Langsung ke konten utama

Chapter 169

 
.
.
.
Aku perlahan-lahan mengangkat kepala ku mendengar suara yang familier itu. Pria berambut pirang berdiri dengan dingin didepan hidungku.

"... Yang mulia."

Meskipun aku memberitahunya untuk tidak datang, aku tersenyum lebar melihat pria yang datang ke dalam upacara kedewasaanku.

Callisto dengan bangga menunjukkan diri dengan jubah merah berkibar, mengabaikan saran ku bahwa dia tidak boleh lagi bertemu dengan ku.

"Salam kepada matahari kekaisaran." Aku menundukkan kepalaku sedikit dengan hormat.

Pangeran Mahkota, yang tidak menjawab untuk salam sopanku, akhirnya membuka mulutnya setelah waktu yang lama.

"... Angkat kepalamu."

Atas permintaannya, aku menengadah dan menghadap padanya.

"Saya meminta anda untuk berpura² tidak mengenal saya, tapi anda melakukannya lagi."

"Cantik."

Mulutnya langsung menumpahkan jawaban yang salah atas pernyataanku dengan wajah cemberut.

Aku mengerti yang ia katakan beberapa saat kemudian.

Aku mengenakan gaun ini berpikir bahwa ia tidak akan hadir dan sekarang malu ketika orang yang memveriku itu muncul.

Meskipun aku tidak bisa melakukan kontak mata dengan dia dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, putra mahkota masih menambahkan tanpa ragu.

"Lebih dari yang kubayangkan."

"......"

"Aku pikir hanya aku yang bisa melihatnya... tapi ketika aku melihat sekeliling, tampaknya semua orang menatapmu."

Dia menatapku dengan wajah tanpa ekspresi dan berkata secara terang-terangan.

Terkejut dengan kebiasaan sang pangeran mengatakan hal-hal seperti itu secara terbuka, aku tertawa lagi.
Ini adalah pertama kalinya aku pernah mendengar pujian yang aneh seperti itu.

Aku dengan tenang memutuskan untuk menerima hadiah dan pujian nya.

"Anda terlalu membesar-besarkan, yang mulia."

"Aku tidak bercanda, putri."

Dia menundukkan kepalanya sedikit ke arahku dan berbisik dengan suara rendah.

"Aku hampir tidak bisa menahan dorongan untuk mengeluarkan semua mata b*jing*n itu."

Aku mengerutkan kening karena lelucon kejamnya.

"Tolong bersabar sampai upacara berakhir."

"Apakah itu sesuatu yang harus kamu katakan pada tamu kehormatan hari ini?"

"Atau anda dapat membawa mereka ke suatu tempat di mana saya tidak akan melihatnya."

Hanya kemudian Callisto melonggarkan ekspresinya, yang sangat kaku, dan kemudian dia mendesah dan tersenyum.

"... Baiklah, karena kamu benci kekejaman."

Sambil mengangguk, dia tiba-tiba bertanya. "Apakah kamu menerima hadiah ku?"

"Ya. Meskipun ada begitu banyak hadiah yamg saya tidak tahu apakah saya akan menggunakan mereka semua... Bagaimanapun, terima kasih, yang mulia."

"Aku memungutnya dalam perjalanan khusus untukmu, jadi jangan merasa terlalu tertekan."

Ketika kepala pelayan menyampaikan pesan sehari sebelum kemarin, ku pikir dia mengutip dengan berlebihan, tetapi dia mengatakannya sendiri. Aku tercengang melihat penampilan arogannya dan membuka mulutku.

"Apakah yang mulia bermaksud memulai perang penaklukan setiap kali anda datang ke Duchy dengan seragam penuh anda?"

"Apa, apakah ada sesuatu yang kamu inginkan, putri? Katakan saja. Aku tidak tahu kamu suka berperang."

"Tidak, tidak ada."

Callisto tertawa pelan lagi atas jawabanku. Lalu tiba-tiba, tatapannya bergerak lebih rendah.

"Omong-omong, bukankah itu barang dari Soleil waktu itu?"

"Apa?"

Aku mengikuti pandangannya merendahkan kepalaku dan menemukan kalung sihir kuno yang sedang aku pertimbangkan sampai beberapa waktu yang lalu.

"Ah."

"Itu aneh."

Dengan kata lain, putra mahkota berkomentar bahwa gaun itu tidak cocok.

"Mengapa kamu sangat menyukai itu? Beraninya kau memakainya bersama dengan hadiah putra mahkota? Kurang ajar."

Tambahnya dengan nada yang tidak menyenangkan. Aku sepenuhnya memahami ketidaksenangannya dan menjawabnya dengan lembut.

"Ini hadiah dari Binsoo."

"Binsoo? Siapa itu?"

"Anda ingat wizard dari negara lain yang membantu kita? 'Wizard bertopeng'?"

"Oh, pria bertelanjang kaki dengan roh jahat."

Putra mahkota menyemburkan air mata, akhirnya teringat. Semua yang dia bisa ingat adalah roh jahat dan kaki telanjang.

Aku merasa sedikit menyesal untuk pria bertelanjang kaki yang dirasuki oleh roh jahat yang duduk di belakang ku dan hanya tersenyum canggung.

"Apa yang item itu lakukan?"
Tiba-tiba putra mahkota bertanya, dengan mata agak terbuka.

"Ini melindungi tubuh si pemakai."

"Bagaimana?"

"Jika ada bahaya di sekitar, warna permata di tengah berubah... Saya pikir itu seperti jimat di negara itu."

Tepatnya, itu untuk mendeteksi perubahan alam yang disebabkan oleh racun atau sihir, tapi aku menjelaskan dengan hati-hati sambil berjingkat pada kebenaran.

"Kamu memberiku hadiah yang sama seperti itu."

Pada saat itulah putra mahkota berhenti mengorek masalah itu dan dengan sinis mengatakan seolah-olah dia sudah yakin.

Aku agak penasaran seperti apa 'hadiah serupa' itu, tetapi aku memilih untuk cepat² melepaskan kalung ku daripada bertanya.

"Pakai saja itu."

Tapi begitu aku menangkap rantai peraknya, Callisto menghentikanku.

"Mengapa?"

"Pada hari seperti ini, segala macam orang pasti merangkak masuk. Kamu tidak pernah tahu, sesuatu mungkin terjadi?"

"Tapi anda bilang itu seperti hadiah anda."

"Namun, kamu masih bisa mempercayai keterampilan sihirnya." Callisto mengangkat bahu dan menjawab dengan menyegarkan.

Ketika dia mengatakan itu, aku malu karena aku berusaha melepasnya dengan tergesa-gesa. Tangan ku yang memegang tali perak diletakkan dengan lembut.

Dan keheningan sejenak terjadi di antara kami.

Sebenarnya, aku merasakannya dari awal. Sama sepertiku, dia berusaha keras untuk tidak berdebat hari ini.

Sungguh menakjubkan bahwa kami, yang putus dua hari yang lalu seolah-olah kami tidak akan pernah bertemu lagi, sedang mengalami percakapan yang santai.

'... Ini sudah cukup.'

Aku pikir begitu. Jika kami tetap seperti ini, aku tidak berpikir aku akan menyesal.

"... Yang mulia." Aku melirik ke sekeliling dan membuka mulutku.

"... Orang-orang menatap kita."

Kami bicara terlalu lama untuk ucapan sederhana dari seorang bangsawan. Sudah ada banyak pandangan yang diarahkan ke arah ini sejak beberapa waktu lalu.

"Sekarang tolong ..."

"... Itu aneh."

Segera setelah aku akan membawanya ke atas untuk menyelesaikan percakapan, Callisto tiba-tiba memotong ku.

"Aku yakin kemarin, kamu membuat ku jadi gila karena kamu sangat jahat dan penuh kebencian."

"......"

"Jadi, aku terus berpikir tentang datang atau tidak ke sini pagi ini."

Callisto melontarkan senyum mencela diri sendiri, seolah-olah ia mendapati dirinya sendiri lucu.

"Tapi saat aku melihatmu hari ini, cahaya menyinari rambutmu."

"......"

"Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darimu."

Napasku tertahan di tenggorokanku.

Dia menurunkan pandangannya, menolak untuk bertemu dengan mataku, dan bergumam seolah-olah dalam monolog.

"Kupikir itu karena sinar matahari..."

"......"

"Tapi itu masih sama bahkan ketika kamu berdiri disini dekat dengan ku, putri. Kamu bersinar lebih terang dari apa pun."

Dia tiba-tiba mengerutkan kening dan menatapku. Dan perlahan-lahan mengulurkan tangan kepada ku. Ujung jari pria itu menyentuh kepalaku, membelai rambutku dan menyentuh helaian di dekat telingaku.

"....Ini aneh. Apakah kamu mengenakan beberapa sihir bercahaya padaku atau sesuatu?"

Dia mengangkat kepalanya dengan ekspresi tak berdaya seolah² benar² tidak tau apa yang terjadi.

Aku menatapnya karena jari-jarinya masih membelai rambutku dengan gemetar.

Perasaan yang sama yang selalu kurasakan saat menghadapi putra mahkota menguasaiku lagi.

Tapi mereka bukan apa-apa, seperti kegilaanku dengan rambut emasnya, itu tidak banyak. Bunga di kepala ku adalah tiara atau anting-anting yang ku kenakan. Ada cukup cahaya untuk mencerminkan dan cocok dalam deskripsinya seperti itu.

Tapi tetap saja, masih hatiku terasa aneh setelah mendengar kata-katanya.

Tidak, jantung ku berdetak begitu cepat sehingga aku tidak tahan.

Saat itu.

<SYSTEM> apakah anda ingin memeriksa Ketertarikan [Calisto]? 

[4 juta emas/ketenaran 200]

'karena ini yang terakhir kalinya.'

Aku memilih [4 juta emas] secara rasional.

<SYSTEM> [4 juta emas] telah dipotong dan ketertarikan [Callisto] telah diperiksa.

(dana yang tersisa: 999.999.999 +)

[Minat 89%]

Hanya dengan cara itu aku dapat secara perlahan melepaskan nafas yang ku tahan.

Aku melihat nomor berkilauan di atas bar pengukur merah.

Kehampaan dan kekecewaan yang ku rasakan terakhir kali tampak seperti kebohongan. Aku bisa benar-benar lega untuk fakta bahwa ia belum sempurna mencintai ku.

"... Bukan masalah besar, yang mulia. Ini mungkin karena berlian nya."

Aku berhasil mengangkat sudut-sudut bibir ku dan tersenyum, berusaha keras untuk tidak memandang ke bawah.

"Berlian yang anda berikan pada saya terlalu berharga."

"Begitukah?"

"Ya."

"... Aku mengerti." Callisto mengangguk dan dengan tenang mengangkat tangannya dari rambut ku.

"Jika kamu bilang begitu, maka begitulah adanya."

Tangannya yang bergerak menjauh, terasa seolah² momen ini selamanya. Momen ketika mata kami bertemu satu sana lain.

"Yang mulia putra mahkota."

Tiba-tiba suara seseorang menyela kami.

Aku menoleh dan melihat Duke serta Rennald, yang pergi memanggil ayahnya, sedang mendekat.

"Salam kepada matahari kekaisaran."

Waktu yang tampaknya telah berhenti, berlalu dengan cepat.

"Angkat kepalamu." Putra mahkota memberikan perintah yang jelas. Dan ketika dia memandang mereka tanpa ekspresi, dia mengeraskan wajahnya dan tersenyum ramah santun. Senyum palsu yang berbicara tentang kesopanan.

"Lama tak bertemu, Duke."

"Suatu kehormatan besar anda bisa hadir meskipun jadwal anda padat."

"Kau adalah Duke yang akan menjadi bantuan besar bagi ku di masa depan, tentu saja, aku harus datang." Kata putra mahkota, dengan terampil mengangkat dagunya.

Alis Duke menggeliat sekali. "Saya ingin mengucapkan terima kasih lebih, yang mulia, tapi saya minta maaf untuk mengatakan bahwa kami harus memulai upacara sekarang."

"Oh, tentu saja. Ya, upacara satu kali sang putri tidak bisa ditunda."

Putra mahkota segera menoleh ke arah ku dan menyapa ku dengan santai.
"Selamat ulang tahun, putri."

"Terima kasih."

Aku menanggapi dengan mata ke bawah.

Tak lama kemudian dia berbalik dan kembali ke tempat duduknya yang telah ditentukan. Aku tidak melihat jubah merah terbangnya.

Ketika aku mendongak lagi, dia duduk di meja dikelilingi oleh bangsawan yang tak terhitung jumlahnya.

"Sekarang mari kita mulai upacara."

Dipicu oleh suara keras Duke, upacara kedewasaan akhirnya dimulai.
.
.
.

____
Okeh! No SUMPAH SERAPAH!!
PALING GK, DISENSOR DIKIT GITUH..
🤫🤭

Jika ada yang tidak dimengerti, boleh TANYA JAWAB DI KOMENTAR yaa!!. mohon dimaafkan..
( ̄ε ̄ʃƪ)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter 210

 Selamat membaca kakak!! Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella**** Terimakasih kak! ❤ . . . Setelah melihat sosok kecil yang muncul entah dari mana, Vinter berhenti bernapas. Dia buru-buru menarik ujung tongkatnya. Kwaaang-! Dan sihir serangan itu melewati Yvonne dengan jarak yang sedikit lagi akan mengenainya, dan sihir itu menghantam dinding dan menyebabkan suara dan getaran yang besar. Namun, berkat sihir yang melapisi bangunan ini, dindingnya tidak berlubang. "Ugh......!" Sihir yang menyapu kantor itu dengan cepat membuat asap. Dan di antara asap itu, ada seorang wanita dan seorang anak kecil yang mengenakan topeng singa terungkap. "Sudah kubilang aku pasti akan menghancurkannya." Yvonne tertawa terbahak-bahak. Vinter pun mengerutkan kening dan memasang ekspresi yang terlihat putus asa. "Raon!" Dia adalah seorang anak yang sangat berharga karena dia pintar. Tapi mata Raon, terlihat dari celah topeng s...

Chapter 182

 Selamat membaca kakak!! Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella**** Terimakasih kak! ❤ . . . Vinter menatapku dengan mata yang melotot dan memaksaku untuk segera menjawab. Tidak, mungkin itu hanya alasanku. "Itu..." Saya ragu-ragu untuk waktu yang lama, sambil membuka bibir saya dan menutupnya lagi begitu terus selama beberapa saat. Tidaklah jelas untuk mengatakan bahwa masalah kepercayaan adalah jawaban yang benar. Dia mengira saya akan membunuh Yvonne, tetapi dia malah berusaha untuk menyembunyikan kejahatan saya. 'Tidak. Kamu memperlakukanku seperti penjahat ganas ketika kekacauan itu terjadi, bagaimana itu disebut sebagai kepercayaan?' atau 'Tidak. Terakhir kali saat kamu membuat keributan itu, kamu memperlakukanku seperti penjahat kejam, mungkin ini masalah kepercayaan?' Setelah perjuangan yang panjang, saya menjawab dia yang terus memandang saya. "Yah...kedengarannya seperti karaktermu." "...

Chapter 101

. . . 'Apa itu?' Secara reflektif ke jendela sistem yang melayang, tatapan ku naik ke atas kepala eclis. Dan aku membuka mataku. '.... Sudah hilang!' Kalimat itu [Minat 77%], yang baru saja berkilau dengan jelas di kepalanya diubah menjadi [periksa ketertarikannya]. Selain itu, bar ukuran yang diisi dengan warna putih telah berubah menjadi merah gelap. Tapi sebelum aku bisa mengenali apa yang telah terjadi, sebuah tulisan baru muncul. ____ <SYSTEM>  Warna ditampilkan pada bar pengukur tempat ketertarikan. ____ <SYSTEM>  DALAM RANGKA UNYUK MEMERIKSA KETERTARIKANNYA, BUATLAH KONTAK FISIK DENGAN TARGET. –––– "Elise...." Sambil melihat ke jendela sistem dengan mata gemetar, aku berhasil berbicara. Suara yang kencang keluar seolah² sedang tercekik. "Berikan padaku, aku akan meletakkannya untuk mu." Sudut² mulutku yang gemetar terangkat dengan susah payah dan memerintahkan. Eclis perlahan melepas tangan yang ia kenakan di bibirnya. - Traaak.  K...