunjung lagi? Atau mungkin Kamu ingin membuang semua gaun Mu dan memesan yang baru karena musim ini akan segera berakhir?" 

Aku ternganga pada pilihan hadiah dari skala yang berbeda dari apa yang bisa Ku pikirkan. 

'OMG, rejeki nomplok.'

Namun, Penelope sudah memiliki begitu banyak permata dan gaun dari yang dia beli sebelumnya sehingga yang ditawarkan sang Duke tidak benar² dibutuhkan. 

Aku memikirkan apa yang Ku inginkan sebagai hadiah, dan segera menjawab dengan penuh pertimbangan.

"Saya akan memberitahu Anda apa yang saya inginkan sebagai hadiah nanti, setelah memberikan lebih banyak waktu untuk memikirkannya." 

Cklek-, sang duke dan aku selesai dengan pembicaraan kami, dan aku baru saja menutup pintu kantor di belakangku ketika sebuah kotak putih muncul di depanku entah dari mana. 

_____
<sʏstɛʍ> ҡɛtɛռaʀaռ aռɖa tɛʟaɦ ռaɨҡ +5 ҡaʀɛռa ʍɛʍքɛʀɮaɨҡɨ ɦʊɮʊռɢaռ aռɖa ɖɛռɢaռ օʀaռɢ-օʀaռɢ ʏaռɢ ɮɛҡɛʀʝa ɖɨ ʍaռsɨօռ ɨռɨ. (tօtaʟ : 5)
-----

"Ha ha."

Tawa pura-pura keluar dari mulutku karena kekonyolan situasi ini. 

'Apa yang telah kulakukan agar aku mendapatkan ini?'

Aku benar-benar tidak mencoba dan meningkatkan hubungan ku dengan orang-orang di sekitar ku. Jika Aku harus memikirkan satu hal yang ku lakukan, maka itu adalah mengancam mereka sedikit sehingga mereka tidak memandang rendah Aku.....


'Apakah aku sedikit terluka oleh putra mahkota benar² masalah besar?'

Aku terpesona oleh banyak hal yang mengalir dengan cara yang tidak terduga, termasuk cara sang Duke bertindak. 

Sementara itu, Aku Juga agak merasa sedikit bangga pada diri Ku. 

Karena, entah itu minat atau ketenaran, plus (+) selalu berarti sesuatu yang baik di sini. 

'Bagus. Mari kita lanjutkan dengan arus ini seterusnya.' 

* * * 

"Nona, Anda kembali."

Emily menyambut Ku yang baru saja masuk ke kamar ku. 

Aku menganggukkan kepala setengah hati ketika aku bergegas ke mejaku dan duduk di kursi. 

Itu karena Aku harus banyak berpikir selain memikirkan apa yang Ku inginkan sebagai hadiah juga. 

"Nona. Ini...." 

Emily mengikuti dan menyerahkan sesuatu kepada Ku. 

"Benda yang Anda pegang di leher pada hari Anda jatuh pingsan. Tuan muda pertama mengatakan kepada saya untuk membuangnya, tetapi saya mencuci dan menyimpannya untuk berjaga-jaga."


"Ah.." 

Aku menatap apa yang diserahkan Emily kepadaku. 

Sapu tangan putih.

Itu yang Vinter Verdandi pinjamkan padaku. Aku benar² lupa tentang itu. 

"Terima kasih, Emily." 

Aku memuji Emily yang telah melakukan hal yang patut dihargai. Ekspresinya jadi cerah ketika aku melakukannya.


Saputangan yang tadinya dipenuhi darah sekarang menjadi putih bersih. Aku memikirkan apa yang harus dilakukan dengan itu ketika Aku melihatnya. 

'Aku harus membalas kebaikannya entah bagaimana.'

Itu adalah kecemasan yang tidak diinginkan, tetapi Aku masih harus sopan tentang hal itu. 

Selain itu, ada keperluan untuk bertemu dengannya setidaknya sekali lagi karena dia juga salah satu target penangkapan. 

"Emily, bisakah kau memberitahu kepala pelayan sekarang untuk membawa perhiasan besok?"

"Sebuah perhiasan?" 

Emily memiringkan kepalanya dari permintaan Ku yang keluar tanpa diduga, lalu bertepuk tangan sekali. 

"Ah! Apakah Anda berencana membeli beberapa aksesoris baru untuk festival yang akan datang?" 

"Festival?" 

Emily segera menjawab Ku ketika Aku bertanya dengan bingung. 

"Festival merayakan kelahiran negara ini diadakan minggu depan! Saya mendengar bahwa festival itu akan diadakan dalam skala yang jauh lebih besar karena kembalinya Yang Mulia Putra Mahkota...." 

"Jangan menyebutkan putra mahkota." 

Emily menutup mulutnya dengan nada suaraku yang tiba-tiba menjadi dingin. Aku muak, bahkan sekedar memikirkan putra mahkota. Aku menggerakkan tanganku, kesal, ke arah Emily yang mulai mempelajari wajahku. 

"Pergi ke kepala pelayan sekarang." 

"Baik! Saya akan segera kembali!"

Emily pergi dan kesunyian menyapa Ku di kamar. 

Aku mengetuk meja dengan satu jari dan tersesat dalam pikiranku.


"Jadi minggu depan pestanya, ya...." 

Dalam game, episode yang ditentukan untuk bertemu dengan masing-masing target tangkapan terbuka secara berurutan.

Misalnya, Aku harus melewati beberapa episode di rute Rennald dan Derrick agar rute putra mahkota dibuka. 

Itu sebabnya agak tak terduga bahwa aku bertemu Vinter segera setelah aku bertemu dengan putra mahkota. 

Tetapi dia adalah karakter yang akan Ku temui dalam perjamuan hari itu, jadi tidak banyak yang berubah dalam cerita karena itu mengalir sama sampai sekarang. 

Yang tersisa sekarang adalah target tangkapan terakhir, Eclise sang knight, yang muncul setelah pertemuan dengan Vinter.


Itu sekitar ketika festival berlangsung ketika target tangkapan terakhir dibawa ke mansion. 

"Apa yang dilakukan Penelope selama festival itu...?" 

Dalam mode hard, Aku hanya diberi tahu bahwa sang duke membawa target tangkapan baru dan tidak pernah bisa melihatnya. Aku terlalu sibuk sekarat saat bermain episode 'Hari Festival Bersama' dengan Rennald atau Derrick.

"Aku merasakan darahku mendidih memikirkan hal itu lagi."

Pada akhirnya, hasilnya adalah aku tidak pernah bisa memiliki satupun kencan damai di festival dengan siapa pun. 

Aku buru-buru membuka laci dan mengambil selembar kertas yang aku sembunyikan sebelumnya. 

Aku melempar tulisan ku dengan cepat dan bergumam. 

"Aku harus mendapatkannya sebelum duke melakukannya."

Aku memutuskan sesuatu setelah hampir terbunuh oleh putra mahkota. 

Untuk menyelesaikan satu rute sesegera mungkin dan keluar dari tempat ini, karena aku tidak bisa mencoba dan mati lagi. 

Untuk melakukan itu, Aku harus fokus pada peningkatan minat target tangkapan yang paling mudah dikelola. 

"Eclise." 

Mata Ku berbinar, melihat namanya tertulis di kertas. 

"Aku memilihmu." 


* * * 

Aku sibuk menjelajahi mansion belakangan ini. 

Aku tidak akan melebih²kan bahkan jika aku mengatakan bahwa rumah Eckart adalah ukuran sebuah kota. 

Area pelatihan untuk para ksatria dan asrama mereka bersama dengan hutan kecil bisa dilihat ketika kau melewati taman yang didekorasi dengan indah dan lapangan rumput yang luas. 

'Pasti ada lubang pelarian di suatu tempat....'

Aku melakukan ini untuk menemukan jalan rahasia keluar dari halaman rumah sebelum hari festival. 

Padahal, itu tidak mudah karena tempat ini begitu besar. 

Aku berjalan kembali ke taman dengan langkah-langkah murung setelah gagal menemukan lubang pelarian lagi hari ini. 

Kemudian Aku meminta Emily untuk menyiapkan camilan dan teh dan membaca buku di bawah pohon besar sesudahnya.


Saat sekitar ketika cerita itu mencapai klimaksnya. Aku mendengar suara gemerisik di belakangku. 

"Emily. Bisakah Kau memberi Ku penanda buku?" 

Aku hampir menyelesaikan bab itu dan aku terus memperhatikan buku itu sementara aku meraih tanganku ke tempat Emily seharusnya berada. 

Tidak ada jawaban kembali, bahkan sampai Aku menyelesaikan halaman terakhir bab ini. 

"....Emily?" 

Aku menutup buku itu dan menoleh. 

"Apakah kamu...... Baik-baik saja sekarang?"


Di sampingku berdiri seseorang memegang nampan dengan beberapa makanan ringan. Itu bukan Emily, tetapi seseorang yang Aku tidak harapkan untuk melihatnya di sini. 

"Uhh...."

[ʍɨռat 8%] 

Aku mengeluarkan suara konyol melihat bar pengukur minat di atas Derrick yang belum pernah kulihat berhari-hari. 

Berada di 6% terakhir kali aku melihatnya. Aku tidak tahu apa yang menyebabkannya naik. 


Whhuuusss-. Angin sepoi² yang sejuk memiliki aroma bunga yang samar saat tertiup di antara Aku dan Derrick. 

Pandangan Ku terhalang sejenak oleh rambut Ku yang berkibar di depan Ku, dan berkat itu, Aku bisa kembali ke akal sehat Ku. 

Aku menyadari bahwa Aku dengan bodoh menatapnya dan berdiri. 

Derrick menghentikan Ku ketika Aku melakukannya. 

"Tidak. Kamu tidak perlu bangun." 

"Tidak apa-apa. Saya akan kembali sekarang." 

"Kalau begitu, apakah kamu tidak ingin makanan penutup?" 

"Ah...." 

Aku mengerutkan alisku, memindahkan tatapanku ke nampan yang dipegangnya. 

'Pasti dia yang ingin membawa ini bukannya yang lain!'

"Apakah Emily meminta Anda untuk melakukan hal seperti itu?"

"Tidak. Aku mengatakan kepadanya bahwa aku akan membawa ini kepada Mu karena aku memiliki sesuatu yang perlu ku bicarakan dengan Mu." 

"Dengan saya?" 

Apa yang dia, yang membenci Penelope sampai kematiannya, ingin katakan padaku? 

Tapi keingintahuan itu tidak bertahan lama saat aku tahu apa yang dia maksud. 

"Ini tentang apa yang terjadi kemarin, kan?" 

Meskipun duke membiarkannya dan bahkan memberi ku hadiah, Derrick pasti tidak akan melepaskan masalah ini. 


'Haa. Mari kita anggap ini sebagai kelanjutan dari permintaan maaf atas apa yang akan ku lakukan di depan sang duke kemarin.'

Aku menahan nafas saat aku dengan hati-hati memilih kata-kataku. Lalu aku mengocehkan kata-kata seperti robot, tanpa jiwa.

"Saya minta maaf karena membuat keributan ketika terutama Anda mengatakannya untuk tidak melakukannya." 

"....." 

"Anda pasti kebingungan, tuan muda pertama. Saya berbicara dengan ayah dan mengatakan kepadanya bahwa saya akan memberi waktu kurungan bagi diri saya dengan tetap tinggal di area mansion. Jika anda berpikir bahwa Saya pantas mendapat hukuman yang lebih keras...." 

"Bukan itu." 

Dia dengan dingin memotong dialog Ku. 

"Bukan itu yang akan aku katakan." 

Dia sedikit mengerutkan kening ketika aku melihat wajahnya. 


_____
CATATAN:
~*orang yang mendukung, atau bekingan.
~permaisuri pertama adalah istri pertama kaisar, juga almarhum ibu Calisto [putra mahkota]. Permaisuri saat ini adalah istri kedua kaisar, ibu pangeran kedua.

+ MC nya juga gak terlalu bodoh untuk memaafkan seseorang dengan mudahnya.
˞͛😏˞͛

Makasih udah mampir baca (✪ω✪)

Btw, jangan di kerutin muka nya Oppa. Ntar kerutan lagi.
❤ (ɔˆз(ˆ⌣ˆc)

Jan lupa, (˘❥˘)
👇🏻👇🏻👇🏻


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter 210

 Selamat membaca kakak!! Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella**** Terimakasih kak! ❤ . . . Setelah melihat sosok kecil yang muncul entah dari mana, Vinter berhenti bernapas. Dia buru-buru menarik ujung tongkatnya. Kwaaang-! Dan sihir serangan itu melewati Yvonne dengan jarak yang sedikit lagi akan mengenainya, dan sihir itu menghantam dinding dan menyebabkan suara dan getaran yang besar. Namun, berkat sihir yang melapisi bangunan ini, dindingnya tidak berlubang. "Ugh......!" Sihir yang menyapu kantor itu dengan cepat membuat asap. Dan di antara asap itu, ada seorang wanita dan seorang anak kecil yang mengenakan topeng singa terungkap. "Sudah kubilang aku pasti akan menghancurkannya." Yvonne tertawa terbahak-bahak. Vinter pun mengerutkan kening dan memasang ekspresi yang terlihat putus asa. "Raon!" Dia adalah seorang anak yang sangat berharga karena dia pintar. Tapi mata Raon, terlihat dari celah topeng s...

Chapter 182

 Selamat membaca kakak!! Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella**** Terimakasih kak! ❤ . . . Vinter menatapku dengan mata yang melotot dan memaksaku untuk segera menjawab. Tidak, mungkin itu hanya alasanku. "Itu..." Saya ragu-ragu untuk waktu yang lama, sambil membuka bibir saya dan menutupnya lagi begitu terus selama beberapa saat. Tidaklah jelas untuk mengatakan bahwa masalah kepercayaan adalah jawaban yang benar. Dia mengira saya akan membunuh Yvonne, tetapi dia malah berusaha untuk menyembunyikan kejahatan saya. 'Tidak. Kamu memperlakukanku seperti penjahat ganas ketika kekacauan itu terjadi, bagaimana itu disebut sebagai kepercayaan?' atau 'Tidak. Terakhir kali saat kamu membuat keributan itu, kamu memperlakukanku seperti penjahat kejam, mungkin ini masalah kepercayaan?' Setelah perjuangan yang panjang, saya menjawab dia yang terus memandang saya. "Yah...kedengarannya seperti karaktermu." "...

Chapter 101

. . . 'Apa itu?' Secara reflektif ke jendela sistem yang melayang, tatapan ku naik ke atas kepala eclis. Dan aku membuka mataku. '.... Sudah hilang!' Kalimat itu [Minat 77%], yang baru saja berkilau dengan jelas di kepalanya diubah menjadi [periksa ketertarikannya]. Selain itu, bar ukuran yang diisi dengan warna putih telah berubah menjadi merah gelap. Tapi sebelum aku bisa mengenali apa yang telah terjadi, sebuah tulisan baru muncul. ____ <SYSTEM>  Warna ditampilkan pada bar pengukur tempat ketertarikan. ____ <SYSTEM>  DALAM RANGKA UNYUK MEMERIKSA KETERTARIKANNYA, BUATLAH KONTAK FISIK DENGAN TARGET. –––– "Elise...." Sambil melihat ke jendela sistem dengan mata gemetar, aku berhasil berbicara. Suara yang kencang keluar seolah² sedang tercekik. "Berikan padaku, aku akan meletakkannya untuk mu." Sudut² mulutku yang gemetar terangkat dengan susah payah dan memerintahkan. Eclis perlahan melepas tangan yang ia kenakan di bibirnya. - Traaak.  K...