Langsung ke konten utama

Chapter 165

 
.
.
.
Seperti biasa, untuk perjamuan apa pun, aku dibangunkan oleh para pelayan saat fajar menyingsing.

Pikiranku, Yang gelisah sepanjang malam, hampir tidak bisa istirahat, dan sebagai hasilnya, menurutku gangguan pagi pelayan itu lebih menarik hati daripada menjengkelkan.

Hari itu akhirnya tiba.

Aku bangun dari tempat tidur dan para pelayan dengan cepat mulai melayani ku.

Menerapkan oil treatment dalam jumlah banyak, mereka mulai mengoleskannya ke seluruh tubuh ku mulai dari wajahku dan kemudian sampai ke jari kakiku.

Aku kemudian dibuat untuk bertaham melalui ini beberapa kali lagi sebelum mereka akhirnya membawa ku ke kamar mandi, di mana aku disambut dengan bak penuh air yang diisi dengan minyak parfum.

Bau aromatiknya menyengat, dan pijatan berlanjut. Pada saat aku meninggalkan bak mandi, aku merasa seperti kimchi yang baru disiapkan.

"Semuanya, kalian tahu hari apa ini, kan?" sebuah tinju yang teguh mengisi udara.

"Nona kita harus bersinar lebih dari sebelumnya!" para pelayan mulai berbicara sekarang.

"Ya ya, memang! Mohon serahkan pada kami, Nona! Kami akan mencurahkan jiwa kami untuk membuat kecantikan Anda semakin menonjol! "

Yang mengejutkanku, para pelayan, yang biasanya bahkan tidak bisa mengangkat kepala mereka dengan baik di depanku, mengepalkan tangan mereka dan bergabung dalam satu kesatuan hari ini.

Energi mereka membutakan dan yang bisa ku keluarkan hanyalah senyuman palsu.

"Jangan terlalu rusuh, tolong...." kataku khawatir dengan hal² yang munhkin menghadang. 

Tapi tentu saja, permohonan ku yang tidak berdaya diabaikan. Dan para pelayan berusaha merias wajah dan rambutku dengan lebih seksama dari sebelumnya. Menarik kepalaku kekiri dan ke kanan dan terkadang membuatku melihat kelangit² dengan kesakitan.

Sentakan tanpa henti ini sepertinya berlangsung selamanya, ketika para pelayan membiarkanku pergi setelah waktu yang cukup lama, aku akhirnya bisa melihat bayangan saya di cermin dengan baik.

"Hа~~" datanhlah sedahan dari para pelayan, sebelum keheningan yang tidak biasa terjadi diantara mereka.

Merasa bahwa mereka tidak lagi mengelilingi ku, aku perlahan mulai membuka mataku.

Saat itulah aku memahami alasan di balik keheningan mereka.

Gadis yang balas menatapku dari cermin benar-benar menakjubkan, dan sama seperti para pelayan di belakangku, aku menemukan diriku kehilangan kata-kata.

Mataku yang terangkat dan mencolok tanpa ekspresi, sekarang terlihat lembut dan tulus, dan riasan membuat mereka terlihat cantik dan penuh warna.

Hidung mungil ku, pipi dan bibir kemerahan yang tampak lembrb dan kenyal, serta rambut merah muda gelap yang diikat rapi diatas kepalaku, terlihat cukup indah.

Aku perlahan mengangkat tanganku dan menyentuh pipiku.

'..Cantik.' pikirku akhirnya, hampir mengungkapkan kekagumanku terhadap keyerampilan para pelayan dengan lantang.

'Kau terlihat sangat cantik.' pikirku saat mengingat sesuatu.

Kembali ke awal mode normal, ketika heroin wanita kembali saat upacara kedewasaan, Penelope yang ku lihat sekilas dalam ilustrasi adegan upacara kedewasaan, sangat cantik.

Sangat disayangkan bahwa aku tidak mengenalinya saat itu. Aku terdiam sekarang, rasa berat tiba² menbebani dadaku.

Melihat ke cermin, aku merasa sedikit sedih. Sebentar lagi aku akn melakukan dosa dengan tubuh ini, yang kehilangan pemilik nya, yang akan segera tidak berdaya melawan apa yang akan ku lakukan.

"Nona! Anda tidak boleh menyentuh wajah anda!" salah satu pelayan berteriak dengan cepat. "Jangan sentuh wajah anda hari ini!"

Aku menarik tangan ku segera setelah peringatannya, bahkan aku tidak menyadari apa yang kulakukan.

Dan dalam sekejap rasa kasihan ku hilang ketika para pelayan menarik saya kembali ke dunia nyata. Dan aku menegakkanbtubuh seolah² itu tidak pernah terjadi.

"Baiklah." Aku menurunkan tanganku dengan patuh dengan ekspresi tidak setuju. 

Kupikir akan lebih baik bagi ku untuk tidak mengatakan apa-apa hari ini. Ini akan menjadi yang pertama dan terakhir kali.

Lalu, kata pelayan lain. "Sekarang Nona, untuk gaunnya ..."

Aku baru saja akan menginstruksikan mereka untuk membawa yang sama seperti biasanya. dengan 'biasa', maksud ku pakianku yang sederhana biasanya.

Namun, saat aku hendak membuka mulutku, para pelayan perlahan berjalan mendekat, memegangi gaun di gantungan baju.

"Tolong, kenakan gaun ini hari ini, Nona." Kata Emily, sambil menatapku dengan serius.

"Ini tuh..." Kata-kataku terhenti saat melihat gaun itu.

"Tidak ada yang tampak lebih cocok untuk anda hari ini selain gaun ini Nona!" matanya yang memelas menatap balik ke arah ku dan aku menahan perasaan untuk menyentuh wajahku lagi saat perasaan yang luar biasa mulai bergerak di dalam diriku.

Aku ragu-ragu saat melihat gaun yang mereka bawakan untukku. Gaun biru tua yang terhampar ke lantai berkilau bahkan dengan sedikit gerakan.

Aku bisa melihat ada bubuk perak yang berkilau di atasnya, membuatnya bersinar.

Warna yang menyebar secara bertahap bertemu dengan benang emas sulaman halus di bagian bawah. Secara keseluruhan, gaun itu menyerupai laut yang tenang dan diterangi cahaya bulan di malam hari.

Itu adalah hadiah dari Putra Mahkota sendiri.

Aku sedikit meringis saat melihatnya.
Emily dengan gugup memohon karena melihat ekspresiku.

"Ini adalah satu-satunya upacara di mana Anda harus bersinar lebih dari siapa pun, Nona." 

Dia mencengkeram gantungan sedikit lebih erat sekarang, "Bahkan rakyat jelata mencoba memakai pakaian mahal Nona, bahkan ada yang berhutang."

Aku menatapnya sebelum berbalik dalam perenungan.

"Tolong Nona, sekali ini saja", pembantu lainnya berkata dengan lembut, "Hanya untuk hari ini ..."

"......"

"Benar, Nona", yang lain berbicara, "Yang sering anda pakai sebelumnya agak terlalu gelap dan sederhana."

"Tapi tentu saja, Nona terlihat cantik dengan apapun yang ia kenakan!"

Aku berbalik kepada mereka sekarang, mendengarkan saat mereka berbicara satu demi satu.
Tampaknya mereka semua setuju, dan hanya butuh ke-Pd-an Emily untuk memberi mereka keberanian untuk mengatakannya dengan lantang.

Sepertinya mereka tidak menyukai penampilan sederhana ku yang ku kenakan setiap kali aku pergi keluar.

'Lihat saja ini', pikirku dengan sendu, gagasan yang membawa sedikit keinginan yang bahkan tidak kusadari telah kumiliki.

Para pelayan, yang mencoba membujukku, sekarang memandang dengan putus asa pada kebisuanku yang semakin meningkat.

Aku memejamkan mata, "Baiklah, aku akan memakainya sekali ini saja."

"Benarkah!? Benarkah, Nona!?" Mereka semua berseri-seri sekarang.

"N-nah, kalau begitu anda akan memakai aksesoris yang sama dengan gaun itu juga, kan?" Pelayan itu berbicara dengan tegas, sementara aku sudah membenci ide itu.

"Jangan tanya hal yang jelas begitu, astaga!" Salah satu pelayan merinding, khawatir aku akan mengubah keputusanku.

Sudah jelas sekarang, bahwa para pelayan senang. Tapi bagiku, pikiranku masih tertuju pada hadiah Putra Mahkota. Aku minta maaf atas hadiah Putra Mahkota ini, tapi ini semua akan menjadi kenangan.

'... Mungkin dia tidak akan datang hari ini.'

Pikirku tiba-tiba saat aku teringat punggung Putra Mahkota saat dia meninggalkan rumah kaca dengan marah.

Dia sangat marah hari itu, meskipun aku tidak tau mengapa.

Mungkin aku juga akan marah jika seseorang menolak untuk menerima tawaran ku tidak hanya sekali tapi beberapa kali. Aku menelan tawa pahit.

Saat aku mengenakan gaun dan aksesorisnya para pelayan kembali dipenuhi dengan pujian dan kekaguman sekali lagi.

Mungkin karena aku tidak tidur nyenyak selama beberapa hari, aku terlalu lelah untuk memeriksa cermin lagi.

Setelah selesai, aku menyuruh para pelayan pergi dan meminta minuman kepada Emily untuk istirahat sebentar.

Emily yang kembali beberapa saat kemudian, menyiapkanku sofa agar aku bisa beristirahat tanpa merusak gaunku.

Aku dengan senang hati kesana, tubuhku lelah dari hari² menjelang saat ini.

Aku bertanya pada Emily dengan suara rendah, sambil bersabda di sofa. "Apakah masih harus menunggu lama? Kapan akan dimulai?"

"Kita akan menerima tamu mulai siang. Upacaranya jam dua, Nona." Ucap Emily sambil tersenyum lemah.

"Apa yang dia lakukan?"

Minuman itu hanyalah alasan bagi Emily untuk meninggalkan kamar dan memeriksa sesuatu, dan memahami pertanyaanku, Emily menundukkan kepalanya saat dia menjawab dengan ragu².

"Dia ada di kantor Duke Muda... mereka sedang minum teh."

"Sekarang? Saat ini?"Aku bertanya singkat, membasahi tenggorokanku dengan teh yang dibawakan Emily untukku.

Aku sedikit terkejut. Hari masih pagi dan itu jauh sebelum persiapan makan siang. Itu bukanlah hari atau waktu yang tepat untuk mengobrol dan minum teh, mungkin karena mereka bersiap-siap di pagi hari

'Tidak banyak yang terjadi...' Pikirku, mencoba menenangkan pikiranku yang bermasalah.

Kecrmasan mulai merembes masuk, namun, aku harus menanggungnya bahkan jika sesuatu terjadi.

Lagi pula, aku harus melakukannya, terlepas Derrick akan dicuci otak atau tidak, itu saja.

Saat itu, sebuah suara hati-hati mengejutkanku yang sedang melamun. "Ngomong² Nona, tentang permintaan master guild ..."

"Sssttt..!" Aku langsung mengalihkan semua perhatianku Padanya, "Tenang, jaga mulutmu."

Dia tersentak, mendekatkan tangannya ke bibir.

Aku mendecakkan lidahku dan segera memperingatkannya. Dan aku memeriksa sekeliling dengan cemberut.

"Emily", aku berbisik dengan serius. "Apa kau yakin bertindak secara rahasia, tanpa ada yang tahu, seperti yang kubilang?"

"Ya-ya! Tentu saja, Nona.", Emily mengangguk tergesa-gesa, sebelum berhenti untuk melihatku, "Tapi, Nona ..."

Dia tiba-tiba berbisik, mata cokelatnya dengan lembut melihat sekeliling. "Ada sesuatu yang mencurigakan tadi malam."

"Apa itu?" Aku bersemangat.

"Saya akan kembali ke kamar saya untuk mandi, dan saya bertemu Becky, yang kemudian bertanya pada saya jalan menuju markas."

".... apa?" darahku berdesir.

Becky adalah pembantu sementara Yvonne. Aku melompat mundur dan berteriak sambil mencondongkan tubuh ke arahnya tiba-tiba.

"Kenapa kau memberitahuku itu sekarang?" tanyaku pada Emily dengan ekspresi marah.

"Sudah sangat larut, jadi saya tidak bisa memberitahu anda, Nona," kata Emily panik,

"Tapi jangan khawatir, Nona! Tentu saja, saya bilang saya tidak tahu! Dia bilang dia mengerti, dan hanya kembali ke kamarnya."

Mendengar Emily menambahkan bagus terakhir menenangkan ku.

"...Itu bagus." Aku menjawab dengan agak tidak tulus dan kembali bersandar ke bantalan sofa.

Tak- Tak- Tak-.

Aku mengetuk sandaran lengan sofa sementara aku tenggelam dalam pikiran.

'Mengapa dia ingin menemukan markas? Untuk bertemu Vinter?' 

Aku bisa merasakan alisku tegang karena curiga, hal itu sangat mungkin terjadi.

Dalam Mode Normal, heroin yang bertanya-tanya tanpa tujuan, ditemukan oleh Vinter, yang kemudian membantunya kembali ke Dukedom.

Tapi sekarang, tidak seperti cerita aslinya di game, Eclise-lah yang membawanya kbali lebih dulu.

Aku baru saja berasumsi bahwa Vinter dan Heroin telah bertemu tapi mengingat dia tidak memainkan perannya yang biasa, aku tidak bisa mengatakan apa yang terjadi di antara mereka.

Aku bangkit dari kursiku dan mulai berjalan menuju mejaku, "Emily, kamu harus pergi sebentar", kataku, firasat buruk datang padaku.

“Iya? Ah-baik!”, Dia dengan cepat membungkuk lalu berlari keluar dari pintu kamar.

Saat pintu menutup di belakangnya, aku melihat ke tempat dia tadi berdiri.

Aku mengatakan kepadanya bahwa aku mempercayainya, tetapi sejujurnya tidak ada orang di sini yang bisa ku percayai.

Berdiri di depan meja, aku mengeluarkan kunci yang selalu kubawa dan membuka laci terakhir yang terkunci.

Didalamnya, ada selembar kertas di mana aku menuliskan informasi mengenai pemeran utama pria ketika aku pertama kali datang ke sini
dan mengatur ulang catatan di waktu luang.

Ada juga berbagai hal yang telah ku peroleh selama Quest, dan juga, benda yang ku dapatkan dari kesepakatan ku dengan Vinter.

Aku meraba-raba sebotol cairan ungu yang dimuntahkan kelinci kemarin malam.

Kemudian, tiba-tiba, cahaya merah menarik perhatian ku dan aku melihat cahaya keluar dari laci.

"...Hmm?" Aku sedikit terkejut dan ragu-ragu, dan segera memeriksa sumber cahaya itu.

"Ini...." Mataku membelalak.

Itu adalah kalung ajaib kuno yang diberikan Vinter pada ku terakhir kali, selama pekerjaan sukarela di Tratan.

Manik-manik besar, tertanam di tengah ornamen berbentuk bintang, mulai bersinar merah tua dan bergetar ringan.

Aku mengikuti arah cahaya manik dengan linglung.

"Ah...", kataku, akhirnya teringat tujuan kalung itu. Tepat di sampingku ada cairan ungu.

Ironisnya, Eclise-lah yang muncul di benakku saat aku melihat botol berisi cairan ungu yang disinari oleh cahaya merah tua.

Warna bar pengukur ketertarikan yang tidak terlalu ku pedulikan.

"... Itu adalah kematian." bisikku pada saat itu, hatiku hancur merasakan kehilangan.

Aku tidak tahu bahwa rencana ku berada di jalur bencana total. Tidak, mungkin, aku mencoba menyangkalnya, mengabaikan semua peringatan, karena aku dibutakan demi ketertarikan nya.

'Itu obsesi bukan cinta.'

Obsesi yang mengerikan, yang menyamar sebagai cinta sampai² ia bahkan akan membunuhku untuk memilikiku, itu adalah cinta yang menakutkan. Dan saat aku menyadarinya sekarang, aku menggertakkan gigi memikirkan betapa bodohnya aku.

Kesadaran yang tidak terduga membuat ku pusing. Begitu aku merasakan tangan yang memegang kalung itu bergetar,

Tok Tok-!

Seseorang mengetuk pintu.
Aku tiba-tiba mengangkat kepalaku ketakutan dan terkejut oleh pengunjung yang tak terduga.

Aku segera menutup laci yang berisi botol ungu, dan menyentakkan tangan yang memegang kalung itu di belakangku.

"Siapa itu?", Aku memanggil, menegakkan diri saat aku menenangkan diri.

Ada sedikit jeda sebelum aku mendengar jawaban.

"... Ini aku, Ayahmu."
.
.
.
.

____
Yhaa, baru bisa up sekarang gaes!!
Gomennasai!! (*⌣̀_⌣́*)

FYI!! 👇🏻👇🏻

Ini bab campuran dari dua terjemahan inggris, makanya aku lama ngerjainnya.
Soalnya kan aku pengen kalian bener² meresapi part ini gaes, maaf aja ya. Aku udh campur2 gini. Bukan tl asli lagi.
Ak gak tau jga apa sblum² nya itu asli, hohoho..
Seng penting aku udh tl buat kalian yg nungguin ini!!!
Entah ada atau tidak?!

Entah antara ada dan tiada??!
Karena sider (silent riders) bertebaran.
(҂⌣̀_⌣́)

Entah cma mimin yg buat singkatan itu, atau memang ada. Soalnya kata itu melintas dibenak mimin tengah malam ini.

Oh ya, gak tidur nih buat kalian. 
💘( ̄ε ̄ʃƪ)

Haha, gabut emang. Lewat aja lah..

Jika ada yang tidak dimengerti, boleh TANYA JAWAB DI KOMENTAR yaa!!. mohon dimaafkan..
( ̄ε ̄ʃƪ)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter 210

 Selamat membaca kakak!! Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella**** Terimakasih kak! ❤ . . . Setelah melihat sosok kecil yang muncul entah dari mana, Vinter berhenti bernapas. Dia buru-buru menarik ujung tongkatnya. Kwaaang-! Dan sihir serangan itu melewati Yvonne dengan jarak yang sedikit lagi akan mengenainya, dan sihir itu menghantam dinding dan menyebabkan suara dan getaran yang besar. Namun, berkat sihir yang melapisi bangunan ini, dindingnya tidak berlubang. "Ugh......!" Sihir yang menyapu kantor itu dengan cepat membuat asap. Dan di antara asap itu, ada seorang wanita dan seorang anak kecil yang mengenakan topeng singa terungkap. "Sudah kubilang aku pasti akan menghancurkannya." Yvonne tertawa terbahak-bahak. Vinter pun mengerutkan kening dan memasang ekspresi yang terlihat putus asa. "Raon!" Dia adalah seorang anak yang sangat berharga karena dia pintar. Tapi mata Raon, terlihat dari celah topeng s...

Chapter 182

 Selamat membaca kakak!! Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella**** Terimakasih kak! ❤ . . . Vinter menatapku dengan mata yang melotot dan memaksaku untuk segera menjawab. Tidak, mungkin itu hanya alasanku. "Itu..." Saya ragu-ragu untuk waktu yang lama, sambil membuka bibir saya dan menutupnya lagi begitu terus selama beberapa saat. Tidaklah jelas untuk mengatakan bahwa masalah kepercayaan adalah jawaban yang benar. Dia mengira saya akan membunuh Yvonne, tetapi dia malah berusaha untuk menyembunyikan kejahatan saya. 'Tidak. Kamu memperlakukanku seperti penjahat ganas ketika kekacauan itu terjadi, bagaimana itu disebut sebagai kepercayaan?' atau 'Tidak. Terakhir kali saat kamu membuat keributan itu, kamu memperlakukanku seperti penjahat kejam, mungkin ini masalah kepercayaan?' Setelah perjuangan yang panjang, saya menjawab dia yang terus memandang saya. "Yah...kedengarannya seperti karaktermu." "...

Chapter 101

. . . 'Apa itu?' Secara reflektif ke jendela sistem yang melayang, tatapan ku naik ke atas kepala eclis. Dan aku membuka mataku. '.... Sudah hilang!' Kalimat itu [Minat 77%], yang baru saja berkilau dengan jelas di kepalanya diubah menjadi [periksa ketertarikannya]. Selain itu, bar ukuran yang diisi dengan warna putih telah berubah menjadi merah gelap. Tapi sebelum aku bisa mengenali apa yang telah terjadi, sebuah tulisan baru muncul. ____ <SYSTEM>  Warna ditampilkan pada bar pengukur tempat ketertarikan. ____ <SYSTEM>  DALAM RANGKA UNYUK MEMERIKSA KETERTARIKANNYA, BUATLAH KONTAK FISIK DENGAN TARGET. –––– "Elise...." Sambil melihat ke jendela sistem dengan mata gemetar, aku berhasil berbicara. Suara yang kencang keluar seolah² sedang tercekik. "Berikan padaku, aku akan meletakkannya untuk mu." Sudut² mulutku yang gemetar terangkat dengan susah payah dan memerintahkan. Eclis perlahan melepas tangan yang ia kenakan di bibirnya. - Traaak.  K...