.
.
.
Aku tidak beranjak sampai tiba waktunya Putra Mahkota untuk kembali ke Istana Kekaisaran sepenuhnya.
Saat aku meninggalkan rumah kaca. Aku menemukan dua penjaga terbaring pingsan di lantai di depan pintu, dan sosok kecil di samping mereka.
'Dia benar-benar mengalahkan mereka.'
Ketika kekecewaan karena tindakan Putra Mahkota berlalu, ketidaknyamanan segera datang. Itu karena rambut merah muda itu, dia mengangkat kepalanya dan menatapku.
Matanya yang menangis membara merah, seolah dia menangis karena iba karena salah satu penjaga. Bahkan wajah menangisnya pun cantik.
"......"
Sesaat aku menatapnya dengan cemberut di wajahku, dan hendak berjalan melewatinya.
"Tunggu, Putri!" Yvonne melompat dan memblokir jalanku.
Ketika jalan ku diblokir, suara sengit yang tidak sengaja keluar.
"Apaan nih?"
"Oh, halo, Putri. Itu... saat saya berjalan-jalan ketika saya melihat penjaga ini pingsan...."
"Dan?"
"Ah, saya tadi mencoba memanggil seseorang, dan saya khawatir Putri akan pergi sendirian..."
Persis seperti setting dalam game, Yvonne terlihat sangat polos dan baik hati.
Setelah memberitahuku mengapa dia berkeliaran, dia memiringkan kepalanya ke bawah ketika tidak ada jawaban.
"Maafkan s-saya. Tapi saya tidak pernah seperti itu."
Dengan bahunya yang menggigil, dia seperti anak rusa tanpa keluarga di depan kucing liar besar yang ganas. Aku tiba-tiba sakit kepala.
Aku tidak melakukan apa-apa, tetapi aku sudah merasa bahwa aku adalah satu-satunya Villain di dunia.
'Ya, alangkah baiknya jika Derrick atau Renald muncul sekarang.'
ᕙ(⇀‸↼‶)ᕗ
Demi keselamatan ku, aku harus segera keluar dari tempat ini. Aku segera membuka mulutku.
"Gak perlu khawatir."
"Apa? Itu, uh...."
"Mereka akan bangun sendiri. Kupikir kau di sini untuk melihat rumah kaca, lanjutkan."
"Uh ..."
Saat aku akan lewat, meninggalkan Yvonne yang goyah. Bau berdarah menembus hidungku.
Aku berhenti berjalan lebih jauh. Dan aku menoleh ke arah Yvonne. Beberapa noda darah terlihat jelas di kerah gaun putihnya.
Saat aku melihat ke atas, aku melihat sayatan kecil melalui rambut merah mudanya yang lembut.
"Apa... kau terluka?" Tanyaku dengan mata terbuka lebar.
"Ah ... yah, itu."
Yvonne mundur dariku, dengan satu tangan mendorong lehernya.
"Ah i-itu bukan masalah besar."
"Kemarilah, coba aku lihat."
Aku melangkah lebih jauh mendekati dia dan memaksa tangannya lepas dari lehernya. Yvonne menarik napas saat aku mengangkat rambut merah mudanya yang rumit.
Aku memeriksa lukanya dengan mata serius. Untungnya, lukanya dangkal. Itu hanya goresan kecil dibandingkan saat aku yang dipotong.
Tapi aku sama sekali tidak lega dengan orang gila yang melakukan ini.
'Bajingan gila! Dia putri asli Duke!'
Tanpa berpikir dua kali, aku merasa bahwa Putra Mahkota adalah pelakunya. Aku mengerutkan kening karena arogansinya dan menatap luka di leher Yvonne.
Bukannya aku mengkhawatirkannya. Aku hanya khawatir tentang bagaimana Duke dan kedua putranya akan bereaksi ketika mereka tahu.
'Ha.... aku yakin dia tidak melakukan ini dalam mode normal.'
Tidak ada artinya memikirkan itu sekarang. Semuanya kacau karena Eclise, dan aku tidak berpikir akan ada bedanya jika aku menyalahkan permainan sialan itu.
"... Kau bisa terkena infeksi, jadi sebaiknya kau kembali dan mengobatinya."
Aku membuka mulutku, menelan desahan.
Itu sudah dilakukan, tidak kurang oleh Putra Mahkota. Tidak ada yang bisa ku lakukan.
Aku tidak bisa berada di sini dengan Yvonne yang terluka dan disalahkan untuk ini....
"Pergi ke kepala pelayan dan minta dia memanggil dokter. Kalau begitu, semoga harimu menyenangkan."
Aku dengan lembut melepaskan Yvonne, dan membalikkan punggungku lagi.
"Tunggu, Putri."
Tapi sebelum aku bisa mengambil satu langkah pun, rokku tersangkut. Saat dia secara tidak sengaja menoleh, Yvonne menggigit bibirnya dan bertanya dengan hati-hati.
"Dia, uh, dia dari Keluarga Kerajaan, kan? Si pirang bermata merah."
"Yang Mulia. Putra Mahkota."
"Anda dan dia.... Apakah anda dekat dengannya?"
Setelah memberinya jawaban yang lembut, wajahku membeku karena pertanyaan berikutnya.
Ada kata-kata tajam di ujung lidahku sebagai jawaban mengapa dia menanyakan hal seperti itu. Namun, aku berjuang untuk tidak Mengatakannya dan menjawab.
"Berani-beraninya kau berbicara tentang hubungan dengan Matahari Kecil Kekaisaran yang hanya menyangkut satu orang?"
"Oh... Uh maaf."
Kepala Yvonne menunduk lagi. Tapi dia tidak berhenti bertanya.
"Yah, ngomong-ngomong."
"......"
"Jika ada yang bertanya kenapa saya terluka.... lebih baik bilang, itu hanya tergores, kan?"
Mata birunya yang berair bergetar lemah saat menatapku.
Aku tidak tahan dan menyiniskan wajahku.
"Kenapa kau menanyakan itu padaku? Lakukan apapun yang kau mau."
"....."
"Jika kau ingin membuat segalanya lebih besar, katakan yang sebenarnya, dan jika kau ingin melanjutkan dengan diam-diam, maka diamlah."
Di akhir komentar ku, aku menepiskan tangannya dari ujung rok ku.
"Sa-saya minta maaf...."
Gumamannya yang tak berdaya tampak sangat menyedihkan. Tapi aku melihatnya dengan mata kaku.
Tepatnya, satu lengannya yang telah bersembunyi di belakangnya sejak tadi.
Lalu aku segera kembali ke mansion, meninggalkan Yvonne.
Ketika aku tiba di aula utama untuk menuju kamar ku, ada keributan yang luar biasa.
Kotak-kotak mewah dengan perhiasan mengkilap, gaun, dan kemewahan lainnya bertumpuk di mana-mana. Itu adalah jumlah yang sangat besar, memenuhi interior rumah Duke, yang beberapa kali lebih besar dari rumah-rumah bangsawan kebanyakan.
Para pelayan yang sibuk menyambutku dengan tatapan bingung. Saat aku terus berjalan dengan cemberut di wajahku, kepala pelayan, yang berada di tengah² memimpin mereka, menyadariku.
"Oh, Nona!"
"Hah, apakah kamu sudah memutuskan untuk memperlakukan dia sebagai seorang Lady?" Aku tertawa sinis.
"Y-ya?"
Kepala pelayan itu tampak bingung padaku dan tampak kesal. Hanya ada satu alasan mengapa aku merasa sangat kotor.
-"... Jangan khawatirkan Yvonne, aku sudah membuatnya dalam batasan. Aku tidak akan mengumumkannya sampai aku yakin."
Kemarin pagi Duke memberitahuku hal itu.
Tetapi ketika aku melihatnya membeli dan mengangkut semua jenis barang mewah dalam waktu kurang dari sehari, aku merasa semangat ketenangan ku berputar.
"Jika kamu akan melakukan ini, mengapa kamu tidak membawanya dan mendandani dia dari ujung kepala sampai ujung kaki? Ha-ha, Lady yang sebenarnya sudah kembali, dan kamu mengiklankannya."
Aku gugup menendang salah satu kotak emas di kaki ku.
Bugh—!
Aku juga merasa bahwa saya adalah penjahat yang sangat kejam, tetapi sulit bagi ku untuk menekan kekesalan ku.
"B-bukan seperti itu, nona! Bukan itu ...!" Kepala pelayan buru-buru menyangkal kata-kataku.
"I-ini semua adalah hadiah ulang tahun untuk Nona, ini dibawa oleh Putra Mahkota."
"...Apa?"
Aku ragu-ragu. Puluhan benda yang sekilas bukan aksesori biasa ada di lantai. Sejumlah besar gaun, sepatu, sarung tangan, topi, dan busur panah ditempatkan di atas kotak.
Melihat sekeliling aula utama yang kacau sekali lagi, aku bertanya dengan sedih.
"Ini semua.... milikku?"
"Ya, beliau menyuruh anda untuk tidak merasa tertekan."
"Ha..." Aku tercengang dan menyentuh dahi ku dengan tawa kosong.
Aku mengatakan kepadanya untuk tidak memberi ku hadiah, dan sebaliknya dia mengirim hadiah dalam jumlah besar, seolah-olah dia telah merampok seluruh negara.
"Beliau mengirim berbagai jenis busur silang, bagaimana saya harus mengaturnya, Nona?"
Kepala pelayan itu bertanya, menatapku dengan ekspresi bingung di wajahku.
"Ada beberapa yang hanya digunakan untuk dekorasi, dan ada yang memiliki sihir, dan beberapa yang tampaknya digunakan dalam perang untuk membunuh."
Di tempat dia menunjuk, benar-benar ada lusinan kotak panah. Para pelayan, yang telah membuka beberapa kotak, kembali menatapku dengan wajah bermasalah.
'Menurutmu apa yang selama ini aku makan dan lakukan hanyalah menembakkan panah otomatis?!'
Kupikir aku harus mengirim mereka semua kembali. Tapi kalau begitu dia bisa kembali ke Duchy.
Tiba-tiba aku merasa kelelahan, aku berbalik dan memberi isyarat kepada kepala pelayan.
"Tetap teratur, kepala pelayan. Aku lelah, jadi aku akan naik dulu."
"Ya, Nona! Kalau begitu saya pribadi yang akan mengurusnya. Silakan istirahat." Kepala pelayan itu menundukkan kepalanya untuk mengantarku.
"Sekarang! Pertama-tama, kita harus mengklasifikasikan aksesori berdasarkan Kategori!"
Dengan menepuk²kan tangan, suara kepala pelayan itu bergema di belakangku saat mereka mulai membersihkan. Entah bagaimana, dia terlihat sedikit bersemangat.
Seseorang dengan cemas Menungguku ketika aku kembali ke kamarku.
"Nona!"
"Emily."
Aku perlahan menghampiri Emily, yang terlihat senang.
"Apakah kamu baik-baik saja?"
"Ya, ya."
Dia mengangguk dengan nafas yang kasar. Aku melepas syalku dan menyerahkannya padanya. Dan saat aku pergi ke depan meja, aku bertanya dengan tenang seolah-olah tidak ada yang terjadi.
"Apa yang dia katakan?"
"... Awalnya, dia memeriksa beberapa kali untuk melihat apakah anda benar-benar telah mengirim saya. Ketika saya menjawab berkali-kali, ketua guild menolak untuk menerima permintaan seperti itu..."
"Emily, langsung saja ke intinya." Aku dengan tegas memotongnya.
"Jadi dia tidak bisa melakukannya?"
"Saya mengatakan apa yang Anda suruh dan dia berkata akan mempersiapkan dan mengirimkannya segera."
Dia menjawab dengan malu-malu dengan kepala tertunduk. Instruksi rahasia yang ku perintahkan tampaknya cukup membebani.
"Bagus sekali."
Setelah menjawab singkat dengan pujian, aku mengeluarkan buku yang telah ku baca beberapa waktu yang lalu.
"Tapi.."
Itu bukan akhir, Emily hati-hati menambahkan.
"Ketua guild meminta saya untuk menyampaikan pesan kepada Anda."
"Apa itu?"
"Dengan ini, dia telah melunasi semua hutangnya pada anda. Jadi dia tidak akan dimintai lagi."
Tanganku, yang membalik sampul buku, membeku di udara.
"...Baik."
Aku bergumam setelah beberapa saat.
"Aku tidak akan pernah melihatnya lagi."
***
Malam itu, seekor kelinci muncul di kamar ku dengan embusan angin kencang. Bukan bayi kelinci yang ku lihat tempo hari, tapi seekor kelinci dewasa.
Kelinci itu menatapku dalam diam untuk beberapa saat tanpa membuat suara apapun.
Apakah aku salah? Dalam tatapan kabur, entah bagaimana aku bisa melihat pupil biru tua di mat kelinci itu.
"Guaarrrggh"
Segera setelah itu, kelinci itu membuka mulutnya lebar-lebar dan memuntahkan sesuatu. Itu adalah pemandangan yang aneh seperti mimpi buruk yang mengerikan.
Kelinci yang baru saja memuntahkan sesuatu, menghilang lagi dengan hembusan angin.
Rasanya seperti mimpi, tapi sekali lagi itu bukan mimpi. Kelinci itu benar² memuntahkan sesuatu di depan mata ku.
Kemudian aku menggenggamnya, dan kembali tidur pada malam itu.
***
Waktu berlalu seperti anak panah, tanpa ada kesempatan untuk menangkapnya.
Dan akhirnya, Hari Kedewasaan telah tiba.
.
.
.
____
Okeh! No SUMPAH SERAPAH!!
PALING GK, DISENSOR DIKIT GITUH..
🤫🤭
Jika ada yang tidak dimengerti, boleh TANYA JAWAB DI KOMENTAR yaa!!. mohon dimaafkan..
( ̄ε ̄ʃƪ)
Komentar
Posting Komentar