Langsung ke konten utama

Chapter 11


.
.
.
 Perasaan terkejut terpancar di wajahnya seakan² dia tidak memperkirakan hal ini.

Sejujurnya, mereka berdua tidak pernah berkata apapun seperti itu.

Derrick mengatakan tentang Emily yang telah 10 tahun bekerja dan yang satunya hanya menurunkan dukungannya pada Penelope.

Membuktikan bahwa keberadaanku tidak lebih berharga dibanding seorang pelayan yang butuh di pecat.

Tapi, bagaimana dengan hal itu? Itu bukan berarti kata² ku sepenuhnya bohong.

'Dan kalau dia datang kepadaku untuk menentang, aku hanya bisa mengatakan ku pikir itulah yang mereka maksudkan.'

Rennald bertanya dan aku mengangguk.

"Dan jadi kau tidak akan memecat pelayan itu tapi kau menggunakannya sebagai pelayan pribadi mu?"

"Iya."

Wajahnya yang tampan mengerutkan kening lagi. Telingaku sakit mendengar teriakannya yang tiba².

"Apa kau ini bodoh? Kau harusnya bilang tidak suka dengan gagasan itu!"

"Apa yang berubah nanti?"

"Apa yang kau maksud dengan apa yang berubah! Terus kau berencana makan makanan busuk, makanan kadaluarsa dari sekarang seterus....!!"

"Bisakah kau memastikan pelayan yang baru tidak melakukan hal seperti itu?"


"....."

Teriakan Rennald berhenti karena perkataan ku.

Aku dengan hati² memilih kata yang bisa meyakinkannya, sambil menatap pada bar [ʍɨռat -3%] diatas kepala Rennald.

Jika aku katakan ini semua terjadi karena sikap mereka terhadapku, itu hanya akan memberikan efek minatnya kepadaku bertambah negatif yang akan membawaku pada jalur kematian.

Aku sebenarnya berharap bar meteran minatnya itu lebih baik jadi bar meteran amarah.

Kalau begitu, aku akan dengan mudah mengikuti alur percakapan dengannya, sambil melihat perubahan bar meteran setiap detik.*

Jika itu turun lagi dari -3% saat ini, itu akan jadi kematian bagiku.

'Haah...'

Itulah kenapa aku tidak senang sedikitpun bahkan ketika minatnya naik sedikit.

"Aku tidak pergi menemuinya untuk membicarakan tentang apakah akan memecatnya atau tidak."

Aku perlahan² mulai berbicara setelah menimbang kata² ku sedikit.

"Aku berlutut dan memohon ampun karena membuat keributan selama masa kurunganku."

"Apa?!"

Rennald tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut dari wajahnya.

Dia pasti sangat terkejut karena Penelope yang tidak pernah sekalipun meminta maaf sebelumnya, telah meminta maaf sambil berlutut.

"Kesalahan Mu....? Bukan, apakah ayah...... menyuruhmu memohon ampunan?"

Tentu saja tidak, Aku melakukannya dengan kemauan ku sendiri.

Tapi lagi², Aku tidak mengatakannya dan mengubah topik pembicaraan.

"Aku memberi tahu nya bahwa aku akan berhati² tidak membuat keributan selama masa kurungan ku."


"....."

"Jadi tolong biarkan masalah ini selesai sekarang."

Aku sejujurnya ingin menyuruhnya untuk mikirkan urusannya sendiri.

Alu memikirkan kemungkinan kematian di bagian akhir akan berkurang setengahnya jika berandalan agressif ini mau tetap tenang.

'Jadi mari tidak saling menghina dan hidup dengan tenang sekarang. Hmm??"

Tapi karena aku todak bisa mengucapkan itu dengan keras, aku mengatakannya dengan nada memohon.

"Kumohon, oppa."

Rennald hanya menatap Ku yang sambil memohon untuk tidak memikirkan ini lagi dengan kepala menggeleng.

Rennald merasa ragu untuk berbicara, sambil menemukan kata² sebelum dia berbicara.

"Kau benar²....."


Aku dengan singkat bisa mengira kata² yang selanjutnya akan keluar darinya. Menilai dari dahinya yang mengerut lagi.

Dia akan menghina Ku lagi dan hinaan itu bahkan tidak akan membuat rasa yang sama seperti biasanya. Dia akan bertanya apakah aku gila, dan dia pasti yakin kalau aku jadi gila karena makan makanan busuk.

"Apakah kau tidak punya harga diri?"

Bagaimanapun itulah kata² yang keluar dari mulutnya.

"Kau hanya akan mengakhiri masalah ini disini saat kau sudah melewati hl itu?!"

Mencapai batas yang sudah ku perkirakan dan sudah cukup menyalakan tombol didalam diriku.

"Apa kau sudah tidak waras? Pada saat begini, buang dan hancurkan saja barang² sambil berteriak seperti yang biasa nya kau lakukan! Itu lebih seperti dirimu!!"

Rennald berteriak seolah² dia adalah korban dalam insiden itu.

Tapi sangat menyedihkan, aku tidak merasa barsyukur pada nya, tidak sama sekali.

"Bukankah kau mengharapkan ini dari saat kau membawa kalung gong-nyuh ke kamar ku?"


Suara tajam keluar dari kerongkonganku tanpa terkendali.

"Kau selama ini memperlakukan ku seperti itu karena kau mengharapkan sikap ini dari ku, bukan?"

"....apa?"

Rennald ternganga.

Aku seharusnya tidak mengatakan jika aku sudah memikirkan [ʍɨռat -3%] nya. Bagaimanapun, itu tidak bisa menghentikan ku sekarang.

Berandalan itu harusnya tidak menanyakan harga diri ku tadi.

'Siapa orangnya yang membuat Penelope mencapai titik ini dalam semua hal?'

Perbuatan kepala pelayan, kepala pembantu, dan Emily itu hanya kejahilan kecil dibandingkan dengan yang dia lakukan.

Dari kata² tajam ku, Rennald memaksakan mengeluarkan kata² seakan² nafasnya berhenti sesaat. 

".....Penelope. Itu....."

"Aku tidak bermaksud menyinggung Mu untuk semua yang telah Kau lakukan sekarang karna aku sampai pada titik ini. Karena aku bersikap bodoh dan sombong selama ini."

"....."

"Aku sudah lelah dengan semua ini sekarang."

Aku mengatakannya, sambil menatap dalam bola mata biru itu.

"Aku sudah hampir menginjak usia dewasa, sambil menyiapkan upacara kedewasaan Ku. Aku tidak bisa hanya tinggal di sini, di mansion Eckart selama hidupku."

Segera, wajah Rennald berubah pucat.

"Kau... Apa maksud Mu? Apa kau memberi tahu ku, kalau seseorang seperti mu akan pergi?"

"Semuanya bergantung pada ayah dan oppa tertua."

Aku mengangkat bahu. Semua yang telah Ku katakan berbeda dari yang ingin ku ucapkan.

Aku bukannya ingin mengorbankan diri untuk pernikahan paksa yang direncanakan oleh ayah atau tuan muda pertama karena itu hanyalah salah satu kode bagaimana dunia ini bekerja.

Tapi sesuai dengan alur cerita dalam game, itu tidak akan pernah terjadi karena itu adalah sebuah keberuntungan.

Aku berencana akan mencapai bagian akhir dengan salah satu ML apapun yang terjadi, dan meninggalkan tempat ini tanpa melihat kebelakang.

'Dan kau bukanlah ML yang akan ku lihat cerita bagian akhirnya jadi kau jangan khawatir.'

Aku sekali lagi mengatakan kepadanya untuk mengalihkan pikiran dari masalah ini. 

"Jadi, kau tidak perlu mengurus urusanku, Rennald." 

Aku akan mengurus urusan ku sendiri. Lepaskan pikiran Mu dari barang² Ku, menghina Ku atau apa pun, dan pergilah. 

"Aku harus mandi. Bisakah kau pergi sekarang? " 

Ucap ku, melihat sekilas ke pintu kamar. 

Rennald mengerutkan kening. 


Aku terkejut karena itu ekspresi yang belum pernah ku lihat di game sebelumnya. Dan pada saat yang sama, jantung Ku tiba² jatuh ke dalam pikiran yang muncul di benak Ku. 

'Tunggu, apakah tingkat minat nya akan turun lebih rendah sekarang? Tidak-!' 

Aku tidak bertindak seperti apa yang dilakukan Penelope di depan Rennald. Sebaliknya, aku dengan hati² memilih kata² yang akan diterimanya, tetapi kenapa! 

Kemudian. Bilah ukur kosong di atas rambut merah muda Rennald yang indah mulai berkilau....... 


[ʍɨռat 3%] 

'Apa itu..'

Pikiranku menjadi kosong. 

'Kenapa itu barusan naik?'

Naik 6% saat itu. 

Aku tercengang saat aku terus melihat bolak-balik bar pengukur dan Rennald. Saat itulah Rennald membuka mulutnya dan bergumam. 

".... Aku idiot di sini karena menunjukkan perhatian padamu bahkan untuk sesaat." 

Mata biru yang memelototiku tampak menahan kesedihan. 

Dia berjalan menuju pintu setelah menyelesaikan kalimatnya. 

'Aku mungkin melihat sesuatu.'

Aku memutuskan bahwa aku melihat sesuatu sambil mengawasinya meninggalkan ruangan. 

Gebrakk-! 

Pintu terbanting menutup dan keheningan mengikuti segera setelah itu. 

Aku menopang diriku bersandar siku di atas meja, dan mulai berpikir. 

Sesuatu terasa aneh. Tidak buruk melihat karakter, yang ku pikir aku tidak punya harapan padanya, tingkat minat naik dengan kedua mata ku sendiri. 

"Apakah dialog ku lebih baik sekarang dengan pilihan dimatikan?" 

Karena tidak semua minat saudara² yang membenci Ku turun menjadi negatif. 

"Aku harus tetap mematikannya sepanjang waktu." 

Aku berdiri dari tempat itu setelah memutuskannya. Bukan kebohongan ketika mengatakan kepada Rennald bahwa aku harus mandi. 

Sambil menarik tali yang memberikan sinyal pelayan untuk datang, sebuah pikiran melintas di kepalaku. 

Bahwa aku tidak bisa menyebut Rennald negatif lagi. 

* * * 

Waktu kurungan yang seolah² akan bertahan selamanya, berhenti lebih cepat dari yang ku kira. 

"Undangan dari istana?" 

"Iya, Nona. Tuan muda tertua mengatakan kepada saya untuk memberitahu Nona supaya mempersiapkannya. " 

"Tuan muda...... Tidak, Oppa tertua melakukannya?" 

Aku menghentikan diri ku untuk memanggilnya tuan muda tertua seperti bagaimana para pekerja di sini memanggilnya, dan mengingatkan diri ku untuk memanggilnya Oppa tertua di depan mereka. 

Lagipula aku adalah putri keluarga ini, anggota termuda.

'Ngomong², berfikir Derrick benar² menyuruhku melakukannya...' 

Dia tidak memberi tahu Ku secara langsung tetapi ini berarti akhir dari waktu kurungan Ku habis. 

"Ini undangannya, Nona." 

Emily menyerahkan undangan itu dengan sopan. 

Nama Penelope ditulis kertas yang memiliki naga emas yang merupakan simbol bangsawan digambar di atasnya. 

Upacara ulang tahun pangeran kedua. Itu besok. 

"Aku harus bergegas dan bersiap untuk itu..." 

Bahkan ketika menggumamkan itu, aku masih tidak merasa begitu senang bahwa waktu kurunganku ku sudah berakhir. 

Hari² begitu menyenangkan selama kurungan tanpa harus menghadapi 2 bersaudara, dan dilayani dengan baik oleh Emily. 

Berdasarkan pada plot game, Derrick, Rennald dan Aku akan terus ikut campur dengan urusan masing².... 

'Tunggu.' 

Aku sedang memikirkan peristiwa yang akan terjadi di masa depan ketika tiba² senuah pikiran mengganggu. 

'Jika aku pergi ke istana... Maka aku mungkin akan melihat pangeran mahkota!' 

Tidak, bahkan 'mungkin', itu sudah pasti. 

Tidak ada adegan yang menunjukkan Penelope pergi ke istana, tapi aku yakin tentang fakta bahwa aku akan bertemu pangeran mahkota, karena itu adalah episode pertama dari rute pangeran mahkota. 

Aku tanpa sadar menjerit ketika aku mengingat ilustrasi di mana pangeran mahkota mengiris leher Penelope beberapa kali. 

"Tidak-!" 

"N, Nona?" 

Emily menatapku dengan heran. 

'Aku tidak boleh pergi. Haruskah aku mengatakan bahwa aku sakit sehingga tidak bisa pergi?' 

Itu adalah satu-satunya pilihan yang tersisa jika aku harus menghindari bocah gila itu. 

Aku panik ketika aku bertanya kepada Emily yang melihat ke bawah, mungkin berpikir jika dia melakukan kesalahan. 

"Emily. Apakah ayah juga menghadiri upacara besok?" 

"Yang mulia sibuk dengan pekerjaan besok sehingga tuan muda pertama yang mengawal Nona di sana." 

~


_____

NB:
~ kalian pasti sudah menyadari bahwa kata 'minat' di bar meteran minat itu adalah level kasih sayang pada Penelope dari para karakter. 

Aku tau kalian baca (•̀ω•́)✧
Jangan lupa dukung akuh ୧😂୨
👇🏻👇🏻👇🏻


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter 210

 Selamat membaca kakak!! Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella**** Terimakasih kak! ❤ . . . Setelah melihat sosok kecil yang muncul entah dari mana, Vinter berhenti bernapas. Dia buru-buru menarik ujung tongkatnya. Kwaaang-! Dan sihir serangan itu melewati Yvonne dengan jarak yang sedikit lagi akan mengenainya, dan sihir itu menghantam dinding dan menyebabkan suara dan getaran yang besar. Namun, berkat sihir yang melapisi bangunan ini, dindingnya tidak berlubang. "Ugh......!" Sihir yang menyapu kantor itu dengan cepat membuat asap. Dan di antara asap itu, ada seorang wanita dan seorang anak kecil yang mengenakan topeng singa terungkap. "Sudah kubilang aku pasti akan menghancurkannya." Yvonne tertawa terbahak-bahak. Vinter pun mengerutkan kening dan memasang ekspresi yang terlihat putus asa. "Raon!" Dia adalah seorang anak yang sangat berharga karena dia pintar. Tapi mata Raon, terlihat dari celah topeng s...

Chapter 182

 Selamat membaca kakak!! Oh ya, untuk chapter ini dan seterusnya, di tl oleh kak fresella dengan nama wp @Fresella**** Terimakasih kak! ❤ . . . Vinter menatapku dengan mata yang melotot dan memaksaku untuk segera menjawab. Tidak, mungkin itu hanya alasanku. "Itu..." Saya ragu-ragu untuk waktu yang lama, sambil membuka bibir saya dan menutupnya lagi begitu terus selama beberapa saat. Tidaklah jelas untuk mengatakan bahwa masalah kepercayaan adalah jawaban yang benar. Dia mengira saya akan membunuh Yvonne, tetapi dia malah berusaha untuk menyembunyikan kejahatan saya. 'Tidak. Kamu memperlakukanku seperti penjahat ganas ketika kekacauan itu terjadi, bagaimana itu disebut sebagai kepercayaan?' atau 'Tidak. Terakhir kali saat kamu membuat keributan itu, kamu memperlakukanku seperti penjahat kejam, mungkin ini masalah kepercayaan?' Setelah perjuangan yang panjang, saya menjawab dia yang terus memandang saya. "Yah...kedengarannya seperti karaktermu." "...

Chapter 101

. . . 'Apa itu?' Secara reflektif ke jendela sistem yang melayang, tatapan ku naik ke atas kepala eclis. Dan aku membuka mataku. '.... Sudah hilang!' Kalimat itu [Minat 77%], yang baru saja berkilau dengan jelas di kepalanya diubah menjadi [periksa ketertarikannya]. Selain itu, bar ukuran yang diisi dengan warna putih telah berubah menjadi merah gelap. Tapi sebelum aku bisa mengenali apa yang telah terjadi, sebuah tulisan baru muncul. ____ <SYSTEM>  Warna ditampilkan pada bar pengukur tempat ketertarikan. ____ <SYSTEM>  DALAM RANGKA UNYUK MEMERIKSA KETERTARIKANNYA, BUATLAH KONTAK FISIK DENGAN TARGET. –––– "Elise...." Sambil melihat ke jendela sistem dengan mata gemetar, aku berhasil berbicara. Suara yang kencang keluar seolah² sedang tercekik. "Berikan padaku, aku akan meletakkannya untuk mu." Sudut² mulutku yang gemetar terangkat dengan susah payah dan memerintahkan. Eclis perlahan melepas tangan yang ia kenakan di bibirnya. - Traaak.  K...