.
.
.
Hwaack-!
Segera setelah putra mahkota mengikuti Vinter, sebuah raungan terdengar di lorong.
Aku membuka mata dan memutar kepalaku.
Sebuah cahaya terpancar keluar dari Vinter yang sedang membaca mantra.
Cahaya itu menembak langsung ke artefak yang wanita itu pegang.
Sementara itu, mereka itu hampir selesai dengan artifak-artifak yang sudah hancur, dan artefak itu tampak dalam bentuk yang besar dan datar yang bersinar dalam cahaya biru yang melayang di udara.
Bertabrakan dengan tembakan ajaib dari vinter.
* Wuush *, ada hembusan angin yang kuat.
Masa singkat konfrontasi sengit terjadi, tapi setelah beberapa saat....
*Crack* *Crack*
Dengan suara pecah, cahaya biru dari artefak itu perlahan-lahan memudar.
Segera cahaya itu benar-benar hilang, dan kembali ke bentuk semula.
'.... Cermin?'
Itu sangat berantakan dan kotor, tapi untuk sesaat ketika cahaya biru memudar aku bisa melihat sebagian cermin.
Alih-alih hanya mematikan cahaya itu, Vinter terus menembak laser sihir.
Dia tampaknya mencoba untuk menghancurkan artefak.
* melengking *
Namun, usaha itu segera gagal.
Karena monster kadal itu bergegas ke arahnya.
Setelah makhluk raksasa itu membuka mulutnya untuk menelan tubuh Vinter, putra mahkota yang mengikutinya berhasil menancapkan pedangnya ke dahi monster itu.
(ಠ o ಠ)¤=[]:::::>
"Hei, orang asing! Lihat situasinya! Apakah aku harus menjadi pangeran tampan dan melindungimu?"
õ.O
Seru putra mahkota dengan cemberut.
Vinter membeku di tempatnya dan menjawab dengan cepat.
"Kita harus menghancurkannya sepenuhnya. Artifak itu berdampak buruk bukan hanya pada para penyihir melainkan juga bagi orang-orang biasa ...!"
"Jika kau berpikir begitu maka pindahkan anak-anak duluan!"
(╬ ̄皿 ̄)
Kata-kata putra mahkota masuk akal, tapi Vinter bersikeras lebih dan cepat membunuh monster.
Sudah pasti dengan dua pemimpin pria yang berlari liar, monster² itu seperti bukan apa-apa bagi mereka.
/( .□.)\ ︵╰(°益°)╯︵ /(.□. /)
'seperti yang didugakan dari pemimpin laki-laki.'
Melihat monster yang berkurang, aku lega.
Melihat bahwa quest utama tidak lagi keluar, sepertinya episode akan berakhir segera setelah menyelamatkan anak-anak.
* melengking *
Berkat sihir Vinter yang memukul beberapa monster sekaligus, putra mahkota dengan cepat mencapai dekat altar.
Choakk-!
Khook-!
Aaakh-!
Eueukh-!
Tanpa ragu, ia memotong orang-orang yang mengeluarkan monster dari saku mereka dengan pedang.
Sihir tak terlihat pangeran tidak hilang ketika dia menyerang dengan kekuatan. Sama seperti yang dia tanyakan pada Vinter ketika dia merapal mantra beberapa waktu lalu.
Beberapa orang meninggal dalam sekejap dalam pembunuhannya yang tak terlihat.
"Ad- ada bajingan yang lain tak terlihat...."
Pasti aneh melihat rekan-rekannya tiba-tiba memuntahkan darah.
Mereka pasti menyadari bahwa orang lain bersembunyi.
"Lindungi dewi! Lebihkan monster- ukh!"
Orang-orang itu, yang dipotong oleh pedang putra mahkota, dengan cepat diikat bersama ke sisi utama altar atas perintah pemimpin mereka.
Beberapa dari mereka mengeluarkan bola kristal mengkilap yang pernah kami lihat sebelumnya di istana.
Yang lain memegang saku hitam mereka dan meneriakkan mantra yang tidak diketahui.
Kuung-!
Sebuah getaran hebat terdengar.
*Melengking dengan ganasnya.*
Karena raungan luar biasa itu aku menutup telingaku dengan tanganku.
Melihat ke depan, aku meragukan mataku.
"Gila."
Dari apa yang telah keluar sejauh ini, lima hewan dari segala ukuran telah muncul keluar dari saku mereka dan mengisi ruang besar.
Itu jauh lebih besar daripada yang berhasil kukalahkan dengan bantuan putra mahkota sebelumnya.
Boom-! Boom-!
Setiap kali monster itu bergerak, lantai bergetar.
* melengking *
Lalu para monster itu jatuh.
"Sial, mereka tidak pernah berakhir."
Putra mahkota memperbaiki pedangnya dan mengutuk para monster.
Vinter juga harus berurusan dengan hal yang sama, dia kewalahan oleh ukuran raksasa yang berbeda dari sebelumnya.
'Mengapa semakin sulit? Bukankah seharusnya berakhir pada titik ini?'
Berdiri di sudut dan tidak dapat melakukan apa pun, aku merasa sedikit gelisah.
Tidak seperti aku, Vinter dan putra mahkota segera sadar dan mulai memerangi makhluk jahat diam-diam.
Ketika Callisto memotong kaki monster, Vinter menuangkan sihir dengan tongkat.
Namun, ukurannya begitu besar sehingga tidak ada bedanya.
Monster yang diserang melompat kegirangan.
Itu tak bisa dikendalikan, karena ada objek yang mencoba untuk menginjak-injak di negara baru.
Pangeran membawa momentum dan memancing iblis untuk menyerang mereka.
"Berikan makanan untuk monster!"
Teriak sang pemimpin dengan galak.
"Oh, tidak!"
Karena tahu apa artinya 'makanan', aku membuka mata ku.
Aku mulai berlari tanpa tujuan menuju altar dan anak-anak.
Aku tak yakin bisa menghentikan mereka tanpa kekuatan sistem.
Tapi aku harus melakukan apapun sementara Vinter dan putra mahkota pergi melalui neraka.
Tetapi sebelum aku dapat mendekati altar, seorang pria berjubah hitam mengelilingi dua anak sekaligus.
"Jangan!"
Aku menggertakkan gigiku.
"Piratio!"
Pada saat itu, Vinter, yang sedang berjuang dengan rakasa, dengan cepat meneriakkan mantra.
Lima anak di lantai menghilang dengan dengan putih.
Aku berhenti berlari dan melihat ke arah Vinter.
"Ukh!"
Kadal raksasa itu menangkapnya sedang lengah. Setelah dihantam ekornya, Vinter terbang ke dinding dan jatuh.
Perlahan tergelincir ke lantai, dia mengerang sebentar dan segera terkulai.
{{{゚Д゚"}} -!!!
Aku menatapnya dengan ketakutan, tak bisa bernapas.
'... Apa dia mati? Bagaimana jika dia mati?'
Pandangan yang sekarang sedang terjadi terlalu tidak realistis dan realistis pada saat yang sama.
Setiap kali semua yang ku pikir adalah bagian dari permainan terasa seperti situasi nyata, aku merasa takut dan gila.
Aku takut, dan aku tidak sabar untuk keluar dari sini.
"...... tri! Putri!!"
Tidak lain adalah Calisto yang membangunkan ku, yang telah berada dalam keadaan panik dan membeku keras.
"Penelope Eckart!"
Nama jelas yang disebut membuat ku sadar.
Dia berteriak sambil menghindari serangan tiga monster.
"Kendalikan dirimu! Sementara aku memegang mereka, mari kita bergegas dan dapatkan singa itu dan melarikan diri!"
Aku menoleh dengan reflek ke arah pernyataan itu.
Altar itu terhalang oleh pria berjubah hitam.
Di kaki si jubah putih, tubuh kecil yang masih mengenakan topeng singa tergeletak tak sadarkan diri.
Gemetar mataku melihat pada putra mahkota, yang berjuang untuk menghadapi monster sendirian.
"Tidak ada yang melihat mu. Kau bisa melakukannya!"
Dia berteriak sambil memukul ekor yang terbang dengan pedang. Karena kata-katanya, ketakutan ku pergi begitu saja.
Aku mengangguk dengan panik kepadanya, dan segera menguatkan kaki ku lagi.
Butuh waktu singkat untuk sampai ke altar.
Putra mahkota benar.
Tak satu pun dari orang-orang menyadari bahwa aku pergi ke altar, karena sihir tak terlihat akan dipertahankan bahkan jika vinter dijatuhkan.
Jubah putih, yang wajahnya ditutupi dengan topeng, memegang artefak biru dengan hati-hati dan melihat ke suatu tempat.
Itu di arah Callisto.
Perhatiannya teralihkan oleh manusia tak terlihat yang pandai berurusan dengan monster. Aku membungkuk dan dengan hati-hati merangkak di bawah wanita itu.
Setelah berhenti pada beberapa jarak, aku mengulurkan tangan dan memegang penutup kepala Raon dengan erat.
Mulai sekarang, tujuannya adalah untuk menarik Raon ke ujung altar tanpa diketahui wanita itu.
* Swoosh *
Aku membawa Raon sedikit demi sedikit ke arahku.
Untungnya baik jubah putih maupun jubah hitam tidak melihat ku.
'Okeh, hanya sedikit lebih, seperti ini....'
Lalu aku memberanikan diri, dan menuntun Raon dengan hati-hati ke ujung altar.
Namun, terpikir olehku bahwa itu tidak akan mungkin untuk melakukannya dengan kecepatan ini.
Putra mahkota sedang dalam keadaan bertahan.
Minus Vinter, jika ini berlanjut bangsa baru akan mencapai apa yang mereka coba lakukan dengan Raon.
'Apakah lebih baik tertangkap saja dan menjadi liar?'
Aku berpikir sambil melihat mata wanita bertopeng itu.
Saat itu.
* Pasha-! *
Sebuah cahaya redup datang ke relik yang dipeluk wanita itu.
Cahaya biru turun padaku.
'Apa, apa?'
Saat aku melihatnya dengan panik, aku bisa melihat sesuatu dari relik.
Pada saat yang sama, jubah putih itu mendeteksi sesuatu yang aneh.
"Cermin ..."
Seorang wanita melihat ke bawah ku cermin yang bersinar, tiba-tiba menatapku langsung.
Mata biru di luar topeng bertemu dengan mataku dan bertatap muka.
'Itu adalah X!'
Aku sadar ada yang tak beres.
Saat itu.
____
<SYSTEM> Quest utama: keberadaan anak-anak yang telah menghilang.
Apakah anda ingin melanjutkan Quest?
(kompensasi: +5% ketertarikan dari semua pemimpin pria, reputasi +50.)
[terima/tolak]
----
'Terima! Terima!'
Aku memukul [terima] tanpa melihat dua kali. Huruf² itu segera diubah.
____
<SYSTEM> Silahkan sebutkan mantranya.
(perintah sihir: Dekina Reptium)
----
Itu adalah pertama kalinya aku begitu senang melihat mantra sihir di depanku.
Tidak seperti waktu lain ketika mereka mengatakan kepada ku apa jenis mantra bersama dengan deskripsi serangan, tidak ada yang ditulis saat ini, tapi aku tidak dalam posisi untuk ragu.
"Dekina ..."
Ketika aku membuka mulut ku terburu-buru, panas yang tidak diketahui membengkak di bawah leher ku.
Aku menggertakkan gigiku dan menekannya.
Dan berteriak dengan sekuat tenaga.
"Dekina Reptium!"
Bam-! Bam-! Bam-!
Sebuah getaran dahsyat dan raungan mengguncang ruang bawah tanah.
Sepotong besar cahaya, bulat, seperti bola gym, dicurahkan seperti bom dari semua sisi.
Mereka terpental ke segala arah seperti bola karet, menghancurkan segala sesuatu dan menginjak-injak di atasnya.
Bam-! Bam-! Bam-!
Getaran menakutkan, suara keras memekakkan telinga, kilatan yang menyilaukan yang tidak bisa dilihat.
Ketika auman akhirnya mereda dan sebagian besar bola cahaya hilang.
Aku tak bisa berkata apa-apa.
Di antara reruntuhan pilar rusak dan runtuh, lima makhluk kadal raksasa semuanya mati, hanya meninggalkan asap.
Berdiri di tengah-tengah kekacauan, putra mahkota menatapku dengan tatapan terpesona.
.
.
.
_____
Haaii,, makasii udah mampir baca.
Jika ada yang tidak dimengerti, boleh TANYA JAWAB DI KOMENTAR yaa!!. mohon dimaafkan..
( ̄ε ̄ʃƪ)
😎
BalasHapus