.
.
.
Mengapa aku harus?
Apakah dia percaya bahwa aku mungkin berubah setiap kali aku diperlakukan seperti itu, seperti orang bodoh?
Setelah semua kesulitan yang ku alami.
"Hа......."
Saat aku tersenyum tipis, senyum gila, dia juga tersentak.
"Kau......"
Tetapi untuk sesaat, juga, dia mengeraskan wajahnya, seolah dia mengira aku sedang menertawakan nya.
Bilah pengukur ketertarikan berkedip lagi dengan cepat.
'-1 atau -2%?'
Tidak masalah jika itu anjlok sekitar 30 persen, karena ketertarikannya tidak sekritis sebelumnya.
Aku menoleh dengan santai, memikirkan berapa banyak yang telah dikurangkan dari ketertarikan nya.
"Yvonne, kamu yang menjawab." (Penny)
"Apa......."
"Apakah aku mengganggu mu?"
Pada saat itu, aku benar-benar ingin tahu tentang apa jawaban pemeran wanita itu.
'Akankah pemeran utama wanita ini memiliki kepribadian yang mudah dan menyenangkan seperti yang dikatakan dalam game?'
Menilai dari apa yang terjadi, tidak mengherankan jika dia berdiri di sini dan menjawab bahwa aku menangkapnya sendiri dan
mulai berteriak didepan wajahnya.
Yvonne bergumam dengan air mata berlinang.
Begitu Rennald, yang tidak bisa melihat ekspresinya, membuka mulutnya.
"Jika kau bertanya seperti itu, dia akan ......."
"T, tidak, Tuanku!"
Yvonne menggelengkan kepalanya karena terkejut dan berkata,
"Tuan putri benar! Saya, saya hampir jatuh ke belakang karena kaki saya tersandung batu seperti orang idiot ...... Tuan putri menangkap saya."
"......apa?"
Wajah Rennald membeku pucat seolah dia telah mendengar sesuatu yang seharusnya tidak dia dengar.
"Kalau begitu......."
Dia menatap lengan Yvonne, masih tertangkap oleh ku, dengan ekspresi bingung diwajahnya.
Aku memang tidak punya waktu untuk melepaskan lengannya dengan kemunculan tiba-tiba Rennald, tapi aku juga sengaja tidak melepaskannya sebelum mendengarkan jawaban Yvonne.
Aku mengangkat lengan Yvonne ke udara dan mendorongnya ke Rennald.
Dan dengan rapi merentangkan jariku terbuka di depan matanya.
Lengan Yvonne terkulai lemah.
"Sayangnya, kamu tidak berubah sedikit pun sejak saat itu."
Aku mengangkat bahu dan bergumam pada diriku sendiri sambil mulai berjalan pergi.
"Pe, Penelope."
Begitu dia memanggil ku, aku mulai bergerak lebih cepat.
Aku sudah berhenti memikirkan tentang berjalan-jalan di sekitar tempat-tempat di mana Eclise berada.
Lagipula aku yakin dengan kata-kata Yvonne, dan aku tidak ingin menghadapi keduanya lagi.
Seberapa cepat aku harus berjalan untuk kembali ke kamar ku dengan cepat?
"Penelope!"
* Tak! * * tak! **
Aku mendengar langkah liar sepatu bot datang dari belakangku dan mengikutiku, rambut merah muda menghalangi jalanku.
Apa? Ku pikir dia akan menghibur 'adik perempuannya yang menangis'.
Aku berkata kesal, mengerutkan kening.
"Minggir."
"Ma...."
Pada saat itu, Rennald yang terengah-engah menjilat bibirnya.
"Maaf."
".........."
"Ku pikir aku salah paham."
Dia mengakui kesalahannya tanpa hambatan.
Pada saat yang sama, bar pengukur berkedip dari atas kepalanya.
Tiba-tiba, aku teringat pada Derrick dari pemandangan di pengadilan Istana Kekaisaran.
Ketertarikan yang mudah naik dan mudah jatuh.
Hal seperti itu tidak bisa membuat ku terkesan lagi.
"Oke, minggir."
"Tapi keadaan rumah sedang berantakan, dan jika kau mengalami kecelakaan sekarang ..."
Ketika aku dengan tajam melihat pria yang segera membuat alasan setelah permintaan maafnya, dia menutup mulutnya.
Aku juga malu, tapi mataku panas.
"Hanya itu yang ingin kamu katakan?"
"Maaf aku salah paham."
"Betulkah?"
Aku menoleh ketika mendengar permintaan maafnya dan aku segera tersenyum.
"Aku mengerti."
"Jadi begitu, kan? Jangan berjalan-jalan sambil merajuk ......"
"Tapi aku tidak mau menerimanya."
Aku memotong kata-kata pria yang lega itu dengan senyuman di wajahku.
Wajahnya menjadi kosong.
"......apa?"
"Permintaan maafmu, aku tidak menginginkannya."
Aku mengulanginya lagi untuknya, dengan ramah.
Penelope yang bodoh selalu menyapanya lebih dulu, bahkan setelah doi memamerkan giginya padanya. (artinya bahkan setelah doi bertengkar dengannya)
Aku tidak pernah meminta maaf atas argumen dan bahasa kasar yang ku dengar darinya sebelumnya.
'Oh, aku mengeluarkan satu permintaan maaf setelah melawan satu kali.'
Dari Emily yang telah memanfaatkan posisiku sebelumnya sebagai 'putri palsu' sepenuhnya.
"Kau........."
Terkejut dengan kata-kataku, Rennald tergagap sebentar.
Namun, tak lama kemudian, wajah pria itu memerah dan memerah, dan energi yang mengerikan keluar darinya.
"Apakah kau merasa lebih baik ketika seseorang meminta maaf dan kau bertindak kasar?"
"Kalau begitu, apakah kamu harus menjadi sangat tidak sensitif setelah kamu meminta maaf?"
"Kau semakin banyak ......"
"Kamu juga belum pernah menerima permintaan maafku sebelumnya. Mengapa aku harus menerima permintaan maafmu seolah-olah itu hal yang wajar untuk dilakukan?"
"Apa?"
"Aku juga bisa mengalami saat-saat di mana aku tidak menginginkan permintaan maaf mu."
Aku menatap tajam ke arahnya dan berkata dengan nada menasehati.
"Bagaimana pikiran orang bisa begitu konsisten? Jangan paksa aku menerima permintaan maafmu."
"Hah! Apakah kau membalas dendam padaku untuk apa yang aku lakukan sebelumnya?"
"Iya."
Aku menganggukkan kepalaku pada si brengsek pendendam, yang terus menghembuskan udara.
"Kamu juga harus mencobanya. Betapa menyedihkan dan kasihannya mencoba mati-matian untuk berbicara dengan seseorang yang mengabaikanmu dan memperlakukanmu seperti kotoran."
Dengan kata lain, aku akan memperlakukan mu sama seperti kau memperlakukan ku mulai sekarang. Seperti kotoran.
"Hei kau..."
Dia memelototiku dengan kejam seolah dia mengerti maksudku.
Aku memeriksa bar pengukur yang berkedip-kedip, dan melihat ke samping di sekitarku.
Tidak ada batu besar untuk memukul kepala ku, tidak ada cabang ranting yang tajam untuk menusuk ku.
Tentu saja, si brengsek itu selalu bisa mencekikku.
Untungnya, dia belum membuat gerakan apa pun, jadi sepertinya (minatnya) tidak turun sebanyak itu.
Mengabaikan Rennald yang menatapku cukup lama, aku mengangkat kepalaku bersiap untuk menghindarinya dan pergi ke kamarku.
"Ha......... ya. Aku juga melakukan kesalahan dengan ucapan itu. Maafkan aku."
Dengan desahan kesal, secara mengejutkan, dia meminta maaf lagi.
"Kita bukan anak-anak, ayo berhenti berdebat. Bagaimana lagi wibawa Eckart bisa dipertahankan di depan rakyat jelata dan para pelayan?"
Lalu dia melirik ke tempat Yvonne masih berada, dan sedikit memoles pidatonya.
Kupikir itu lucu saja.
"Wibawa Eckart?"
Aku tertawa terbahak-bahak seolah-olah baru saja mendengar lelucon.
"Kamu benar-benar tidak tahu? Jika hal seperti itu ada, lalu mengapa aku diperlakukan seperti itu oleh pelayanku sendiri?"
"Apa? Kenapa kau tiba-tiba membicarakan itu.....?"
"Itu karenamu, Rennald."
Aku berhenti tertawa dan menatap lurus ke arahnya.
"Apa?"
"Itu karena kamu memperlakukanku dengan cara yang berlawanan dengan yang kamu katakan di depan orang biasa."
"Hei, Penelope. Apa-apaan kau ........"
"Karena kau memperlakukanku seperti lintah dan mengabaikanku di depan ksatria dan rakyat biasa."
Karena dia masih seorang pemeran utama pria tidak peduli apa, aku telah mati-matian menahan diri.
Meskipun aku jengkel dan marah, aku memperhitungkan emosinya sampai batas tertentu.
Aku tidak pernah secara eksplisit menyebutkan apa pun tentang pelecehan sebelumnya.
Saat aku memojokkannya karena menuduhku mencuri kalung itu, tetapi dia tetap berada di pinggir lapangan sebanyak yang dia bisa tentang masalah lain yang muncul setelah itu.*
(*Doi memberikan contoh buruk dalam memperlakukan nya dan ketika para pekerja mulai melecehkan Penny, doi tetap diam seolah-olah doi tidak terlibat di dalamnya atau doi terlalu cuek untuk melihat efek samping dari tindakannya)
Jika aku tidak tahan lagi dan menurunkan harga diri yang tinggi dari keluarga Eckart, ketertarikannya akan turun drastis.
Tapi situasinya tidak bagus.
Pemeran utama wanita yang muncul sebelum upacara kedewasaan, dan ketakutan bahwa aku mungkin tidak bisa kembali ke rumah, adalah pengaruh yang besar.
Dan itu membuatku mengungkapkan semua perasaanku yang selama ini aku perjuangkan tanpa sadar.
"Kamu. Itu karena kamu, Rennald Eckart."
Apa yang keluar dari mulutku lebih menjijikkan daripada kata-kata.
Rennald terkejut melihatku mengomel melebihi suaraku yang kering.
"Tapi kamu berbicara kepada ku tentang harga diri dan wibawa?"
Baru setelah itu aku mendapatkan kekuatan di mata yang menatapnya seolah-olah aku sedang merencanakan pembunuhannya.
"Jangan bicara padaku untuk saat ini."
"Pe, Penelope."
"Kumohon. Jika kamu benar-benar minta maaf, lakukan ini untukku. Kumohon, Oppa. Semoga harimu menyenangkan."
Dengan senyum masam, aku menyapanya selembut mungkin, seolah-olah aku tidak pernah menunjukkan rasa jijik.
Dan segera keluar dari tempat yang menyesakkan itu, meninggalkan wajah yang sangat berkerut.
Saat aku lewat, senyum yang ku bangun di dekat mulut ku memudar seperti kebohongan, dan ekspresi ketegasan yang tak kenal takut muncul.
Aku bisa merasakan tatapan gemetar terpaku di punggungku sampai akhir.
Namun, itu tidak masalah.
***
Begitu aku kembali ke kamarku, aku berjalan ke tempat tidur dengan tampilan acuh tak acuh dan berbaring.
Aku akhirnya melewatkan makan siang juga dan mengalami tidur tidak nyenyak yang membuat ku terbangun sesekali dan tertidur kembali.
"..... lope, Miss Penelope."
Emily membangunkanku dengan hati-hati.
Ketika aku membuka mata ku, itu gelap. Matahari sudah terbenam.
Tanyaku dengan suara serak.
".....Apa yang sedang terjadi?"
"Anda harus makan malam. Anda belum makan apa-apa sejak kemarin."
Emily menyarankan makan dengan suara gugup.
"Tidak, terima kasih. Aku tidak nafsu makan. Aku ingin tidur lebih lama."
Aku menolak dan membenamkan wajah ku di bantal lagi tanpa daya.
Aku bahkan tidak makan atau apapun, tapi kupikir aku akan mendapatkan masalah pencernaan jika aku makan.
"Nona....."
Penolakan lain membuat Emily menjadi tidak sabar.
Ketika aku tidak menjawab karena aku merasa tidak enak, satu sisi tempat tidur tiba-tiba menjadi berat.
Itu karena Emily menyelinap ke sisi tempat tidur.
'Ada apa?'
Aku menoleh ke arahnya dan bertanya apa yang dia lakukan.
"Nona."
Emily ragu-ragu sejenak, lalu menunduk dan berbisik dalam bisikan kecil.
"Dia akhirnya tinggal di mansion ....."
Aku membuka mata lebar-lebar karena sedikit terkejut atas perilaku nya yang memberiku berita tentang Yvonne.
Tapi aku tahu bagaimanapun juga harus seperti itu.
Aku segera kehilangan minat dan bertanya kembali dengan tenang.
"Dia lulus semua tes?"
"Sepertinya dia belum kehilangan semua ingatannya. Jadi untuk saat ini, mereka memutuskan untuk membiarkannya tinggal di mansion dan mengawasinya."
"Aku mengerti."
"Tapi itu terjadi berkali-kali...... itu pasti palsu lagi, Nona."
Agak lucu baginya untuk mendiskusikan 'palsu' dengan 'putri palsu'.
"Tidak, terima kasih. Kamu tidak perlu membuat alasan seperti itu untukku."
Aku menjawab dengan suara tersenyum dan menambahkan desahan.
"Ku pikir kamu ingin mengatakan sesuatu, katakanlah."
Sudah waktunya melepaskan Emily.
'Karena dia di bawah komando kepala maid.'
Dan kepala maid sudah mulai melayani Yvonne meski tidak ada kepastian posisinya.
Aku tidak terlalu menyukainya sejak pertemuan pertama kami, tetapi memang benar Emily membuatnya sangat nyaman untukku sesudahnya.
Kupikir aku bukan master sebaik yang ku pikirkan.
Namun, berpikir bahwa dia akan meminta untuk meninggalkan sisiku segera setelah Nona rumah yang sebenarnya muncul meskipun aku telah menyayangi nya, membuatku merasa sangat tersinggung.
Mungkin itu sebabnya aku menendangnya keluar dari kamarku kemarin.
Aku tidak ingin mendengar dia berkata bahwa dia ingin berhenti menjadi pembantu ku.
'Tapi tidak ada cara lain. Karena bagaimanapun aku adalah seseorang yang akan pergi.'
Untungnya baginya, aku adalah seseorang yang menyerah dengan cepat.
Jadi aku diam-diam menunggu kata berikutnya dari Emily.
"Saya akan......... memberikan setiap detail tentang kehidupan wanita itu."
"...apa?"
Setelah jeda yang lama, dia tiba-tiba mengucapkan kata-kata yang tidak terduga.
.
.
.
____
Haaii,, makasii udah mampir baca.
Jika ada yang tidak dimengerti, boleh TANYA JAWAB DI KOMENTAR yaa!!. mohon dimaafkan..
( ̄ε ̄ʃƪ)
Komentar
Posting Komentar