.
.
.
~ ~
Aku baru bisa bangun setelah 4 hari berlalu.
"Nona.... Anda baik-baik saja sekarang, kan?"
Hal pertama yang ku lihat setelah membuka mata adalah Emily dengan mata berkaca².
"Iya. Aku baik-baik saja."
"Itu benar-benar hal yang menguntungkan! Apakah Anda tahu betapa khawatirnya saya? Yang mulia sang Duke dan tuan muda juga sangat khawatir tentang Anda, Nona."
"Apakah begitu?"
Aku menjawab dengan setengah hati karena Emily juga mungkin tidak bermaksud mengatakan yang dia katakan.
Kemudian Emily mengangguk dengan gerakan besar dan mengatakan.

"Tentu saja! Tuan muda pertama pucat ketika dia berlari ke mansion dengan Nona di tangannya!"
"... Oppa tertuaku melakukannya?"
"Iya! Yang mulia, sang duke, memerintahkan dan membawa semua dokter berbakat di ibukota sementara kepala pelayan hampir tidak bisa menghentikan tuan muda kedua untuk pergi ke istana kerajaan."
Aku cukup terkejut dengan kata-katanya yang berlanjut.
Dia mungkin melebih-lebihkan sedikit, tetapi kesampingkan hal itu, mereka memberikan Penelope perawatan yang sama sekali tidak terduga.
"Saya pikir sesuatu mungkin terjadi pada Anda, Nona...."
"Kamu pasti mengalami waktu yang sulit, Emily."
"Waktu yang sulit, kakiku! Jangan katakan itu. Saya pembantu pribadi Nona."
Sepertinya banyak hal telah terjadi ketika aku tidak sadar.
Pikiranku sedikit kosong menatap Emily karena dia adalah gadis yang menangis, menyebutkan 'pelayan pribadi' di depanku ketika dia juga yang menusukku dengan jarum sebelumnya.
"Ah benar! Ini bukan waktunya untuk mengobrol. Saya akan segera kembali. Mengabarkan bahwa Anda, Nona sudah siuman."
Emily bangkit dari tempat dengan tergesa-gesa ketika aku menganggukkan kepala dan berbicara.
"Bawa sirup melon saat kau kembali."
* * *
Aku memeriksa cermin langsung setelah Aku bangun dari tempat tidur.
Wajah Ku tampak mengerikan setelah empat hari tidak sadar. Leher ku yang tergores dengan pedang pangeran mahkota itu dibungkus tebal dan aman dengan perban.
"Kenapa mereka membungkusku dengan sangat tebal?"
Jika seseorang melihat ini, mereka akan berpikir Aku mematahkan leher Ku daripada berpikir itu hanya luka.
Aku merasa terperangkap oleh perban ini, jadi Aku berpikir untuk melepaskannya tetapi Aku memutuskan untuk membiarkannya sebentar lagi.
Itu karena Ku pikir tidak akan seburuk itu bersikap seperti pasien sementara waktu.
Sekitar saat Aku sedang beristirahat di tempat tidur Ku setelah menghabiskan sup kerang dan sirup melon yang Emily bawa kepada ku.
Tok Tok-.
Suara ketukan di pintu kamarku terdengar.
"Nona, ini Pennel."
Yang berkunjung adalah Pennel, kepala pelayan.
Dia tidak melakukan hal² seperti masuk tanpa mengetuk pintu lagi setelah kejadian hari itu.
Namun itu tidak bisa menghentikan ku untuk cemberut.
'Kupikir aku memberitahunya untuk membiarkan orang lain datang mengunjungiku jika dia ada urusan denganku.'
Aku mengirim Emily keluar kamar Ku karena Aku belum memaafkannya sepenuhnya.
"Pergi dan periksa alasan mengapa dia datang ke sini."
Emily melakukan apa yang diperintahkan tanpa pertanyaan lebih lanjut.
Apa yang keluar dari mulutnya setelah dia kembali tidak terduga.
"Nona, kepala pelayan berkata bahwa yang mulia Duke memanggil Anda."
"Ayah?"
Tidak diizinkan bagi siapa pun untuk mengirimkan perintah dari pemilik, alias. kekuatan utama rumah ini, kepada orang lain.
Aku bisa mengerti mengapa kepala pelayan harus datang sendiri kali ini karena alasan itu, jadi aku berdiri dari tempat tidur.
"Emily, bawakan aku pakaian luar."
"Apakah Anda tidak akan berganti pakaian, nona?"
Emily bertanya seolah-olah jarang bagiku untuk tidak melakukannya.
Saat ini, Aku mengenakan pakaian one-piece putih saat Aku bangun. Tidak terlalu formal untuk dipakai saat melihat orang dewasa.
"Pernahkah Kau melihat seorang pasien berdandan sebelumnya?"
Aku menjawab, mengambil pakaian luar yang Emily bawa.
'Apakah dia benar-benar harus memanggilku ketika aku baru sadar hari ini?'
Itu bukan maksud ku tapi memang benar bahwa Aku membuat insiden saat acara di istana kerajaan.
Aku dihukum dengan kurungan terakhir kali. Aku ingin tahu seberapa banyak Aku akan dimarahi hari ini.
Jika Aku ingin menghindari setidaknya sedikit kesalahan atas kejadian itu, Aku harus bertindak seolah-olah Aku kesakitan.
Berkat tidak sadar untuk sementara waktu, wajahku sudah seperti wajah seorang pasien tanpa aku berusaha terlihat seperti itu.
'Wah, hidupku....'
Aku menghela nafas dalam-dalam ketika meninggalkan ruangan.
Kepala pelayan yang sudah diluar pintu kamarku untuk sementara waktu, menyesuaikan postur tubuhnya saat aku keluar dari kamar.

"Bagaimana kalau kita pergi sekarang, nona?"
Kemudian dia meletakkan satu tangan di perutnya dan mengulurkan tangan yang lain ke arah mana kita akan pergi.
'Apa²an.'
Bukannya aku tidak tahu jalan ke mana aku seharusnya pergi. Dan juga, dia belum pernah melakukan semua ini kepada Ku sebelumnya, sampai sekarang.
Kepala pelayan membungkuk dan membuka mulutnya menatapku yang curiga padanya.
"Saya tidak bisa berjalan di depan tuan yang saya layani ketika saya hanya seorang pelayan yang bekerja di sini."
Aku mencari wajahnya untuk melihat apakah dia mencoba membodohi ku, tetapi tidak ada jejak ketidaktulusan yang ditunjukkannya.
Sebaliknya, dia tampak seperti seorang kesatria yang siap yang telah menunggu saat ini.
"Silakan memimpin, nona."
Kata-katanya yang santun terdengar berbeda di telinga Ku:

'Saya sudah menunggu Anda. Saya akan melayani Nona dengan baik hari ini.'
Sama seperti pemilik toko, merawat orang biasa yang sudah lama tidak berkunjung.
Aura di mansion terasa berbeda hari ini.
'Mengapa semua orang bersikap seperti ini hari ini?'
Semua pelayan yang dulu sibuk memandangiku, semua membungkuk sopan santun setiap kali mata mereka bertemu dengan mataku. Saat itu, aku tidak tahu bahwa itu semua berkat kepala pelayan yang berjalan di belakangku, memberi mereka peringatan dengan tatapannya.
"Nona, tolong tunggu sebentar."
Ketika Aku tiba di pintu kantor Duke. Kepala pelayan yang diam-diam berjalan di belakangku, berjalan melewatiku ke pintu.
Tok Tok Tok-.
"Yang mulia Duke. Lady Penelope telah tiba."
"Biarkan dia masuk."
Kepala pelayan membukakan pintu untukku, juga dengan cara yang sangat sopan, setelah sang duke berbicara dari dalam.
"Silakan masuk, Nona."
Aku merasa agak canggung, memasuki ruangan.
Seolah-olah dia telah melatih sopan santun ketika aku sakit.
"Kau sudah datang."
Duke sedang duduk di sofa hari ini, terletak di sisi depan meja kerjanya.

"Anda sudah memanggil saya."
Aku menyapa, menundukkan kepala. Dia mengangguk pada salam Ku dan memberi Ku izin untuk duduk.
"Duduklah."
Aku duduk di sofa di seberang tempat sang duke duduk. Kemudian di otak ku, Aku membahas alasan-alasan yang telah Ku temukan untuk percakapan ini.
Duke perlahan membuka mulutnya untuk berbicara setelah beberapa saat hening.
"Alasan aku memanggilmu hari ini ......"
"Ayah. Bisakah saya dengan cepat mengatakan sesuatu lebih dulu?"
Aku dengan cepat memotong ucapannya.
Lalu aku berdiri dari tempat ku duduk, lalu berlutut di lantai di samping sofa.
"Saya minta maaf untuk semuanya."
Ini rencanaku. Minta maaf sebelum semuanya.
"Sepertinya saya tidak instrospeksi diri atas tindakan saya selama waktu kurungan yang cukup lama sehingga Saya menyebabkan keributan lagi dalam upacara kerajaan dan membuat malu keluarga."
Kata-kata yang Ku siapkan keluar mulut ku seperti air tumpah.
Maksudku, apakah dia akan menendang jauh putrinya, yang baru saja bangun dari sakit, keluar rumah ketika dia mengaku seperti ini?
"Tidak, tunggu."
Sepertinya rencanaku telah berhasil karena keterkejutan yang pasti dia rasakan terlihat jelas di wajahnya.
"Saya tidak akan berani mengucapkan kata-kata supaya Anda untuk memaafkan Saya. Saya tahu dengan baik bahwa saya yang salah di sini."
"Apa yang kamu...."
"Saya akan menerima hukuman yang Anda berikan tanpa menentang. Jadi..."
"Cukup!"
Aku hendak memintanya melepaskan ku sedikit, tetapi dia berteriak dengan satu tangan di udara membuatku menutup mulut sebelum bisa menanyakan itu.
"Penelope Eckart."
Duke memanggil nama Ku dengan suara rendah dan dalam.
'⋰( ͡°□͡°)⋱. Apakah ini tidak berfungsi lagi setelah Aku menggunakan strategi ini sekali?'
Akj mulai merasa khawatir. Aku menjawab, sambil menelan ludah.
"...... Ya, ayah."
"Bangkit."
"...... Maaf?"
Itu hal yang tidak terduga sehingga Aku harus menanyakannya lagi. Ketika aku melakukannya salah satu alis duke itu tersentak.
"keluarga Eckart tidak berlutut dengan kaki mereka tidak peduli apa alasannya. Jadi, jangan merendahkan dirimu dengan mudah seperti itu, Penelope."
"....."

"Tidak ada yang bisa membuatmu berlutut di tanah selama kau seorang Eckart. Meskipun seseorang itu mungkin salah satu dari keluarga kerajaan!"
Duke mengangkat suaranya ketika dia mengucapkan kata 'kerajaan'. Setelah itu, ia memerintah:
"Jika kamu mengerti, maka bangkitlah dari lantai saat ini juga."
".... B, baiklah!"
Aku bangkit dengan terburu-buru dari lantai dan sekali lagi, duduk di sofa.
Jantungku berdetak pada karisma adipati yang mengesankan yang tidak bisa aku saksikan saat bermain.
'Apakah Aku mengatakan sesuatu yang salah?'
Aku merpikirkan hal itu ketika duke mulai berbicara lagi.
"Penelope. Alasan Ku memanggil Mu ke sini bukan untuk memarahi Mu atau apa pun."

"Hah? Lalu....."
"Itu untuk mendengar tentang apa yang terjadi di istana kerajaan secara lebih rinci."
"....."
"Sekarang beritahu Aku. Apa yang terjadi antara Kamu dan putra mahkota?"
Aku mengingat kembali pada waktu sebelum pingsan di hari itu, pada kata-katanya.
Aku mengikuti pangeran mahkotai itu, berniat untuk dibunuh, lalu leherku hampir lepas dari tubuhku karena pedang nya.
Lalu aku menyelamatkan diriku dari kematian dengan mengatakan tentang betapa aku menyukai bajingan gila itu.
Aku merasa merinding, memikirkan hal itu lagi.
"Yah...."
Alasan muncul di kepala ku, tidak menyadari bahwa Duke sedang menatap wajah Ku yang semakin pucat setiap saat.
"Saya hendak mencari udara segar di taman labirin dan kebetulan bertemu dengan Yang Mulia di sana. Tapi kemudian, itu pasti ketika dia sedang dalam suasana hati yang buruk, jadi...."
Itu jauh berbeda dari yang semula terjadi.
Rasanya Aku menjadi pembohong profesional sejak hari Ku tiba di sini.
Tapi apa lagi yang bisa Aku lakukan? Aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, dan itu tidak semuanya bohong.
"Jadi." [Duke]
"....."
"Pangeran mahkota melukai lehermu seperti itu hanya karena dia sedang dalam mood yang buruk?"
"Hah? Tidak. Bukan melukai ku...."
"Jika itu tidak melukai lehermu! Lalu apa yang ada di lehermu! Dia bukan anjing hutan atau sejenisnya, tapi dia harus mengarahkan pedangnya kepada seorang gadis bangsawan hanya karena dia sedang dalam suasana hati yang buruk!"
_____
Maafin akuuu ⋰( ͡°□͡°)⋱
Kalian pasti jenuh nungguin aku yaa..
(ㄒoㄒ)
Aku kemarin ilang, gara² sakit..
Jadi, aku akan update hari ini crazy update!!
Makasih yang udah mampir buat baca
(*^3^)
Suka deh ama kalian semua
(づ ̄ ³ ̄)づ❤❤
👇🏻👇🏻👇🏻
Komentar
Posting Komentar