.
.
.
"Pembantu sementaranya berasal dari kampung halaman saya. Namanya Becky ....."
"......"
"Dia kehilangan orang tuanya dalam kebakaran ketika dia masih muda dan tinggal di rumah saya selama setahun."
".....Jadi?"
"Bangsawan biasanya tidak menerima pembantu tanpa kerabat seperti dia, Nona. Karena jika pembantunya terlibat kecelakaan, tidak ada yang bisa menjamin identitasnya."
"......"
"Tapi orang tua saya menerimanya, dan mereka menulis surat jaminan kepada kami berdua saat kami melamar ke dukedom. Meskipun, setelah itu, kami tidak benar-benar dekat satu sama lain......"
Emily berbisik kepadaku dengan suara yang bahkan lebih rendah.
"Namun jika saya menyebutkan surat jaminan yang diberikan orang tua saya, saya yakin dia akan jadi penurut."
Secercah kegilaan muncul di mata cokelatnya.
Aku berhenti sejenak mendengar kata-katanya, lalu mengerutkan alis dan bertanya.
".....Apa kamu serius?"
"Tentu saja!"
Emily mengangguk dengan antusias.
"Bagaimana jika wanita itu berencana mengambil alih posisi anda saat dia di mansion?"
Dia memohon padaku dengan tatapan serius.
Tidak peduli seberapa banyak aku melihatnya, bagi ku sepertinya dia tidak memiliki niat tersembunyi lain di balik kata-katanya.
Tiba-tiba, aku tertawa terbahak-bahak saat melihatnya.
"Jadi kita harus bersiap sebelum......."
Emily terlambat memperhatikan wajahku yang tersenyum.
"Nona! Ini bukan waktunya untuk Anda tertawa!"
Dia merengut padaku dengan kesal.
"Maaf, maaf."
Aku akhirnya berhasil berhenti tertawa dan menjawab.
"Tapi itu kedengarannya seperti tipe² gerakan orang jahat pada umumnya, Emily."
"Saya benar-benar serius! Apakah saya akan menawarkan untuk menjual teman kampung halaman saya jika saya tidak....?"
Dia menghela nafas dan menggerutu. Tampaknya benar bahwa dia sangat bermasalah.
Aku tidak tahu apakah itu untuk ku atau untuk masa depannya yang terkait dengan ku, tapi....
Tetap saja, kata-katanya sedikit menghangatkan hati ku.
"Aku mengerti. Terima kasih telah memikirkanku."
Aku menganggukkan kepalaku dan berterima kasih padanya tanpa hambatan. Kemudian Emily kembali menatapku, matanya bersinar terang.
"Jadi, anda akan melakukan apa yang saya katakan, kan?"
"Um ..."
Aku berpikir sejenak.
Memang nyaman memiliki seseorang untuk memberi ku informasi orang dalam, tetapi aku tidak berpikir mengetahui kehidupan sehari-hari Yvonne akan sangat membantu ku.
Aku tahu semua cerita tentang Mode Normal.
'Tidak!'
Berpikir sejauh ini, aku tiba-tiba menyangkal perasaan terlalu percaya diriku.
Kisah Mode Normal dan Mode Keras sama sekali berbeda.
Aku tidak bisa lagi percaya bahwa pemeran utama wanita akan sama dengan mode normal.
"...... Aku tidak perlu mengetahui setiap gerakan nya. Jika kamu memiliki ekor yang terlalu panjang, ekor itu akan diinjak-injak." (Itu idiom Korea itu berarti: tidak peduli seberapa rahasianya kau tentang melakukan sesuatu, orang lain pasti akan mengetahui jika kau melakukannya terlalu lama.)
Setelah memikirkannya, aku segera membuka mulut.
"Minta si Becky itu melaporkan hanya jika ada sesuatu yang mencurigakan."
"Mencurigakan?"
"Ya. Misalnya ...."
Aku secara refleks mengingat wanita berjubah putih yang ku lihat di Soleil.
Topeng, relik, pecahan cermin.
"...... jika Dia memiliki objek yang dia terobsesi atau jika dia berperilaku tidak biasa, misalnya."
Emily menjawabku dengan ekspresi tegas.
"Ya! Begitu. Serahkan pada saya, Nona."
Tentu saja, aku tidak punya harapan besar.
Jika pemeran utama wanita benar-benar anggota klan Leila, dia tidak akan bertindak cukup bodoh untuk dicurigai oleh seorang maid.
Tapi Emily, yang bertekad, lucu, jadi aku tertawa sekali lagi.
Apakah dia memperhatikan bahwa aku mulai merasa sedikit lebih baik?
"Anda akan makan malam sekarang .... Bukankah begitu, Nona?"
Emily menatapku dan bertanya dengan hati-hati.
Saat itu, aku berhasil mengatur ekspresi ku yang hampir menjadi cemberut lagi.
'Aku masih memiliki seseorang yang peduli apakah aku kelaparan atau tidak.'
Menekan semua emosi yang muncul saat itu, aku berkata dengan suara tercekat.
"..... Emily."
"Iya?"
"Kamu ... benar-benar bekerja keras untuk melayani ku dengan jujur."
Emily menatapku dengan heran atas apa yang aku katakan dan segera menjawab dengan senyum lebar.
"Tentu saja, Nona. Saya adalah pembantu anda."
"Ya ... kalau begitu, bawakan aku makan malam."
"Baik, Nona! Saya akan segera kembali! Tunggu sebentar lagi!"
Emily bergegas keluar kamar dengan ekspresi tersentuh di wajahnya saat dia bergegas membawa makanan untukku.
Jika 'Penelope' kembali setelah aku pergi dari rumah ini...
Beruntunglah sekarang ada seseorang yang peduli jika dia kelaparan.
***.
H-3.
Keesokan paginya, Tepat setelah aku selesai makan, kepala pelayan datang dengan pesan dari Duke.
"Aku akan bersiap-siap dan keluar, jadi tunggu di luar."
Kemarin aku mendengar dari Emily bahwa Yvonne tinggal di mansion, jadi kupikir aku akan menemuinya hari ini.
Aku segera mengikuti kepala pelayan ke kantor Duke.
* Tok! Tok! *
"Silahkan masuk."
Dengan izinnya, aki melangkah masuk dengan gugup karena aku punya banyak hal untuk diselesaikan dengan Duke hari ini.
Saat melintasi pintu yang dibukakan butler untukku, aku melihat Duke duduk di mejanya dengan cerutu tebal di mulutnya.
Ada setumpuk kertas di depannya.
"Ayah."
"Kamu udah datang."
Dia mengangkat kepalanya perlahan. Dia terlihat sangat lelah karena begadang sepanjang malam.
"Duduklah."
Aku duduk di dekat sofa, dan dia juga bangkit dari kursinya dan menjatuhkan diri di depanku.
Bahkan setelah pelayan masuk dan menyiapkan minuman, Duke mengeluarkan cerutu lagi tanpa mengatakan apapun dan membakarnya.
Keheningan yang memekakkan telinga menyelimuti ruangan itu.
Akhirnya, Duke membuka mulutnya dengan berat, meletakkan cerutunya di asbak.
"Penelope."
Dengan suara tegas, aku menjawab dengan postur tubuh yang sedikit tidak teratur.
"Ya, Ayah."
"...... Jadi kamu diam-diam meminta kakakmu untuk memberinya seorang guru." (Berbicara tentang Eclise)
"Mengapa kamu tidak memberi tahu ku sebelumnya?"
"......"
Faktanya, ini adalah masalah yang lebih besar bagi ku daripada Yvonne yang lulus test.
Itu adalah sesuatu yang ku perkirakan, tetapi mata ku tertutup rapat ketika aku mendengar kata-katanya.
Aku mengambil waktu sejenak untuk berhenti dan mengatakan yang sebenarnya.
"....... Saya pikir anda akan menentangnya."
"Hah........"
Mungkin dia mengira itu adalah jawaban yang belum dewasa, Duke menghela nafas panjang.
Meskipun dia adalah karakter dalam game, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat aura berat yang dia pancarkan.
"..... Tadi malam saat fajar, kakakmu menangkap budak Delman yang hendak kabur dari pelabuhan Priebouis dan menyerahkannya ke Istana Kekaisaran. Dan pagi ini mereka semua dieksekusi."
"......"
"Si Eclise itu, semua pernyataannya sejalan."
Kabar eksekusi membuat hatiku goyah untuk beberapa saat.
Namun, itu tidak berlangsung lama, mungkin karena itu adalah sesuatu yang telah disebutkan kepala pelayan akan terjadi.
Saat aku mendengarkan tanpa bersuara, Duke melanjutkan dengan suara pelan.
"Ada bukti bahwa para budak mendapatkan uang untuk melarikan diri dari penjualan ramuan yang kamu berikan kepada Eclise."
"Jika Istana Kekaisaran telah menyadarinya terlebih dahulu dan melanjutkan penyelidikan, tahukah kamu bahwa kamu, dan tentu saja, bahkan keluarga Eckart, akan terlibat?"
Tangan ku, yang telah ditempatkan dengan rapi di lutut ku, mengepalkan rok ku dengan erat.
Semua hal yang ku lakukan tanpa memikirkannya, semua karena aku dengan gila-gilaan mengejar ketertarikan, aku menyesali semuanya.
'Untung saja aku tidak memberinya koin emas begitu saja.'
Penglihatan ku menjadi gelap karena aku khawatir tentang apa yang akan terjadi jika aku menyerahkan sedikit uang daripada ramuan.
Aku membuka mulutku dengan kepala tertunduk.
"Maaf saya bertindak gegabah. Ini salah saya."
"......."
"Jika Anda bersedia menghukum saya karena melakukan apa yang telah saya lakukan, saya akan dengan senang hati ......"
"Aku mendengar semuanya dari kepala pelayan."
Duke tiba-tiba menghentikan ku untuk berbicara.
"Memberinya seorang guru atau memberi budak beberapa ramuan. Kamu tidak melakukan hal-hal itu dengan niat buruk."
"......"
"Itu hanya hatimu yang lembut."
Aku perlahan mengangkat kepalaku dan menatap kosong padanya dengan mata yang asing.
Tidak seperti Penelope, aku tidak dalam posisi untuk meributkan Yvonne yang dimasukkan ke dalam mansion.
Sial, aku telah membiarkan budak dari negara yang kalah masuk dan keluar dari mansion sesuka dia dan hampir membahayakan keluarganya (Penny).
Itu sama sekali tidak dimaksudkan, tapi ternyata begini.
Karena Eclise, orang gila itu, berhasil seperti itu.
Jadi aku tahu Duke akan marah kepada ku. Tapi dia berkata,
"Hal-hal mengejutkan terus terjadi sejak kemarin, aku memanggilmu karena aku khawatir. Aku tidak berusaha mencari-cari kesalahanmu."
Meskipun dia terlihat sangat lelah, dia dengan cermat memperhatikan reaksiku.
Dia melanjutkan untuk mengatakan maksudnya dengan desahan rendah.
"penelope."
"... ...Aku memutuskan bahwa Yvonne akan tinggal di mansion untuk sementara waktu."
Aku tahu itu, tapi aku tidak bisa menahan perasaan sedikit sedih mendengar kata-katanya.
Persis seperti orang yang memendam secercah harapan yang bodoh.
'Tentu saja, dia akan tinggal.'
Aku tertawa dingin di dalam hati.
Lagipula, perkenalannya yang panjang dan sikapnya yang mudah memaafkanku hanyalah umpan untuk menyampaikan berita ini padaku.*
(*maksudnya Duke berkata bahwa doi peduli tentang kesehatannya setelah melalui semua hal yang mengejutkan itu dan memaafkannya karena memberikan guru dan ramuan obat kepada Eclise hanyalah kata-kata yang doi ucapkan agar dia menerima keberadaan Yvonne tanpa keributan.)
Terlepas dari berita yang mengejutkan, aku menghindari pertemuan dengan tatapan tajam Duke dan tetap memasang wajah tanpa ekspresi.
Aku menatap lantai dan perlahan membuka mulutku.
"..... Apakah dia lulus semua tes?"
"Tidak semuanya, karena dia telah kehilangan ingatannya setelah kami kehilangan dia."
Duke ragu-ragu dan menambahkan.
"Dia menjawab semua pertanyaan tentang ibunya dengan benar."
"......"
"Selain itu, posisi tahi lalatnya sama. Dan mirip dengan Evelyn, tidak...... Sama seperti mendiang istriku, dia lahir dengan tahi lalat di tengah tangan kanannya."
"Saya mengerti."
Itu tidak membuat ku banyak terkesan karena itu juga diceritakan dalam permainan.
Aku terlambat menyadari bahwa aku telah menjawab dengan sangat tidak tulus, dan memaksakan bibir ku untuk menjawab.
"Selamat, Ayah."
"......Apa?"
Kemudian dalam sekejap, raut wajah Duke menjadi kosong.
.
.
.
____
Haaii,, makasii udah mampir baca.
Jika ada yang tidak dimengerti, boleh TANYA JAWAB DI KOMENTAR yaa!!. mohon dimaafkan..
( ̄ε ̄ʃƪ)
Komentar
Posting Komentar