Langsung ke konten utama

Chapter 160

 
.
.
.
"Hanya kamu yang bisa menyelamatkan sang putri, Eclise."

Yvonne meletakkan sesuatu yang kasar di depan Eclise.

Cahaya biru perlahan merembes dari bagian kotor yang dipegangnya.

Eclise melihatnya seolah-olah dia benar-benar tersihir. Cahaya biru menutupi iris keabu²annya.

"Tapi sang putri membencimu. Kamu tidak berhutang apa-apa selain penderitaan. Baginya, kamu tidak lebih dari seorang budak dari negara yang kalah."

Yvonne berbisik, mencuci otaknya.

"Jadi jangan terlalu percaya padanya. Tuan putri sangat dingin dan kejam sehingga jika kamu melawannya, dia mungkin mengirimmu ke pasar budak lagi."

"Kamu juga tahu tentang rumor menakutkan tentang sang putri. Kamu sendiri yang mengatakannya ..." Eclise menatap dalam diam.

"Aku satu-satunya yang bisa kamu percaya. Kita adalah dua orang di dunia dengan situasi yang sama ..."

"... Kenapa kau dan aku berada di perahu yang sama? Demi Master ku, kau harus mati suatu hari nanti."

Yvonne yang telah berbisik di telinga Eclise, terkejut hingga berhenti mendengar kata-katanya.

Dia (Eclise) jarang membuka hatinya padanya, meskipun dia telah membuatnya terpapar ke cermin biru belasan kali sebelumnya.

Terlalu banyak waktu berlalu hanya untuk menanamkan kebencian pada seorang putri palsu yang bahkan tidak mencintainya.

Terlepas dari ketertarikannya pada relik tersebut, obsesinya pada Penelope tetap bertahan. Yvonne harus mengubah taktik.

"... Aku harus menemukan potongannya dengan cepat."

Ekspresi polos seperti malaikat telah menghilang.

Dia mengumpulkan potongan yang dia keluarkan dengan wajah iblis terdistorsi.

***
















Yvonne muncul lebih cepat dari yang diharapkan.

Saat aku menaiki tangga, aku segera bersembunyi di balik pintu karena mendengar suara langkah kaki.

Dan pemandangan yang menyambutku sangat menakutkan.
Menonton semua yang dilakukan heroin wanita itu, aku menaiki tangga dengan dada berdebar panik, terengah-engah.

Ketika aku akhirnya keluar dari gedung, aku mengeluarkan jeritan tajam yang nyaris tidak tertahan.

"Itu nyata."

Semua hal yang ku lihat di Soleil, itu bukanlah ilusi.

***














Aku berlari melalui hutan ketakutan seperti aku dikejar oleh seseorang.

Kalau-kalau heroin wanita itu memperhatikan ku dan mengikuti ku dengan cahaya birunya. Aku hampir jatuh melihat ke belakang beberapa kali.

Rumah besar yang terang benderang muncul dari kejauhan. Tak lama kemudian aku keluar dari hutan dan mencapai perlindungan.

"Huff, huff ..."

Aku perlahan kembali ke akal sehat ku pada saat aku mencapai area yang terang benderang di sekitar mansion.

Kekuatan kaki ku kendor dan aku hampir pingsan.

Aku berhasil memegang pohon di sebelah ku dan menenangkan nafas ku yang kasar.

Ketika rasa takut mereda sampai batas tertentu, aku menyadari bahwa aku telah berlari tanpa penyamaran.

aku buru-buru mengeluarkan gelang dari saku dan meletakkannya di pergelangan tangan ku. Setelah beberapa saat, permata ungu itu menyala.

"Ha..."

Aku berjalan dengan susah payah dengan desahan lega dan gumaman kesakitan.

Ketika aku mencapai pintu belakang mansion di seberang perlindungan, seseorang sedang berjalan mondar-mandir dengan gugup di dekat pintu.

"Emily." Aku memanggilnya dengan tenang.

"No...." Emily melompat di tempat dan mencoba memanggilku tanpa berpikir. Dia menutup mulutnya ketika dia melihat diriku yang telah berubah. Dia menginjak kakinya dan datang kemudian berbisik padaku dengan cepat.

"Kenapa, kenapa anda begitu terlambat? Dia pergi jalan-jalan di hutan."

Yvonne awalnya mencoba untuk segera menemui Eclise sebelum dia selesai makan, tetapi semua rencana itu gagal.

Aku mengangguk dan meludah tanpa suara.

"Aku melihatnya."

"Oops! Hei, apakah anda bertemu dengannya?"

"Tidak."

"Baiklah kalau begitu..."

"Ayo masuk dulu. Jika terlambat, kita mungkin terlihat aneh."

Aku masuk ke pintu belakang lebih dulu, menghalangi Emily untuk bertanya-tanya lebih jauh. Kelelahan yang disebabkan oleh tekanan emosional yang hebat mendominasi seluruh tubuh ku.

Lelah dan capek, aku bahkan tidak bisa berpikir lebih banyak.

Aku segera menaiki tangga pusat bersama Emily. Sementara itu, aku bertemu dengan beberapa pekerja, tetapi tidak ada yang mencurigai ku.

Ketika aku akhirnya sampai di lantai dua, aku bisa melihat dua penjaga besar berdiri di depan pintu tanpa bergeming.

Berdiri di belakang Emily, aku pergi jauh-jauh ke sana, dan para penjaga bersiaga.

"Siapa ini?"

Emily mengatakan apa yang sudah dia latih.

"Dia seseorang yang dipanggil Nona."

"Maksudmu sang putri? Untuk apa putri memanggil dia?"

"Dia bekerja di taman. Beberapa hari yang lalu, putri kehilangan aksesori saat berjalan-jalan, dan meminta anak ini untuk menemukannya."

Para penjaga kembali menatapku dengan wajah curiga.

"Apakah itu benar?"

"Iya."

Aku menggulung lengan bajuku. Di pergelangan tangan ku, aku memiliki gelang cantik yang tidak cocok untuk anak laki-laki di usia pubertas.

"Saya memakainya agar tidak hilang." aku menjawab dengan tenang.

Para penjaga, yang tidak pernah membayangkan aku menjadi anak laki-laki di depan mereka, saling memandang dan segera menoleh.

"Masuk." Emily dan aku masuk dengan selamat ke kamar.

"Sini." Aku buru-buru melepas gelang dan pakaianku dan menyerahkannya pada Emily.

Sekarang giliran Emily. Dia menjawab, 'Sayaakan segera kembali, Nona!' dan keluar dengan memakai pakaian pelayannya dan gelang ajaib yang diberikan derrick padaku.

Untung saja sihirnya tidak terbatas hanya pada ku.

Sementara Emily, yang telah keluar untuk menipu para penjaga, mengganti pakaiannya lagi dan kembali, Aku mandi dengan kasar dan segera berbaring di tempat tidur.

Kepalaku terlalu dipenuhi pikiran.

Aku ingin tidur, tetapi aku hampir tidak bisa memejamkan mata.

Bagaimana aku bisa?

'Heroin wanita adalah bagian dari klan Leila, dan pemeran utama pria telah dicuci otak oleh sebuah relik.'

Sungguh melegakan bahwa cuci otaknya tidak berhasil pada Eclise.

'Selain itu, dia mungkin tidak hanya mencobanya di Eclise tapi juga Derrick dan Rennald.'

Untungnya, artefak itu tidak utuh.

Aku punya firasat. Yvonne mencoba menemukan pecahan cermin yang ku miliki dan menyelesaikan artefaknya.

-"Jangan aktifkan itu!"

-"Artefak yang digunakan oleh klan Leila kuno dapat menghancurkan pikiran dengan membawa lawan ke dalam situasi yang paling tanpa harapan."

Suara berat Vinter bergema di telingaku.

3 malam sebelum upacara kedewasaan.

Aku gagal dalam rencana ku untuk meningkatkan minat salah satu pemeran utama pria sampai penuh.

Dan heroin wanita, yang muncul lebih awal dari cerita aslinya, sedang mencuci otak pemeran utama pria secara aktif.

'...Aku mati jika aku tetap seperti ini.'

Ini adalah naluri.

Karena batas waktu mode keras hampir habis, aku secara naluriah menyadari bahwa kematian ku sudah sangat dekat.

Tiba-tiba, aku jatuh dalam keheningan tanpa akhir seolah-olah aku telah menabrak dinding. Mataku redup.

Bagaimana aku bisa keluar dari tempat sialan ini tanpa mati?

Aku menghabiskan malam itu dengan susah payah menghitung langkahku selanjutnya.

Saat itu sudah fajar.

Aku bangkit dengan tenang dari tempat dudukku dan menarik tali.

Pelayan setia itu memaksa membuka matanya yang mengantuk saat dia masuk ke kamar.

"Anda memanggil saya, Nona?"

Aku menatapnya dengan mata merah. Emily kaget dengan penampilanku.

"Apakah anda masih bangun?"

"Emily."

"Ya, Nona. Katakan pada saya."

"Bagaimana Upacara Kedewasaan berlangsung?"

"Apa? Upacara kedewasaan?"

Emily tidak bisa menyembunyikan kebingungannya saat melihatku memanggilnya pagi-pagi sekali dan menanyakan hal itu secara tiba-tiba.

Tapi dia dengan cepat menjawab dengan menyeringai.

"Biasanya, mereka menerima surat keputusan yang tersegel resmi istana kekaisaran, menerima ucapan selamat dari para tetua keluarga, dan berbagi sherry dengan anggota keluarga dekat mereka. Untuk merayakan menjadi dewasa."

"Ya, sherry ..." (Anggur merah)

Itu melegakan.

Ini sama seperti permainannya.

Setelah melamun sejenak, aku segera memberinya perintah rahasia yang tidak boleh diketahui siapa pun.

"Saat hari cerah, pergilah ke markas kelinci putih."

"Markas besar?"

"Ya, pergi ke pemiliknya, dan ..."

Saat aku berbisik di telinganya, Emily membelalakkan matanya.

"Oh, Nona. Yah, itu ...!"

"Kamu bisa melakukannya, kan?"

"Ha, tapi ..."

Dia ragu-ragu dalam sekejap dengan wajah khawatir.

"Bagaimana jika... Kepala markasnya menolak permintaan tersebut?"

"Kalau begitu katakan padanya 'untuk membayar hutang yang kau terima dariku tempo hari', bukan permintaannya."

Emily menyeringaikan bibirnya dengan tampilan sengeng. Tanyaku dengan suara dingin.

"Bisakah kamu melakukannya atau tidak? Jika kamu tidak bisa, aku akan meminta orang lain untuk melakukannya."

"Oh, tidak! Ha, saya akan melakukannya, Nona! Saya bisa melakukannya!"

Emily segera menggelengkan kepalanya. Aku menatapnya sementara dia terus berkata 'Saya bisa melakukannya' berulang kali dan membuka mulutku dan membuat gerakan muram.

"Emily, ini harus dilakukan lebih diam-diam dari sebelumnya."

"Oh, Nona ..."

"Kamu tahu kalau kamu tertangkap ... kan?"

Emily ragu-ragu sambil menangis dan segera mengangguk perlahan.

"Aku akan mempercayaimu mulai sekarang, Emily. Kuharap kamu tidak mengkhianati kepercayaanku."

"Saya akan melakukannya, Nona. Saya akan memastikan untuk membantu Anda sukses!"

Pupil Emily berkilau penasaran seolah dia bertanya ketika dia ragu-ragu. Ketika aku pertama kali datang ke sini, itu adalah wajah suram yang ku lihat ketika dia menusuk diri ku dengan jarum.

'Dia seperti pelayan iblis yang jahat.'

Baru setelah itu aku melepaskan ekspresi kaku ku dan tersenyum tipis.

Masih ada satu cara untuk mencoba melarikan diri.

Meskipun risikonya sangat tinggi dan aku bahkan tidak tahu apakah itu berhasil dalam game gila ini...

'Aku tidak bisa menjadi orang bodoh dan mati begitu saja.'

Aku menatap udara.
.
.
.
.

____
Okkeh, gaess!!! Gimana chap ini?? 
(•̀へ•́╮)

Jika ada yang tidak dimengerti, boleh TANYA JAWAB DI KOMENTAR yaa!!. mohon dimaafkan..
( ̄ε ̄ʃƪ)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter 210

 Selamat membaca kakak!! Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella**** Terimakasih kak! ❤ . . . Setelah melihat sosok kecil yang muncul entah dari mana, Vinter berhenti bernapas. Dia buru-buru menarik ujung tongkatnya. Kwaaang-! Dan sihir serangan itu melewati Yvonne dengan jarak yang sedikit lagi akan mengenainya, dan sihir itu menghantam dinding dan menyebabkan suara dan getaran yang besar. Namun, berkat sihir yang melapisi bangunan ini, dindingnya tidak berlubang. "Ugh......!" Sihir yang menyapu kantor itu dengan cepat membuat asap. Dan di antara asap itu, ada seorang wanita dan seorang anak kecil yang mengenakan topeng singa terungkap. "Sudah kubilang aku pasti akan menghancurkannya." Yvonne tertawa terbahak-bahak. Vinter pun mengerutkan kening dan memasang ekspresi yang terlihat putus asa. "Raon!" Dia adalah seorang anak yang sangat berharga karena dia pintar. Tapi mata Raon, terlihat dari celah topeng s...

Chapter 182

 Selamat membaca kakak!! Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella**** Terimakasih kak! ❤ . . . Vinter menatapku dengan mata yang melotot dan memaksaku untuk segera menjawab. Tidak, mungkin itu hanya alasanku. "Itu..." Saya ragu-ragu untuk waktu yang lama, sambil membuka bibir saya dan menutupnya lagi begitu terus selama beberapa saat. Tidaklah jelas untuk mengatakan bahwa masalah kepercayaan adalah jawaban yang benar. Dia mengira saya akan membunuh Yvonne, tetapi dia malah berusaha untuk menyembunyikan kejahatan saya. 'Tidak. Kamu memperlakukanku seperti penjahat ganas ketika kekacauan itu terjadi, bagaimana itu disebut sebagai kepercayaan?' atau 'Tidak. Terakhir kali saat kamu membuat keributan itu, kamu memperlakukanku seperti penjahat kejam, mungkin ini masalah kepercayaan?' Setelah perjuangan yang panjang, saya menjawab dia yang terus memandang saya. "Yah...kedengarannya seperti karaktermu." "...

Chapter 101

. . . 'Apa itu?' Secara reflektif ke jendela sistem yang melayang, tatapan ku naik ke atas kepala eclis. Dan aku membuka mataku. '.... Sudah hilang!' Kalimat itu [Minat 77%], yang baru saja berkilau dengan jelas di kepalanya diubah menjadi [periksa ketertarikannya]. Selain itu, bar ukuran yang diisi dengan warna putih telah berubah menjadi merah gelap. Tapi sebelum aku bisa mengenali apa yang telah terjadi, sebuah tulisan baru muncul. ____ <SYSTEM>  Warna ditampilkan pada bar pengukur tempat ketertarikan. ____ <SYSTEM>  DALAM RANGKA UNYUK MEMERIKSA KETERTARIKANNYA, BUATLAH KONTAK FISIK DENGAN TARGET. –––– "Elise...." Sambil melihat ke jendela sistem dengan mata gemetar, aku berhasil berbicara. Suara yang kencang keluar seolah² sedang tercekik. "Berikan padaku, aku akan meletakkannya untuk mu." Sudut² mulutku yang gemetar terangkat dengan susah payah dan memerintahkan. Eclis perlahan melepas tangan yang ia kenakan di bibirnya. - Traaak.  K...