Langsung ke konten utama

Chapter 14


.
.
.
'Tidak ada tombol reset!'

Aku merasa seperti akan pingsan. Tombol reset tidak ada di manapun Aku melihat. 

Sementara itu, pangeran mahkota sepertinya dia benar-benar berencana membunuhku karena dia mengangkat pedangnya.

"T, tunggu! Tunggu!" 

Aku berteriak panik. Kemudian pangeran mahkota berbicara, memiringkan kepalanya. 

"Sepertinya sekarang kau memiliki pola pikir untuk berbicara." 

"Benar! Saya akan beritahukan! Saya, saya akan memberitahu Anda! " 

Aku menganggukkan kepalaku dengan gila. Pedang yang tadi dia angkat sekarang sekali lagi dipasang di leherku. 

"Lanjutkan." 

"Y, yah...." 

Aku memang mengatakan bahwa aku akan memberitahunya karena aku panik tetapi pikiranku jadi kosong sekarang karena aku akan memberitahunya. 

Maksud ku, apa yang harus ku katakan sebenarnya. Aku tidak bisa mengatakan Aku mengikutinya karena aku bermaksud mati, dan Aku tidak boleh mati selama Aku tahu bahwa tombol reset itu tidak ada. 

'Haruskah aku mengaktifkan pilihan?'

Namun itu tidak menjamin bahwa Aku bisa hidup bahkan jika Aku menyalakannya. 

Sebenarnya bukan Karena itu aku selamat sampai sekarang. 

"Aku bisa mendengar otakmu berputar untuk menghasilkan sesuatu dari sini." 

Saat itulah pangeran mahkota itu menyeringai dengan dingin, tidak bisa menunggu Ku yang dengan gila mencoba untuk mencari sesuatu. 

"Aku sangat senang dengan apa yang akan kau katakan."
[pangeran mahkota]

Bar pengukur minatnya bersinar dengan berbahaya di atas kepalanya. 

"Alasan Mu haruslah jadi alasan yang masuk akal, gong-nyuh." 

"...." 

"Aku benar-benar tidak suka seseorang menghalangi jalanku di tengah-tengah apa pun." 

Dia bergumam, membawa pedang ke kulitku dengan sedikit tekanan lebih dari yang sebelumnya. Darah hangat mengalir di leherku. 

Ketakutan akan kematian dan kesakitan. 

Menguasai otak saya.

"...... Saya, saya menyukai Anda!" 


Karena itu, tanpa memikirkan apa-apa lagi, aku mengeluarkan kata-kata yang bahkan kutemukan bodoh. 

"..... Apa?" 

Mata merahnya melebar. Aku menutup mataku rapat-rapat, dan berteriak. Mulut Ku sudah di luar kendali Ku. 

"Saya, saya selalu menyukai Anda sepanjang waktu!" 

"...." 

"Saya pikir Saya bisa menghibur Anda dari kejadian sebelumnya karena Saya pikir Anda akan terluka karena kejadian itu....."

Ini adalah dialog yang benar-benar bodoh yang tidak muncul dalam mode keras atau normal. 

Memang benar bahwa dalam mode normal, sang heroine menghadapi sang pangeran mahkota dan menghiburnya, tetapi itu hanya mungkin karena sang heroine tidak menyaksikan adegan di mana ia memotong leher si pembunuh. 

'K*mpr*tt.' 

Meskipun aku tidak tahu harus berkata apa, mengapa aku harus mengatakan bahwa aku menyukai bocah gila ini? 

Tetapi jika kau berpikir tentang hal itu, hanya ada satu alasan mengapa seorang wanita bangsawan akan mengikuti seorang pria ke dalam labirin menyeramkan ini...... Itulah apa yang bisa kau katakan JIKA itu adalah pembicaraan antara seorang pria dan seorang wanita 'yang normal'. 

'Sampai jumpa, kau game gila. Aku (mungkin) akan kembali ke rumah karena Aku akan mati sekarang. Aku akan memberikan ulasan satu bintang karena Aku dalam masa penyembuhan.' 

Aku menutup mataku dan gemetaran, bersiap untuk merasakan rasa sakit yang akan segera menimpaku. 

Tapi tidak peduli seberapa lama aku menunggu, suara pedang yang mengiris udara tidak bisa terdengar. 

"Hm. Anjing gila keluarga Duke jatuh cinta dengan keluarga kerajaan yang menyedihkan, heh."


Semilir angin malam menggelitik tulang hidungku. Dengan hati-hati aku membuka mata, mendengarkan gumaman rendah seorang putra mahkota. 

"Itu adalah...." [putra mahkota]

"...." 

"Alasan yang tak terduga." 

Mata merah seperti darah itu tepat di depan mataku. Aku sudah tidak bernafas, tidak tahu sejak kapan. 

Dia menatapku dengan wajah penuh minat. 

"Kau mungkin tidak terlalu banyak melihat ku. Kau mungkin hanya melihat ku sekilas untuk pertama kalinya pada upacara kepulangan ku dengan selamat." 

Sebenarnya, aku juga tidak melihatnya. Aku hanya melihatnya hari ini untuk pertama kalinya dalam hidup ku. Sudah jelas karena setelah upacara itu aku bereinkarnasi ke dalam tubuh ini. 

Aku menjawab, tubuh Ku tegang. 

"Saya, saya jatuh cinta pada pandangan pertama di hari itu." 

"Bagian mana dari diriku yang kau suka?" 

"Yah...." 

Aku tak bisa berkata apa-apa untuk kali ini. 

Apa yang bisa Aku katakan? Tidak, BAGAIMANA BISA AKU. Aku ingat menggambar 'X' beberapa kali dengan namanya ketika aku mengatur ulang novel terakhir kali! 

Aku meliriknya dan memaksakan alasan keluar dari otakku sebelum dia kehilangan ketenangannya. 

"Wajah Anda, membuat Anda sangat menarik...." 

"Kau pikir satu-satunya pesonaku adalah wajahku, ini membuatku sedih." 

"......A, Anda sangat berani, dan sangat ahli dengan pedang......" 

"Alasanmu hanyalah hal-hal yang biasa. Apakah Kau tidak memiliki alasan yang lebih orisinal dan menarik? " 

"Itu... Yah...." 

Aku sekarang akan pingsan karena semua jawaban dan pertanyaan yang kudapat. 

Sejujurnya, aku nyaris tidak bisa berdiri sekarang dengan kakiku yang goyah. 

Sensasi dingin dan tajam di leherku membuatku sangat takut. 

"Uhh... Saya...." 

Seringai pangeran mahkota menjadi semakin besar setiap kali aku berusaha lebih keras untuk menahan air mataku. 

Aku jadi gila sejenak di sana. Sungguh gila bagi Ku untuk mencoba dan mati karena suasana mengerikan ini. 

Saat itu ketika aku akan pingsan kebelakang. 

"Baik. Meskipun aku tidak begitu puas, aku akan membiarkanmu bebas untuk hari ini."

Bilah pedang yang menggali ke dalam kulitku dihapus dengan kata-kata itu. 

Aku mengangkat kepalaku terkejut ketika pangeran mahkota berbicara dengan suara penuh kegembiraan, matanya yang merah bersinar. 

"Namun, Kau harus menjelaskan secara spesifik mengapa dan bagaimana Kau bisa menyukai Ku saat kita bertemu berikutnya."

Aku menganggukkan kepalaku seperti orang gila. 

"Pergilah sekarang." 

Sriing-, dia berbicara sambil menggeser pedangnya ke sarungnya. 


Pada saat itu. Pengukur minat yang terletak di atas rambut emas yang cemerlang itu, mulai bersinar. 

Kemudian. 

[ʍɨռat 2%] 

Aku menatapnya sejenak, tercengang. Bukan karena saya senang dan lega, tetapi karena itu sangat, benar². 

Konyol.

"Untuk apa kau berdiri di sana? Sepertinya kau ingin bermain game draw-the-red-line lagi?" 

Pangeran mahkota itu berbicara sambil menatapku yang dengan bodoh berdiri, ibu jarinya bergerak mengiris lehernya. 

"T, tidak sama sekali!" 

Aku melompat di tempat, lalu mundur.

Aku berbalik sepenuhnya dan mulai berjalan cepat tepat ketika sepertinya aku sudah sampai di pintu masuk labirin dengan melangkah mundur. 

Pada saat itu, aku tidak bisa berpikir untuk memberikan salam perpisahan yang tepat kepada seorang keluarga kerajaan seperti yang seharusnya. Berjalan cepat dan tidak berlari ketika aku bisa merasakan tatapan pangeran mahkota di punggungku adalah tata Krama terbaik yang bisa aku berikan. 


Aku mulai berlari seperti orang gila ketika aku berbelok di sudut. 

Udara dingin menyerempetku, menyengat leherku yang terluka, tetapi aku terlalu sibuk di kepalaku bahkan untuk merasakan sakit. 

'Tidak ada tombol reset.'

Fakta itulah yang paling membuatku takut sebelum pangeran mahkota akan mengiris leherku. 

Fakta bahwa asuransi ku yang ku percayai sampai sekarang tidak ada. 

(CATATAN: Tombol reset sepertinya muncul beberapa saat sebelum dia mati sehingga dia bisa tahu apakah itu ada atau tidak ketika dia akan mati.) 

Itu berarti bahwa aku tidak bisa mati seperti yang ku inginkan. 

'Bagaimana kalau itu benar-benar bagian akhir ketika aku mati? Bagaimana jika aku tidak kembali ke tempat asal ku, tetapi benar-benar mati.....?' 

Aku hanya seorang siswi normal. Aku tidak punya nyali terbesar untuk menghadapi bahaya semacam ini. 

Satu-satunya pilihan yang tersisa bagi ku sekarang adalah mencapai bagian akhir dengan salah satu karakter. 

'Tapi bagaimana caranya?' 

Hanya bagaimana aku bisa bertahan dan mencapai bagian akhir dengan salah satu karakter yang mencoba membunuhku saat aku membuat kesalahan terkecil? 

Fakta bahwa minat semua karakter ML naik tidak penting bagiku. 

Hal semacam itu, meskipun kau berusaha keras untuk mengangkatnya, mereka akan selalu jatuh seperti istana pasir. 

'Bagaimana jika aku berusaha keras untuk meningkatkan minat mereka kepadaku, tetapi semuanya berjalan seperti yang terjadi dalam permainan?'

Setelah itu kematian. 

Tetapi aku tidak ingin mati. 

'Kenapa harus aku.' 

Ketika aku selamat, mempertaruhkan hidup ku mencoba melarikan diri dari saudara Ku yang terikat dengan darah. 

'Kenapa aku harus mati sekonyol itu di alam semesta yang gila seperti ini padahal yang kulakukan hanyalah menjilat kebaikan bajingan yang bahkan tidak kukenal!' 

"Hiks, Hiks-." 

Air mata jatuh dari mata Ku dan datang bersamaan dengan suara terengah² tetapi itu semua di luar kendali ku. 

Berkat aku berlari sepanjang jalan kembali dengan mengikuti lampu, aku menemukan diri ku kembali di pintu masuk Taman Labirin lebih cepat daripada aku mencapai pusat labirin.


Aku hanya beberapa langkah lagi benar-benar keluar dari taman untuk selamanya. 

Brukk-. Aku bertemu seseorang di depan Ku yang tidak bisa Ku lihat dari gelap. 

"Ah!" 

Aku yang sama sekali tidak stabil secara mental, merasakan ketakutan yang sangat besar menyerbu diriku karena memikirkan bahwa pangeran mahkota mungkin mengejar punggungku. 

Aku akan mulai berlari lagi ketika pergelangan tangan Ku dicengkeram.


"Lepaskan!" 

Aku menjerit, takut seumur hidup. 

"Lepaskan ini!" 

"Nona?" 

"Kenapa aku harus mati! Aku tidak mau! Aku tidak ingin mati!" 

"Nona! Nona!!" 

Aku, yang menggetarkan tangan Ku yang ditangkap, kembali ke kesadaran Ku karena sensasi seseorang memegang erat-erat bahu Ku. 

"Apakah Anda baik-baik saja?" 


Mata biru laut yang lebar karena terkejut muncul. Lalu aku melihat rambut perak yang bersinar di bawah cahaya redup. 

Kemudian Aku melihat [ʍɨռat 0%] yang bersinar di atas kepalanya. 

"Ahh, hiks......." 

"Ssst, tenang. Saya tidak akan menyakiti Anda." 

Aku menangis tersedu² ketika pria itu berbicara dengan suara yang menyenangkan, membuatku kesulitan. 

'Apakah itu salah satu karakter utama lagi?' 

Aku merasa putus asa ketika aku menyadari siapa yang ku tabrak. 

Vinter Verdandi. Dia adalah seorang penyihir dan marquis. 

"Aku...... aku baik-baik saja sekarang." 

Aku tenang dengan cepat hanya dari kenyataan bahwa tahu itu bukan putra mahkota. 

Aku mengangkat tangan dengan gemetar ke mataku dan menyeka air mata. 


Aku ingin pulang ke rumah. Aku tidak ingin berada di sini di tempat ini bahkan untuk sedetik lebih lama. 

Selain itu, aku tidak memiliki mental yang tersisa untuk menghadapi Buinter. 

"Saya telah menyebabkan masalah pada seseorang yang belum pernah Saya temui sebelumnya. Tolong lupakan apa yang terjadi sekarang. Permisi." 

Aku mengucapkan kata-kata itu setelah menyapu wajahku dengan kasar. 

Aku membungkuk sebagai salam, lalu mencoba berjalan melewatinya. 

Tapi kemudian aku dihentikan lagi. 

"Anda banyak berdarah." 

Dia berkata, menunjuk leherku. 

"Anda juga sangat pucat. Saya akan membawa Anda ke dokter di sini." 

"Tidak apa-apa. Saya harus cepat-cepat kembali ke suatu tempat......." 

"Kalau begitu setidaknya ambil ini." 

Tidak seperti aku yang tidak ingin berurusan dengan ini lebih lama, Buinter tidak membiarkan ku pergi tetapi mengambil sesuatu dari sakunya dan menyerahkannya kepada ku sebagai gantinya. 

"Letakkan ini di atas luka Anda dan tekan di atasnya. Ini akan menghentikan pendarahan." 

Itu adalah sapu tangan putih. 

Aku menatapnya sejenak sebelum menerimanya. 


Lagipula aku tidak bisa berjalan kembali ke ruang dansa ketika aku berdarah seperti ini. Aku membungkuk sekali lagi, dan membuka mulut untuk berbicara. 

"Terima kasih. Saya pasti akan membalas kebaikan Anda." 

"Tidak perlu untuk itu." 

Dia menolak saat dia mengulurkan tangannya ke arahku. Kemudian. 

"Daripada itu, saya berharap kesedihan hilang di mata indah ini saat kita bertemu berikutnya." 


Tangan hangat itu begitu dekat dengan menyentuh daerah di sekitar mataku sehingga aku bisa merasakan panasnya. 

[ʍɨռat 9%] 

Aku terlalu fokus pada kata² yang bersinar di atas kepalanya sehingga aku tidak bisa memeriksa untuk melihat bagaimana dia menatapku. 

_____
Haha, udah ketemu mereka berdua. Tinggal siapa lgi gaes?!!

Ceritanya tambah menarik ketika mencapai point tertentu yang mana di babak selanjutnya.
 (づ●─●)づ

Jika ada yang tidak dimengerti, boleh TANYA JAWAB DI KOMENTAR yaa!!. mohon dimaafkan...
٩(๛ ˘ ³˘)۶♥
👇🏻👇🏻👇🏻


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter 210

 Selamat membaca kakak!! Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella**** Terimakasih kak! ❤ . . . Setelah melihat sosok kecil yang muncul entah dari mana, Vinter berhenti bernapas. Dia buru-buru menarik ujung tongkatnya. Kwaaang-! Dan sihir serangan itu melewati Yvonne dengan jarak yang sedikit lagi akan mengenainya, dan sihir itu menghantam dinding dan menyebabkan suara dan getaran yang besar. Namun, berkat sihir yang melapisi bangunan ini, dindingnya tidak berlubang. "Ugh......!" Sihir yang menyapu kantor itu dengan cepat membuat asap. Dan di antara asap itu, ada seorang wanita dan seorang anak kecil yang mengenakan topeng singa terungkap. "Sudah kubilang aku pasti akan menghancurkannya." Yvonne tertawa terbahak-bahak. Vinter pun mengerutkan kening dan memasang ekspresi yang terlihat putus asa. "Raon!" Dia adalah seorang anak yang sangat berharga karena dia pintar. Tapi mata Raon, terlihat dari celah topeng s...

Chapter 182

 Selamat membaca kakak!! Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella**** Terimakasih kak! ❤ . . . Vinter menatapku dengan mata yang melotot dan memaksaku untuk segera menjawab. Tidak, mungkin itu hanya alasanku. "Itu..." Saya ragu-ragu untuk waktu yang lama, sambil membuka bibir saya dan menutupnya lagi begitu terus selama beberapa saat. Tidaklah jelas untuk mengatakan bahwa masalah kepercayaan adalah jawaban yang benar. Dia mengira saya akan membunuh Yvonne, tetapi dia malah berusaha untuk menyembunyikan kejahatan saya. 'Tidak. Kamu memperlakukanku seperti penjahat ganas ketika kekacauan itu terjadi, bagaimana itu disebut sebagai kepercayaan?' atau 'Tidak. Terakhir kali saat kamu membuat keributan itu, kamu memperlakukanku seperti penjahat kejam, mungkin ini masalah kepercayaan?' Setelah perjuangan yang panjang, saya menjawab dia yang terus memandang saya. "Yah...kedengarannya seperti karaktermu." "...

Chapter 101

. . . 'Apa itu?' Secara reflektif ke jendela sistem yang melayang, tatapan ku naik ke atas kepala eclis. Dan aku membuka mataku. '.... Sudah hilang!' Kalimat itu [Minat 77%], yang baru saja berkilau dengan jelas di kepalanya diubah menjadi [periksa ketertarikannya]. Selain itu, bar ukuran yang diisi dengan warna putih telah berubah menjadi merah gelap. Tapi sebelum aku bisa mengenali apa yang telah terjadi, sebuah tulisan baru muncul. ____ <SYSTEM>  Warna ditampilkan pada bar pengukur tempat ketertarikan. ____ <SYSTEM>  DALAM RANGKA UNYUK MEMERIKSA KETERTARIKANNYA, BUATLAH KONTAK FISIK DENGAN TARGET. –––– "Elise...." Sambil melihat ke jendela sistem dengan mata gemetar, aku berhasil berbicara. Suara yang kencang keluar seolah² sedang tercekik. "Berikan padaku, aku akan meletakkannya untuk mu." Sudut² mulutku yang gemetar terangkat dengan susah payah dan memerintahkan. Eclis perlahan melepas tangan yang ia kenakan di bibirnya. - Traaak.  K...